Site icon Prokalteng

Ekonomi Global 2024 Diperkirakan Masih Lemah, Banggar DPR RI Bilang Begini

Anggota DPR RI Mukhtarudin

JAKARTA – Anggota Banggar DPR RI Mukhtarudin mengatakan kecenderungan perekonomian global yang sedang tidak baik-baik saja saat ini, hendaknya diwaspadai dengan penuh kebijaksanaan oleh pemerintah Indonesia.

Artinya, menurut politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah ini, jika melihat keluar dalam skala global sangat penting untuk memperoleh gambaran dan pemahaman lebih komprehensif.

“Saya kira gambaran itu dengan melihat tentang tantangan- tantangan riel yang muncul dari gejala resesi ekonomi sekarang ini,” tutur Mukhtarudin, Senin 26 Februari 2024.

Perekonomian Jepang dan Inggris sudah masuk zona resesi, sementara masyarakat di dalam negeri gelisah menyoal kenaikan harga beras.

Pria kelahiran Pangkalan Bun Kalteng ini mengatakan hal tersebut merupakan sinyal dan tantangan bahwa dibutuhkan beragam terobosan agar ekonomi tanah air mengalami perbaikan. Kata Mukhtarudin, bukan hanya dari sisi fiskal namun juga sisi moneter agar kualitas pertumbuhan ekonomi semakin membaik.

“Harus ada penurunan angka kemiskinan, penurunan angka pengangguran serta pengurangan ketimpangan bahkan tidak lupa peningkatan kesejahteraan petani, nelayan maupun kualitas sumber daya manusia Indonesia,” imbuh Mukhtarudin.

Untuk itu, Peraih Tokoh peduli Daerah Terbaik Parlemen Award 2023 ini berharap baik pemerintahan sekarang maupun pemerintahan baru yang akan hadir di penghujung Oktober 2024, tentu harus waspada dan terus bekerja keras untuk membawa perekonomian nasional menjauh dari zona resesi tersebut.

Anggota Komisi VII DPR RI ini bilang dapat dipastikan bahwa ketidakpastian global masih akan berlanjut, dan cepat atau lambat akan memengaruhi kinerja perekonomian nasional.

Hal tersebut, lanjut Mukhtarudin, perlu diingatkan dan digarisbawahi oleh pemerintahan, karena melemahnya kinerja perekonomian global sudah berdampak ke Indonesia.

Penyebabnya, Mukhtarudin menilai beberapa negara yang kinerja perekonomiannya sedang melemah adalah mitra Indonesia di sektor perekonomian.

“Dan, jika dampak atau ekses ketidakpastian itu tidak ditanggapi dengan langkah atau pendekatan yang penuh kebijaksanaan, saya kira masyarakat kebanyakan lah yang akan menanggung segala bentuk eksesnya,” pungkas Mukhtarudin.

Ekonomi Global 2024 Diperkirakan Masih Lemah

Untuk diketahui, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ekonomi Indonesia tetap resilien didukung kuatnya permintaan domestik, konsumsi, dan investasi di tengah pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan masih dalam posisi yang lemah.

“Perekonomian global 2024 diperkirakan masih dalam posisi yang lemah, di mana meskipun inflasi mengalami moderasi atau penurunan, namun belum serta merta menurunkan suku bunga yang melonjak cukup tinggi dalam 18 bulan terakhir,” kata Menkeu dalam Konferensi Pers APBN Kita Februari 2024 secara daring pada Kamis, 22 Februari 2024.

Menkeu menjelaskan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2024 oleh International Monetary Fund (IMF) hanya sebesar 3,1 persen, sedangkan World Bank memprediksi perekonomian global hanya tumbuh 2,4 persen, lebih rendah dari kinerja perekonomian global 2023.

Di tengah kondisi pelemahan ekonomi global tersebut, Menkeu mengungkapkan bahwa Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang relatif masih cukup baik di 5,0 persen, dilihat dari negara-negara G20 maupun ASEAN.

“Pelemahan global dan tren harga komoditas yang melemah tentu harus kita waspadai karena akan berpotensi mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia alhamdulillah selama periode 2023 masih bisa bertahan di 5 persen atau dalam hal ini 5,05 persen. Ini karena kuartal empat tetap terjaga di atas 5 persen,” ujar Menkeu.

Menkeu mengatakan kontributor yang penting dalam mendukung kuatnya ekonomi Indonesia adalah konsumsi rumah tangga yang masih terjaga tumbuh di 4,82 persen dari sisi pengeluaran dan sektor manufaktur tumbuh 4,64 persen dari sisi produksi. Aktivitas konsumsi yang tetap kuat ini didukung oleh inflasi yang terkendali dan peran APBN sebagai shock absorber dalam menjaga daya beli masyarakat.

“Konsumsi rumah tangga masih terjaga tumbuh di 4,82 persen dan ini kontribusinya 53 persen terhadap total PDB (Produk Domestik Bruto). PMTB atau investasi dalam hal ini tumbuh 4,4 persen, kontribusinya terhadap PDB adalah 29,3 persen. Konsumsi pemerintah juga memberikan kontribusi positif 2,95 persen,” kata Menkeu.

Pada tahun 2024, APBN akan terus dioptimalkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian nasional untuk mendorong akselerasi transformasi ekonomi yang lebih inklusif, lebih hijau, dan berkelanjutan. (tim)

Exit mobile version