27.8 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Waduh! Usai Disuntik Vaksin Pfizer-BioNTceh, 23 Orang di Norwegia Just

PROKALTENG.CO-Norwegia menjadi salah satu negara di Eropa yang mulai melakukan
vaksinasi terhadap warganya dengan vaksin Pfizer-BioNTech yang memiliki nilai
efikasi di atas 90 persen. Hanya saja, kejadian tak disangka muncul. Usai
pelaksanaan vaksinasi, setidaknya 23 orang yang menerima vaksin Covid-19 dari
perusahaan farmasi AS dan Jerman itu meninggal dunia.

Pihak berwenang pada Jumat (15/1) memastikan ada 13
kematian terkait dengan efek samping vaksin. Sementara 10 kematian tak
berkaitan langsung, meski masih dalam penelitian. Sebanyak 13 orang yang
meninggal akibat efek samping vaksin berusia di atas 80 tahun. Hal tersebut
seperti disampaikan Badan Obat Norwegia.

Seperti dilansir dari Daily Sabah,
Jumat (15/1), Badan Obat Norwegia mencatat bahwa efek samping umum vaksin Pfizer-BioNTech
yakni seperti demam dan mual. Dan bisa menyebabkan kematian pada beberapa
penerima vaksinasi lanjut usia.

Baca Juga :  Mufti Agung Arab Saudi: Salat Idul Fitri di Rumah

“Selain 13 kematian, ada 9 kasus efek samping serius dan 7
kasus efek samping yang kurang serius telah dicatat,” kata Direktur Medis Badan
Obat Norwegia, Steinar Madsen, mengatakan kepada NRK.

Norwegia meluncurkan kampanye vaksinasi bulan lalu, tepat
setelah vaksin Pfizer-BioNTech disetujui oleh European Medicines Agency (EMA).
Hampir 33 ribu orang telah menerima dosis di negara itu, menurut data pelacak
OurWorldInData yang berbasis di Inggris.

Kasus Covid-19 di orwegia saat ini mencapai 57.736,
termasuk 511 kematian. Vaksin Pfizer ditemukan oleh pasangan suami istri
peneliti dari BioNTech, Ugur Sahin bersama istrinya, Özlem Türeci, yang
merupakan kepala petugas medis.

Menurut Times, Sahin membaca artikel dari The Lancet pada
Januari 2020 tentang wabah Wuhan. Dia sudah melihat potensi bahaya pandemi di
maza depan. Lalu dia melihat bagaimana kerja BioNTech pada mRNA dapat
diterapkan untuk vaksin. Metode ini awalnya digunakan untuk vaksin kanker lalu
akhirnya dikembangkan untuk Covid-19.

Baca Juga :  ASEAN Godok Sistem Pembayaran Regional

PROKALTENG.CO-Norwegia menjadi salah satu negara di Eropa yang mulai melakukan
vaksinasi terhadap warganya dengan vaksin Pfizer-BioNTech yang memiliki nilai
efikasi di atas 90 persen. Hanya saja, kejadian tak disangka muncul. Usai
pelaksanaan vaksinasi, setidaknya 23 orang yang menerima vaksin Covid-19 dari
perusahaan farmasi AS dan Jerman itu meninggal dunia.

Pihak berwenang pada Jumat (15/1) memastikan ada 13
kematian terkait dengan efek samping vaksin. Sementara 10 kematian tak
berkaitan langsung, meski masih dalam penelitian. Sebanyak 13 orang yang
meninggal akibat efek samping vaksin berusia di atas 80 tahun. Hal tersebut
seperti disampaikan Badan Obat Norwegia.

Seperti dilansir dari Daily Sabah,
Jumat (15/1), Badan Obat Norwegia mencatat bahwa efek samping umum vaksin Pfizer-BioNTech
yakni seperti demam dan mual. Dan bisa menyebabkan kematian pada beberapa
penerima vaksinasi lanjut usia.

Baca Juga :  Mufti Agung Arab Saudi: Salat Idul Fitri di Rumah

“Selain 13 kematian, ada 9 kasus efek samping serius dan 7
kasus efek samping yang kurang serius telah dicatat,” kata Direktur Medis Badan
Obat Norwegia, Steinar Madsen, mengatakan kepada NRK.

Norwegia meluncurkan kampanye vaksinasi bulan lalu, tepat
setelah vaksin Pfizer-BioNTech disetujui oleh European Medicines Agency (EMA).
Hampir 33 ribu orang telah menerima dosis di negara itu, menurut data pelacak
OurWorldInData yang berbasis di Inggris.

Kasus Covid-19 di orwegia saat ini mencapai 57.736,
termasuk 511 kematian. Vaksin Pfizer ditemukan oleh pasangan suami istri
peneliti dari BioNTech, Ugur Sahin bersama istrinya, Özlem Türeci, yang
merupakan kepala petugas medis.

Menurut Times, Sahin membaca artikel dari The Lancet pada
Januari 2020 tentang wabah Wuhan. Dia sudah melihat potensi bahaya pandemi di
maza depan. Lalu dia melihat bagaimana kerja BioNTech pada mRNA dapat
diterapkan untuk vaksin. Metode ini awalnya digunakan untuk vaksin kanker lalu
akhirnya dikembangkan untuk Covid-19.

Baca Juga :  ASEAN Godok Sistem Pembayaran Regional

Terpopuler

Artikel Terbaru