27.1 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Bentrok, 35 Ribu Warga Belgia Unjuk Rasa Tolak Pembatasan Covid-19

PROKALTENG.CO – Belgia kembali bergulat dengan lonjakan kasus gelombang baru Covid-19. Sayang, aksi demonstrasi dilakukan puluhan ribu warga Belgia terhadap pembatasan Covid-19 di Brussels, Minggu (21/11/2021) itu berakhir rusuh.

Sekitar 35.000 orang turun ke jalan memprotes pembatasan Covid-19 yang lebih ketat. Demikian dilansir The Hill, Senin (22/11/2021).

Associated Press melaporkan, demonstran membakar tempat sampah, melemparkan benda-benda ke polisi dan merusak mobil.

Sementara polisi menggunakan meriam air dan gas air mata sebagai perlawanan. Orang-orang terdengar berteriak, “Kebebasan! Kebebasan! Kebebasan!”

Pengunjuk rasa membawa bendera dan berbagai tulisan, termasuk bendera pelangi LGBT. Satu dari bendera bertuliskan “Bersama untuk Kebebasan” dan yang lainnya menunjukkan lambang kelompok sayap kanan.

Baca Juga :  Dari 30, Hanya Sisa 8 Kelurahan di Palangka Raya Berstatus Zona Hijau

Ilse Vande Keere, juru bicara polisi mengatakan bahwa lebih dari 40 orang ditahan dan dua ditangkap. Empat orang dilaporkan terluka selama demonstrasi, satu pengunjuk rasa dan tiga petugas polisi.

Bentrokan Meletus

Para pengunjuk rasa menghadapi Polisi ketika bentrokan meletus selama demonstrasi menentang langkah-langkah Covid-19, termasuk kartu kesehatan negara itu, di Brussels pada 21 November 2021.

Pemerintah Belgia mengumumkan, mereka mengambil langkah-langkah untuk mengekang penyebaran Covid-19 termasuk mewajibkan pemakaian untuk usia 10 tahun ke atas.

Kemudian, pemerintah mengharuskan orang bekerja empat sampai lima hari dari rumah dan menerapkan pengujian di klub malam.

Belgia juga mulai mewajibkan petugas kesehatan untuk mendapatkan vaksin Covid-19 atau berisiko ditangguhkan. Sebagai informasi, menurut data dari Universitas Johns Hopkins, sekitar tiga perempat populasi Belgia. Namun, Belgia masih melihat adanya peningkatan kasus.

Baca Juga :  Pemprov Kalteng Siapkan 3 Langkah Antisipasi Deltracron Saat Ramadan

Selasa lalu, negara itu hampir mencapai level tertinggi sepanjang masa infeksi Covid-19 harian dengan lebih dari 20.000 kasus dilaporkan. Sementara itu, pada Oktober 2020 Belgia melaporkan lebih dari 22.000 kasus.

“Ini bukan virus yang sama lagi,” kata Perdana Menteri Alexander de Croo pekan lalu. “Ini adalah mutasi virus, yang jauh lebih menular.” (ngopibareng/jpg)

PROKALTENG.CO – Belgia kembali bergulat dengan lonjakan kasus gelombang baru Covid-19. Sayang, aksi demonstrasi dilakukan puluhan ribu warga Belgia terhadap pembatasan Covid-19 di Brussels, Minggu (21/11/2021) itu berakhir rusuh.

Sekitar 35.000 orang turun ke jalan memprotes pembatasan Covid-19 yang lebih ketat. Demikian dilansir The Hill, Senin (22/11/2021).

Associated Press melaporkan, demonstran membakar tempat sampah, melemparkan benda-benda ke polisi dan merusak mobil.

Sementara polisi menggunakan meriam air dan gas air mata sebagai perlawanan. Orang-orang terdengar berteriak, “Kebebasan! Kebebasan! Kebebasan!”

Pengunjuk rasa membawa bendera dan berbagai tulisan, termasuk bendera pelangi LGBT. Satu dari bendera bertuliskan “Bersama untuk Kebebasan” dan yang lainnya menunjukkan lambang kelompok sayap kanan.

Baca Juga :  Dari 30, Hanya Sisa 8 Kelurahan di Palangka Raya Berstatus Zona Hijau

Ilse Vande Keere, juru bicara polisi mengatakan bahwa lebih dari 40 orang ditahan dan dua ditangkap. Empat orang dilaporkan terluka selama demonstrasi, satu pengunjuk rasa dan tiga petugas polisi.

Bentrokan Meletus

Para pengunjuk rasa menghadapi Polisi ketika bentrokan meletus selama demonstrasi menentang langkah-langkah Covid-19, termasuk kartu kesehatan negara itu, di Brussels pada 21 November 2021.

Pemerintah Belgia mengumumkan, mereka mengambil langkah-langkah untuk mengekang penyebaran Covid-19 termasuk mewajibkan pemakaian untuk usia 10 tahun ke atas.

Kemudian, pemerintah mengharuskan orang bekerja empat sampai lima hari dari rumah dan menerapkan pengujian di klub malam.

Belgia juga mulai mewajibkan petugas kesehatan untuk mendapatkan vaksin Covid-19 atau berisiko ditangguhkan. Sebagai informasi, menurut data dari Universitas Johns Hopkins, sekitar tiga perempat populasi Belgia. Namun, Belgia masih melihat adanya peningkatan kasus.

Baca Juga :  Pemprov Kalteng Siapkan 3 Langkah Antisipasi Deltracron Saat Ramadan

Selasa lalu, negara itu hampir mencapai level tertinggi sepanjang masa infeksi Covid-19 harian dengan lebih dari 20.000 kasus dilaporkan. Sementara itu, pada Oktober 2020 Belgia melaporkan lebih dari 22.000 kasus.

“Ini bukan virus yang sama lagi,” kata Perdana Menteri Alexander de Croo pekan lalu. “Ini adalah mutasi virus, yang jauh lebih menular.” (ngopibareng/jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru