JAKARTA – Anggota Komisi XII DPR RI, Mukhtarudin, mendorong percepatan transisi energi di Indonesia melalui program masif pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di seluruh wilayah Indonesia.
Mengingat, Sektretaris fraksi Golkar DPR RI ini bilang proyek PLTS Atap tersebut akan menjadi tulang punggung pemerintah dalam meningkatkan rasio elektrifikasi di desa-desa terpencil yang masih belum terjangkau listrik.
“Saya kita langkah ini penting, sekaligus mempercepat transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060,” tutur Mukhtarudin, Selasa (21/7/2025).
Indonesia, kata Mukhtarudin, memang memiliki potensi energi surya yang sangat besar karena letaknya di daerah tropis dengan sinar matahari melimpah sepanjang tahun.
Artinya, PLTS Atap bisa menjadi solusi strategis untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat, terutama di daerah perkotaan dan pedesaan yang memiliki akses terbatas ke jaringan listrik konvensional.
“PLTS Atap juga dapat mengurangi ketergantungan pada batubara, dan berkontribusi besar terhadap emisi karbon,” beber Mukhtarudin
Secara nasional, target bauran energi baru terbarukan Indonesia dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang ditetapkan pada Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 adalah sebesar 23 persen pada tahun 2025, 31 persen pada 2050, dan menuju netral karbon pada 2060.
Namun realisasi masih tertinggal. Hingga awal 2025, Kementerian ESDM mencatat bauran EBT nasional baru mencapai 14,68 persen.
“Kita perlu langkah konkret. PLTS Atap bukan hanya soal teknologi, tetapi juga pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ujar Mukhtarudin.
Mukhtarudin pun berharap program ini dapat direalisasikan dalam enam bulan ke depan melalui kerja sama lintas sektor.
“Karena transisi energi bukan cuma wacana. Kita harus bergerak cepat untuk masa depan yang lebih hijau,” pungkas Mukhtarudin.
Komitmen Internasional
Presiden Prabowo Subianto akan mempercepat ambisi transisi energi menuju sumber yang lebih ramah lingkungan. Kepala Negara ini menargetkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional bisa mencapai 100 persen pada tahun 2035, lebih cepat dari target sebelumnya yaitu 2040.
“Targetnya, tentu saja, adalah 2040, tetapi para ahli saya mengatakan bahwa kami bisa mencapainya jauh lebih cepat,” kata Prabowo dalam konferensi pers bersama Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva.
Pernyataan itu diamini oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Ketum Golkar ini menyebut, Indonesia berencana menambah kapasitas energi hingga 100 gigawatt sampai 2040. “Tapi sekarang kan sudah sekitar 70 gigawatt di 2025 sampai dengan 2034,” kata Bahlil.
Salah satu strategi percepatan, menurut Bahlil, adalah pembangunan energi baru terbarukan lewat pembangkit listrik tenaga surya (solar cell) di desa-desa yang belum menikmati layanan listrik.
Karena, lanjut Bahlil, langkah ini menjadi bagian dari program Asta Cita yang digagas pemerintahan Prabowo-Gibran.
“Dan kita akan memastikan arahan dari Presiden, untuk desa-desa itu segera kita harus pasang listriknya, sambung listriknya ke rumah, supaya ini adalah bagian daripada program Asta Cita,” pungkas Bahlil. (tim)