JAKARTA – Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni
Monardo‎ mengatakan, pemerintah akan kewalahan jika sampai memutuskan lockdown
atau karantina wilayah di tengah pandemi wabah virus Korona.
Doni mengungkapkan, kewalahan
yang akan dihadapi tim-nya adalah untuk mendistribusikan anggaran-anggaran ke
daerah-daerah yang melakukan lockdown atau karantina.
“Bayangkan kalau kemarin Bapak
Presiden memutuskan untuk lockdown atau karantina wilayah. Mungkin hari ini
BNPB akan kewalahan mendistribusikan anggaran dana sekian ratus juta penduduk
Indonesia,†ujar Doni dalam rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, Senin (6/4).
Menurut Doni, karena jika sampai
lockdown, maka pemerintah diwajibkan untuk menanggung semuanya. Seperti
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
“Karena kewajiban pemerintah
pusat untuk membiayai kebutuhan dasar masyarakat,†katanya.
Doni juga menuturkan, bisa
dibayangkan bagaimana nasib orang miskin seperti buruh kasar yang harus kerja
harian. Mereka akan tidak punya penghasilan sama sekali jika lockdown
diberlakukan. Sehingga ini menjadi tanggungan dari pemerintah.
“Kalau lockdown atau karantina
wilayah diberlakukan, maka‎ bagaimana mereka bisa bergerak. Jadi kebijakan yang
dibuat di satu sisi. Pasti ada satu sisi lain yang kurang bagus,†katanya.
Oleh sebab itu saat ini yang
terbaik dilakukan oleh masyarakat adalah melakukan ‎social dan physical
distancing‎. Hal itu dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus Korona di
Indonesia ini.
‎â€Saya
yakin kita bisa menghadapi Covid-19 ini jauh lebih baik dibandingkan
nengara-negara lain,†tuturnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi
akhirnya blak-blakan soal alasan tak memutuskan lockdown sebagai upaya mencegah
penyebaran virus Korona karena akan mengganggu perekonomian di Indonesia.
Sehingga pemerintah tidak memutuskan opsi tersebut.
“Lockdown
itu apa sih? Orang enggak boleh keluar rumah, transportasi harus semua
berhenti, baik itu bus, kendaraan pribadi, sepeda mobil, kereta api, pesawat
berhenti semuanya. Kegiatan-kegiatan kantor semua dihentikan. Kan kita tidak
mengambil jalan yang itu,†kata Jokowi.
“Kita
ingin tetap aktivitas ekonomi ada, tapi masyarakat kita semua harus jaga jarak
aman, social distancing, physical distancing itu yang paling penting,â€
sambungnya.
Oleh karena itu, Jokowi lebih
memilih menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dengan skema PSBB
ini, aktivitas perekonomian tetap berjalan, tetapi tetap ada sejumlah
pembatasan demi mencegah penyebaran Covid-19.
Misalnya penerapan bekerja,
belajar, dan beribadah dari rumah di daerah yang rawan. Masyarakat yang
terpaksa keluar rumah juga diingatkan untuk disiplin menjaga jarak satu sama
lain. Selain itu, masyarakat juga diingatkan untuk selalu menjaga kebersihan.
Tertular Karena Menyentuh Wajah
Doni juga meminta para ketua RT
dan RW di daerahnya masing-masing menyediakan tempat cuci tangan. Hal itu
dinilai efektif untuk mencegah penyebaran Korona.
Pentingnya menjaga kebersihan
tangan itu, kata Doni, karena berdasar data yang ia dapat, 70-90 persen orang
tertular virus Korona karena tangannya menyentuh daerah-daerah di bagian
wajahnya.
“Katakanlah
di rumah ibadah, orang menyentuh bekas orang yang positif, tapi ia sendiri
tidak tahu. Kemudian tangannya memegang mata hidung dan mulut‎,†ujarnya.
Oleh sebab itu, orang yang tidak
sengaja tertular itu apabila imunitasnya rendah, maka akan mudah tertular.
Sehingga ini yang ditakutkan banyak pihak. Karena jika tertular pada manusia
usia lanjut ini yang akan sangat bahaya.
“Jadi
kalau imunitasnya rendah pasti terpapar. Sehingga jika sudah usia lanjut maka
ini sangat berbahaya. Bisa menimbulkan kematian,†katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, anak
muda yang imunitasnya tinggi bisa saja menyimpan virus itu dalam tubuhnya, dan
itu potensi penularannya ke orang tua sangat besar. Bahkan, menurut Doni dia
menyebut anak muda adalah pembunuh potensial dalam virus Korona ini.
“Jadi
tanpa dirasa anak muda yang tidak diketahui kesehatannya. Sebenarnya mohon maaf
bisa menjadi pembunuh potenisial, atau pembawa maut,†ungkapnya.
Selain itu, Doni memaparkan bahwa
30 persen orang yang positif Korona karena tertular lewat batuk dan flu dari si
penderita ‎korona.
“30
persen terpapar karena batuk dan bersin dari penderita (positif), sehingga
harus jaga jarak dimanapun berada, gunakan masker, termasuk dirumah,†imbuhnya.
Oleh karena itu, Doni mengajak
semua pihak untuk disiplin dalam hidupnya. Seperti melakukan ‎social dan physical
distancing‎. Hal itu dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus Korona di
Indonesia ini.
“Inilah
pentingnya selalu menjaga jarak bukan hanya di tempat umum. Tetapi di rumah
juga,†pungkasnya.