31.4 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Pembelajaran Online, Rhenald Kasali Sebut Pendidik Kesulitan Isi Rapor

Dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2020, Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) menggelar seminar online (webinar) bertajuk self
Driving for Teacher mulai Sabtu (2/5). Pada hari pertama, jumlah peserta
mencapai lebih dari tujuh ribu guru. Salah satu pemateri adalah guru besar
Universitas Indonesia Rhenald Kasali.

Dalam paparannya, Rhenald Kasali menjelaskan kondisi guru atau dosen
yang sekarang umumnya menjalankan pembelajaran jarak jauh (PJJ) berbasis
online. Dia mengatakan ada guru atau dosen yang gagap teknologi. Tetapi dengan
terus dipaksa akhirnya bisa dan terbiasa atau mahir menggunakan teknologi dalam
PJJ. “Bahkan dosen di UI juga mengalami,” katanya.

Kendala lainnya ada banyak guru, dosen, siswa, maupun mahasiswa yang
tidak memiliki perlengkapan memadai untuk menjalankan PJJ. Bahkan di daerah
tertentu jaringan internetnya masih 3G atau bahkan 2G. Dia mengatakan beruntung
bagi masyarakat yang sudah bisa menikmati layanan internet 4G.

Rhenald juga mengungkapkan di masa pandemi Covid-19 dan pembelajaran
dilakukan secara online, banyak pendidik yang kesulitan menyusun atau mengisi
nilai rapor.

“Nanti menyusun rapornya bagaimana? Ya sudah dicocok-cocokin saja,” kata
Rhenald. Sebab nilai rapor tidak hanya terkait nilai akademik saja. Tetapi juga
ada perilaku atau attitude siswa.

Baca Juga :  Menag: Keputusan Arab Saudi Senapas dengan Pemerintah RI

Sementara yang terjadi sekarang interaksi guru dan siswa secara online.
Jarak jauh. Guru tidak bisa memantau perilaku siswa sebagaimana dalam keadaan
normal.

Rhenald juga menyadari adanya keluhan dari orang tua ketika mendampingi
anaknya belajar dari rumah. Sebab tidak semua anak-anak patuh atau menurut
dengan orang tua. Ada anak-anak yang patuh terhadap guru ketika berada di dalam
kelas. Belum lagi masih banyak orang tua yang bekerja di tengah wabah Covid-19.

“Bahkan ada juga yang intensitas bekerjanya lebih banyak dibandingkan
kondisi normal,” tuturnya.

Dia mengingatkan dalam kondisi sekarang semua butuh komitmen,
konsistensi, dan kesulitan. Menurut Rhenald kesulitan itu energi. Inovasi di
penjuru dunia ini muncul karena ada kesulitan. Untuk itu dia mengatakan para
guru, dosen, siswa, atau orang tua jangan menyerah dengan adanya kesulitan
dalam proses pelaksanaan PJJ.

“Guru jangan cemas karena gaptek,” katanya. Guru menurutnya harus terus
memaksa dirinya sendiri untuk belajar. Nanti akan menjadi bisa, lalu terbiasa,
kemudian menjadi mahir. Rhenald menegaskan otak manusia akan terus berubah.

Baca Juga :  XL Axiata Salurkan Bantuan Untuk Korban Banjir di Tanjung Tabalong

Sementara itu, Ketua Umum PGRI Prof Unifah Rosyidi menjelaskan memperingati
Hardiknas 2020, menggelar seminar online bekerja sama dengan Mahir Academy by
Rumah Perubahan. Kegiatan seminar atau workshop online digelar berseri mulai 2
Mei sampai 20 Mei nanti. Dia memperkirakan jumlah peserta bisa mencapai 13 ribu
guru dari 34 provinsi di seluruh tanah air.

“Pengalaman yang kita peroleh dalam situasi pandemi ini, bahwa
pendidikan jarak jauh berbasis online masih perlu dilakukan pembenahan secara
serius,” katanya.
Untuk itu, Unifah menjelaskan PGRI mengharapkan kepada pemerintah agar lebih
berfokus menginvestasikan sumber daya pada sarana dan prasarana pendukung PJJ.
Tujuannya supaya akses listrik dan internet bisa semakin meluas dan terjangkau
masyarakat hingga ke pelosok.

Unifah mencontohkan di daerah 3T para guru berimprovisasi. Tujuannya
supaya tetap bisa melayani pembelajaran di tengah wabah Covid-19 dan
keterbatasan akses internet. “Insya Allah kita menang dan menjadi bangsa yang
besar,” pungkas Rhenald.
 

Dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2020, Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) menggelar seminar online (webinar) bertajuk self
Driving for Teacher mulai Sabtu (2/5). Pada hari pertama, jumlah peserta
mencapai lebih dari tujuh ribu guru. Salah satu pemateri adalah guru besar
Universitas Indonesia Rhenald Kasali.

Dalam paparannya, Rhenald Kasali menjelaskan kondisi guru atau dosen
yang sekarang umumnya menjalankan pembelajaran jarak jauh (PJJ) berbasis
online. Dia mengatakan ada guru atau dosen yang gagap teknologi. Tetapi dengan
terus dipaksa akhirnya bisa dan terbiasa atau mahir menggunakan teknologi dalam
PJJ. “Bahkan dosen di UI juga mengalami,” katanya.

Kendala lainnya ada banyak guru, dosen, siswa, maupun mahasiswa yang
tidak memiliki perlengkapan memadai untuk menjalankan PJJ. Bahkan di daerah
tertentu jaringan internetnya masih 3G atau bahkan 2G. Dia mengatakan beruntung
bagi masyarakat yang sudah bisa menikmati layanan internet 4G.

Rhenald juga mengungkapkan di masa pandemi Covid-19 dan pembelajaran
dilakukan secara online, banyak pendidik yang kesulitan menyusun atau mengisi
nilai rapor.

“Nanti menyusun rapornya bagaimana? Ya sudah dicocok-cocokin saja,” kata
Rhenald. Sebab nilai rapor tidak hanya terkait nilai akademik saja. Tetapi juga
ada perilaku atau attitude siswa.

Baca Juga :  Menag: Keputusan Arab Saudi Senapas dengan Pemerintah RI

Sementara yang terjadi sekarang interaksi guru dan siswa secara online.
Jarak jauh. Guru tidak bisa memantau perilaku siswa sebagaimana dalam keadaan
normal.

Rhenald juga menyadari adanya keluhan dari orang tua ketika mendampingi
anaknya belajar dari rumah. Sebab tidak semua anak-anak patuh atau menurut
dengan orang tua. Ada anak-anak yang patuh terhadap guru ketika berada di dalam
kelas. Belum lagi masih banyak orang tua yang bekerja di tengah wabah Covid-19.

“Bahkan ada juga yang intensitas bekerjanya lebih banyak dibandingkan
kondisi normal,” tuturnya.

Dia mengingatkan dalam kondisi sekarang semua butuh komitmen,
konsistensi, dan kesulitan. Menurut Rhenald kesulitan itu energi. Inovasi di
penjuru dunia ini muncul karena ada kesulitan. Untuk itu dia mengatakan para
guru, dosen, siswa, atau orang tua jangan menyerah dengan adanya kesulitan
dalam proses pelaksanaan PJJ.

“Guru jangan cemas karena gaptek,” katanya. Guru menurutnya harus terus
memaksa dirinya sendiri untuk belajar. Nanti akan menjadi bisa, lalu terbiasa,
kemudian menjadi mahir. Rhenald menegaskan otak manusia akan terus berubah.

Baca Juga :  XL Axiata Salurkan Bantuan Untuk Korban Banjir di Tanjung Tabalong

Sementara itu, Ketua Umum PGRI Prof Unifah Rosyidi menjelaskan memperingati
Hardiknas 2020, menggelar seminar online bekerja sama dengan Mahir Academy by
Rumah Perubahan. Kegiatan seminar atau workshop online digelar berseri mulai 2
Mei sampai 20 Mei nanti. Dia memperkirakan jumlah peserta bisa mencapai 13 ribu
guru dari 34 provinsi di seluruh tanah air.

“Pengalaman yang kita peroleh dalam situasi pandemi ini, bahwa
pendidikan jarak jauh berbasis online masih perlu dilakukan pembenahan secara
serius,” katanya.
Untuk itu, Unifah menjelaskan PGRI mengharapkan kepada pemerintah agar lebih
berfokus menginvestasikan sumber daya pada sarana dan prasarana pendukung PJJ.
Tujuannya supaya akses listrik dan internet bisa semakin meluas dan terjangkau
masyarakat hingga ke pelosok.

Unifah mencontohkan di daerah 3T para guru berimprovisasi. Tujuannya
supaya tetap bisa melayani pembelajaran di tengah wabah Covid-19 dan
keterbatasan akses internet. “Insya Allah kita menang dan menjadi bangsa yang
besar,” pungkas Rhenald.
 

Terpopuler

Artikel Terbaru