JAKARTA – Indonesia ditargetkan akan menjadi pusat produksi kendaraan listrik. Hal tersebut sejalan dengan target Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang mencanangkan pada tahun 2030 nanti Indonesia sudah bisa memproduksi sendiri 2,5 juta unit motor listrik dan 300 ribu mobil listrik.
Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtarudin mengatakan pengembangan kendaraan listrik di Indonesia mempunyai prospek yang sangat cerah.
Terlebih, kata Mukharudin, Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia.
“Ya tentu mendukung penuh pengembangan industri kendaraan listrik. Khususnya, dalam pembuatan baterai kendaraan listrik,” tandas Mukhtarudin, Jumat 29 Maret 2024.
Politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah ini menjelaskan berdasarkan data US Geological Survey diperkirakan cadangan nikel Indonesia mencapai 21 juta metrik ton. Di mana sekitar lebih dari 40 persen nikel dunia ada di Indonesia yang tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara.
Sementara, merujuk pada catatan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), produksi nikel dunia pada tahun 2022 diperkirakan mencapai 3,3 juta metrik ton, atau meningkat sekitar 21% dari produksi tahun 2021.
“Dari angka tersebut, 48% nya atau sekitar 1,6 juta metrik ton adalah produksi Indonesia” imbuh Mukhtarudin.
Adapun, Mukhtarudin mengatakan produksi baterai kendaraan listrik saat ini menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam mewujudkan Indonesia menjadi salah satu pemain utama dalam memproduksi kendaraan listrik.
“Mengingat baterai merupakan komponen kunci untuk kendaraan listrik dan berkontribusi sekitar 25-40 persen dari harga kendaraan listrik,” pungkas Mukhtarudin.
Diketahui, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendukung percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air di mana pada 2030 mendatang.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan target tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 21,65 juta barel atau setara pengurangan emisi CO2 sebanyak 7,9 juta ton secara total.
Agus mengaku perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia semakin tumbuh, dengan kapasitas yang jauh melampaui perkembangan pasar. Hal ini juga didorong dari berbagai kebijakan strategis dari pemerintah.
“Termasuk memberikan kepastian usaha, penyusunan roadmap, dan pengoptimalan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN),” ujar Agus.
Menurut Agus, dalam pengembangannya, Kementerian Perindustrian juga terus melakukan akselerasi pembentukan ekosistem kendaraan listrik (EV) melalui evaluasi dan berbagai terobosan.
“Langkah ini merupakan bentuk dukungan industri dalam memenuhi komitmen pemerintah menurunkan emisi gas,” pungkas Agus Gumiwang Kartasasmita. (tim)