PROKALTENG.CO – Pemerintah Malaysia telah mengusir seluruh diplomat
Kedutaan Besar Demokrat Republik Rakyat Korea (DPRK) di Kuala Lumpur, Minggu (21/3/2021).
Kementerian Luar Negeri Malaysia
telah mengumumkan pengusiran itu sesuai dengan keputusan dari Pemerintah
Malaysia, pada Jumat 19 Maret 2021.
“Pengusiran telah dilakukan
sesuai dengan Pasal 9 Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik 1961,”
kata Menteri Luar Negeri Malaysia Dato Seri Hishamuddin Hussein dalam
pernyataannya kepada media di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu 21 Maret 2021.
Pemerintah Malaysia, kata dia,
harus mengambil tindakan ini sebagai tanggapan atas Keputusan DPRK, pada 19
Maret 2021 sepihak, dan sama sekali tidak bertanggung jawab untuk memutuskan
hubungan diplomatik dengan Malaysia.
“Tindakan Pemerintah
Malaysia telah menjadi kebutuhan untuk melindungi Kedaulatan Malaysia dan
menjaga kepentingan nasional kita,” kata Hussein, seperti dilansir Antara.
Tindakan ini, lanjut dia, adalah
pengingat bahwa Malaysia tidak akan pernah menoleransi segala upaya negara lain
untuk mencampuri urusan dalam negeri Malaysia.
“Dan peradilan, tidak menghormati
sistem pemerintahan kita, dan terus menciptakan ketegangan yang tidak perlu
yang bertentangan dengan tatanan internasional berbasis aturan,†kata Hussein
menyebut kecaman untuk Korea Utara.
Korut Jadi Sorotan Dunia
Korea Utara (Korut) kini menjadi
perhatian para pemimpin dunia. Dalam Pertemuan 2+2 antara Menteri Luar Negeri
dan Pertahanan Amerika Serikat (AS) dan Jepang, Selasa 16 Maret 2021, di Tokyo,
masalah Korut pun dibahas.
“Sebagaimana kami mengusahakan
terkait realisasi dari denuklirisasi lengkap Korea Utara, kami menegaskan
pentingnya implementasi lengkap resolusi DK PBB dan menegaskan bahwa kerja sama
akan terus berlanjut antara tiga negara Jepang, AS dan Korsel di samping kerja
sama bilateral dengan Amerika Serikat,†ujar Menlu Jepang Toshimitsu Motegi
dalam sesi konferensi pers, sesaat setelah pertemuan.
Bagi AS keberadaan Indo-Pasifik
juga tidak dapat dielakkan, untuk memperkuat pengaruh di kawasan bersama para
sekutu. AS memastikan dua negara bersekutu itu mendukung sepenuhnya stabilitas
dan perdamaian di wilayah Indo-Pasifik, serta menekan upaya Tiongkok
menggunakan paksaan di kawasan.
Menteri Pertahanan LIoyd Austin
menyebut, Tiongkok merupakan tantangan langkah bagi Departemen Pertahanan, yang
memerlukan adanya kerja sama tim bersama sekutu utama di kawasan Asia seperti
Jepang.
“Saya tahu Jepang berbagi fokus
bersama kami dengan tindakan destabilisasi Tiongkok. Seperti yang telah saya
katakan sebelumnya Tiongkok adalah tantangan langkah bagi Departemen
Pertahanan. Kami tahu bahwa bersaing dalam dinamika global yang bergeser saat
ini hanya dapat dilakukan melalui semangat kerja tim dan kerja sama yang
merupakan seluruh tanda persekutan kami dengan Jepang,†terang Austin.
Pertemuan 2+2 menyepakati
mengakui perilaku unilateral Tiongkok di Laut Tiongkok Timur dan Selatan tidak
konsisten dengan aturan internasional yang berlaku, sehingga berdampak pada
sekutu dan masyarakat internasional.
Kunjungan Blinken dan Austin ke
Jepang dan Korea Selatan mendapatkan tanggapan langsung dari adik pemimpin
Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong.
Kim Yo Jong menyerang AS lantaran
negara itu telah memulai latihan militter bersama Korea Selatan sejak pekan
lalu.
Dalam sebuah pernyataan Kim Yo
Jong yang diterbitkan oleh koran Pemerintah Korea Utara, Rodong Sinmun, secara
eksplisit pesan ditujukannya kepada Joe Biden.
“Nasihat untuk pemerintahan baru
AS yang berusaha menyebarkan bau mesiu di tanah kami dari seberang lautan. Jika
Anda ingin tidur nyenyak selama empat tahun ke depan, sebaiknya jangan berulah
dari awal yang akan membuat Anda tak bisa tidur nyenyak,†ancam Kim Yo Jong.