28.4 C
Jakarta
Saturday, September 21, 2024

Tekan Covid-19, IDI Saran ODP dan PDP Diprioritaskan Pemeriksaan PCR

Presiden Joko Widodo meminta jajarannya
berupaya lebih keras untuk menghadapi pandemi Covid-19. Bahkan, presiden sudah
menetapkan target waktu. Dalam tiga bulan ke depan, sebaran kasus korona harus
seminimal mungkin.

Hal itu disampaikan presiden dalam sidang
kabinet paripurna virtual kemarin (6/5). Agenda sidang kabinet tersebut adalah
membahas pagu indikatif APBN 2021. Namun, pada awal pidato, presiden
mengingatkan bahwa fokus kerja yang paling utama tetap mengendalikan Covid-19
secepat-cepatnya. ’’Menurunkan (persebaran) secepat-cepatnya,’’ tegas presiden.

Semua menteri, kepala lembaga, panglima TNI,
dan Kapolri diminta mengerahkan energi dan kekuatan untuk mengendalikan
Covid-19. Tentu juga menangani dampak-dampak yang menyertainya. Baik sosial
maupun ekonomi. Target bulan ini adalah kurva penularan harus turun. Kemudian,
bulan depan masuk pada posisi sedang. ’’Di bulan Juli harus masuk pada posisi
ringan, dengan cara apa pun,’’ tegasnya. Nada bicara presiden sedikit meninggi
saat mengucapkan kalimat terakhir itu.

Upaya menurunkan penularan tidak boleh hanya
mengandalkan gugus tugas, tapi juga melibatkan seluruh elemen bangsa. Mulai
jajaran pemerintahan, organisasi-organisasi sosial, masyarakat, relawan, partai
politik, hingga sektor swasta. Upaya yang ada harus diorkestrasi dengan baik.
Dia yakin jika semua bersatu dan disiplin menjalankan protokol kesehatan dan
berbagai rencana mitigasi, pandemi bisa diatasi dengan cepat.

Baca Juga :  Di Hadapan Ratusan Rakyat Papua, Wiranto: Tanah Cendrawasih Kondusif

Dalam menangani Covid-19, semua jajaran pemerintahan
harus betul-betul berpegang pada prinsip good governance,
transparansi, dan akuntabilitas. ’’Tujuan kita hanya satu, keselamatan seluruh
rakyat, baik di bidang kesehatan maupun sosial ekonomi,’’ tambahnya.

Sementara itu, Jubir Pemerintah untuk Penanganan
Covid-19 Achmad Yurianto optimistis bahwa persebaran Covid-19 mulai bisa
dikendalikan. Kunci utama adalah kepatuhan dan kedisiplinan masyarakat dalam
menjalankan pembatasan dan protokol kesehatan. ”Kita harus disiplin kalau ingin
pada bulan Juli kasus sudah bisa dikendalikan. Kehidupan kita mulai menjadi
lebih baik. Pembatasan-pembatasan mulai dikurangi. Komitmennya ada di kita,’’
katanya.

Pada Agustus, diharapkan aktivitas keseharian
sudah masuk pada kondisi normal yang baru. ”Normal yang baru artinya bahwa kita
sudah memiliki kehidupan yang berdisiplin. Disiplin untuk mencuci tangan,
misalnya, disiplin untuk mengikuti pola hidup bersih dan sehat,’’ tuturnya.

Baca Juga :  Data ESDM: Ada 2.741 Lokasi dan 3,7 Juta Penambang Ilegal di Indonesia

Humas PB IDI dr Abdul Halik Malik menyatakan,
tes cepat adalah salah satu kunci penanganan Covid-19. Sampai kemarin, ada
239.226 ODP dan 26.408 PDP di seluruh wilayah. ”Mereka inilah yang idealnya
menjadi target prioritas pemeriksaan PCR,” ungkapnya. Dengan tes PCR masal,
kasus korona cepat ditemukan. Setelah itu, fasilitas kesehatan bisa cepat melakukan
isolasi dan penanganan. ”Kalau sudah isolasi, berarti kita sudah berhasil
mengunci penularan,” tutur Malik.

Dengan tes masal, akan diketahui pula siapa
yang kontak dengan penderita. Dengan mengetahui siapa yang pernah kontak,
segera bisa dilakukan pelacakan kontak secara agresif. Dengan begitu, potensi
persebaran bisa dihentikan. ”Masih ada waktu untuk membenahi fasilitas layanan
kesehatan sebelum sampai pada puncak pandemi atau munculnya episentrum baru di
daerah,” bebernya. 

Presiden Joko Widodo meminta jajarannya
berupaya lebih keras untuk menghadapi pandemi Covid-19. Bahkan, presiden sudah
menetapkan target waktu. Dalam tiga bulan ke depan, sebaran kasus korona harus
seminimal mungkin.

Hal itu disampaikan presiden dalam sidang
kabinet paripurna virtual kemarin (6/5). Agenda sidang kabinet tersebut adalah
membahas pagu indikatif APBN 2021. Namun, pada awal pidato, presiden
mengingatkan bahwa fokus kerja yang paling utama tetap mengendalikan Covid-19
secepat-cepatnya. ’’Menurunkan (persebaran) secepat-cepatnya,’’ tegas presiden.

Semua menteri, kepala lembaga, panglima TNI,
dan Kapolri diminta mengerahkan energi dan kekuatan untuk mengendalikan
Covid-19. Tentu juga menangani dampak-dampak yang menyertainya. Baik sosial
maupun ekonomi. Target bulan ini adalah kurva penularan harus turun. Kemudian,
bulan depan masuk pada posisi sedang. ’’Di bulan Juli harus masuk pada posisi
ringan, dengan cara apa pun,’’ tegasnya. Nada bicara presiden sedikit meninggi
saat mengucapkan kalimat terakhir itu.

Upaya menurunkan penularan tidak boleh hanya
mengandalkan gugus tugas, tapi juga melibatkan seluruh elemen bangsa. Mulai
jajaran pemerintahan, organisasi-organisasi sosial, masyarakat, relawan, partai
politik, hingga sektor swasta. Upaya yang ada harus diorkestrasi dengan baik.
Dia yakin jika semua bersatu dan disiplin menjalankan protokol kesehatan dan
berbagai rencana mitigasi, pandemi bisa diatasi dengan cepat.

Baca Juga :  Di Hadapan Ratusan Rakyat Papua, Wiranto: Tanah Cendrawasih Kondusif

Dalam menangani Covid-19, semua jajaran pemerintahan
harus betul-betul berpegang pada prinsip good governance,
transparansi, dan akuntabilitas. ’’Tujuan kita hanya satu, keselamatan seluruh
rakyat, baik di bidang kesehatan maupun sosial ekonomi,’’ tambahnya.

Sementara itu, Jubir Pemerintah untuk Penanganan
Covid-19 Achmad Yurianto optimistis bahwa persebaran Covid-19 mulai bisa
dikendalikan. Kunci utama adalah kepatuhan dan kedisiplinan masyarakat dalam
menjalankan pembatasan dan protokol kesehatan. ”Kita harus disiplin kalau ingin
pada bulan Juli kasus sudah bisa dikendalikan. Kehidupan kita mulai menjadi
lebih baik. Pembatasan-pembatasan mulai dikurangi. Komitmennya ada di kita,’’
katanya.

Pada Agustus, diharapkan aktivitas keseharian
sudah masuk pada kondisi normal yang baru. ”Normal yang baru artinya bahwa kita
sudah memiliki kehidupan yang berdisiplin. Disiplin untuk mencuci tangan,
misalnya, disiplin untuk mengikuti pola hidup bersih dan sehat,’’ tuturnya.

Baca Juga :  Data ESDM: Ada 2.741 Lokasi dan 3,7 Juta Penambang Ilegal di Indonesia

Humas PB IDI dr Abdul Halik Malik menyatakan,
tes cepat adalah salah satu kunci penanganan Covid-19. Sampai kemarin, ada
239.226 ODP dan 26.408 PDP di seluruh wilayah. ”Mereka inilah yang idealnya
menjadi target prioritas pemeriksaan PCR,” ungkapnya. Dengan tes PCR masal,
kasus korona cepat ditemukan. Setelah itu, fasilitas kesehatan bisa cepat melakukan
isolasi dan penanganan. ”Kalau sudah isolasi, berarti kita sudah berhasil
mengunci penularan,” tutur Malik.

Dengan tes masal, akan diketahui pula siapa
yang kontak dengan penderita. Dengan mengetahui siapa yang pernah kontak,
segera bisa dilakukan pelacakan kontak secara agresif. Dengan begitu, potensi
persebaran bisa dihentikan. ”Masih ada waktu untuk membenahi fasilitas layanan
kesehatan sebelum sampai pada puncak pandemi atau munculnya episentrum baru di
daerah,” bebernya. 

Terpopuler

Artikel Terbaru