Wadah Pegawai Komisi
Pemberantasan Korupsi (WP KPK) meminta buzzer dan para pegiat media sosial
(Medsos) untuk berhenti membunuh karakter Novel. Pasalnya, mereka kerap
menyebarkan narasi seolah teror terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan
merupakan rekayasa.
“Saya pikir
orang-orang ataupun mereka yang ada di dunia maya yang ingin mengubah, ingin
membunuh karakter, dan membuat distorsi terhadap publik bahwa ini direkayasa
saya minta untuk dihentikan dan distop,†kata Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi
Purnomo di Gedung Merah Putih KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan,
Rabu (6/11).
WP KPK, kata Yudi,
belum memutuskan untuk menempuh langkah hukum terhadap pihak maupun akun di
media sosial yang ‘membunuh’ karakter Novel tersebut. Menurutnya, pegawai akan
berkonsolidasi dengan tim kuasa hukum Novel dan Biro Hukum KPK mengenai langkah
tersebut.
Menurut Yudi, narasi
yang menyebut kasus teror terhadap Novel merupakan rekayasa telah menyakitkan
hati para pegawai KPK. Apalagi, narasi tersebut dibangun saat tokoh nasional,
tokoh agama, mahasiswa dan elemen lainnya mendorong agar kasus ini segera
diselesaikan.
“Ini benar-benar suatu
hal yang bagi kami sangat menyakitkan,†ujar Yudi.
Menurutnya, Novel
telah memberantas korupsi sebagai penyidik di KPK kemudian dibuat seolah-olah
bawah penyerangan terhadapnya adalah rekayasa. Padahal, kalau penyerangan itu
rekayasa dari hari pertama Novel menyatakan bahwa itu disiram itu pasti akan
kelihatan bahwa itu rekayasa.
“Pasti Novel akan
langsung ditangkap,†sesal Yudi.
Yudi menegaskan,
berbagai tim yang dibentuk oleh pihak kepolisian, Ombudsman, Komnas HAM, pegiat
antikorupsi dan lainnya menunjukkan kasus teror terhadap Novel yang terjadi
pada 11 April 2017 atau tepatnya 939 hari lalu tersebut bukan rekayasa. Namun,
peneror yang membuat mata Novel cacat tersebut hingga kini belum juga
tertangkap.
Bahkan, lanjutnya, tim
teknis yang juga sudah turun yang merupakan rekomendasi dari tim pencari fakta
gabungan yang terdiri dari para pakar juga belum mengungkap pelakunya. Sehingga
bisa lihat bawah sama sekali tidak ada rekayasa terhadap kasus penyerangan
Novel.
Apalagi, kata Yudi,
Presiden Joko Widodo (Jokowi) selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan
telah secara tegas memerintahkan aparat kepolisian untuk segera mengungkap
kasus ini. Bahkan, Presiden memberi tenggat kepada Kepolisian menyelesaikan
kasus ini pada awal Desember.
Oleh karena itu, Yudi
berharap dalam waktu satu bulan ini, pihak kepolisian dapat mengungkap dan
membekuk pelaku lapangan maupun aktor intelektual dari teror terhadap Novel.
“Kami masih menunggu
Desember awal nanti itu seperti apa pengungkapannya dan kami harap bahwa
pelakunya bukan hanya orang yang ada di lapangan yang menyiram langsung Novel
dengan air keras tetapi juga pelaku-pelaku intelektualnya juga sudah
tertangkap,†harapnya.
Sebelumnya, penyidik
senior KPK Novel Baswedan membantah tudingan warganet terkait video viral di
media sosial mengenai penyerangan hingga matanya mengalami luka serius. Menurut
Novel, saat itu matanya belum dilakukan penanganan operasi ketika menjalani
pengobatan di Singapura.
Novel menjelaskan,
video itu diambil pada kurun waktu April-Juli 2017. Saat itu belum dilakukan
operasi Osteo Odonto Keratoprosthesis (OOKP) pada mata kiri nya. Karena
Profesor Donald Tan sedang upayakan dengan stem cell dengan cara dipasang
selaput membran plasenta pada kedua matanya untuk menumbuhkan jaringan yang
sudah mati.
Setelah itu, Novel
menjalani operasi OOKP yang membuat kondisi mata dia terlihat rusak sebagaimana
yang terlihat saat ini. Sebab dalam video itu terlihat mata Novel tidak merah.
“Saat itu bila orang
lihat mata kiri saya seperti tidak sakit, bahkan tidak merah dan bening,
seperti kelereng. Tapi sebenarnya selnya justru sudah banyak yang mati dan
fungsi melihatnya sangat kurang,†tukas Novel.(jpc)