KALIMANTAN merupakan pulau yang paling kecil memiliki risiko
bencana dibanding dengan pulau-pulau lain di Indonesia. Atas alasan itu,
pemerintah hendak memindah ibukota dari Jakarta ke pulau yang disebut sebagai
paru-paru dunia itu.
Begitu penjelasan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro kepada generasi milenial yang
berkumpul di gedung Bappenas, Menteng, Jakarta, Selasa (20/8).
“Risiko bencana seperti
gempa bumi kecil di sana,†terangnya.
Satu-satunya bencana yang mungkin
terjadi adalah asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Namun itu tidak
terjadi di seruluh wilayah Kalimantan.
“Hanya beberapa area yang memang
mengandung lahan gambut yang berisiko terhadap kebakaran hutan,†ucap Bambang.
Selain masalah bencana, pulau
Kalimantan yang memiliki lahan luas sangat cocok untuk didesain sebagai pusat
pemerintahan modern. Pemerintah, katanya, juga tidak perlu berurusan dengan
jual beli tanah karena area yang dipakai merupakan milik negara.
Pusat pemerintahan tidak akan
berisi gedung-gedung pemerintahan saja, melainkan akan berbagai sarana
pendukung.
“Nantinya akan ada pula
tempat konser, gedung olahraga, pusat belanja, dan yang utama adalah
universitas,†tegasnya.
Bambang Brodjonegoro menegaskan
bahwa pemindahan ini merupakan hal yang mendesak dan tidak bisa dimundurkan
lagi.
Pulau Kalimantan, sambungnya,
akan dibuat spesial. Sebab, rancangan ibukota yang akan dibangun mengedepankan
kemajuan teknologi. Tata ruang kota akan dibuat dengan konsep hijau.
“Konsepnya bukan hanya garden
city tapi forest city, karena bagimana pun kalimantan adalah paru-paru
dunia,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia meminta masyarakat untuk tidak kaget atau khawatir negara
bakal mengalami kemunduran pasca ibukota berganti. Sebab, banyak negara yang
telah berhasil menjadi negara maju setelah pindah ibukota.
“Ada Korea Selatan, kemudian Brazil, tetangga kita Australia dan
Malaysia, jadi tidak usah terlalu kaget,” ungkapnya. (rmol/kpc)