29.1 C
Jakarta
Saturday, September 21, 2024

Jennifer Haynes, Perempuan dengan Ribuan Kepribadian

“EMPAT puluh lima tahun. Wow.” Kalimat itu meluncur begitu saja dari
mulut Jennifer Haynes. Dia mengucapkannya sembari tertawa lebar. Perempuan yang
biasa dipanggil Jeni itu memang gembira luar biasa. Setelah puluhan tahun,
orang yang menyiksa dan melecehkannya, Jumat (6/9) akhirnya diganjar hukuman
lebih dari empat dekade. Dia adalah sang ayah, Richard Haynes.

“Saya berharap dia dihukum 25
tahun. Jadi, ini rasanya seperti dapat bonus besar,” terang dia saat keluar
dari Pengadilan Distrik Downing Centre, Sydney, Australia.

Selama hampir dua jam, Jeni
mendengarkan hakim Sarah Huggett membacakan 25 dakwaan yang menjerat Richard.
Itu adalah 2 jam yang menyiksa sekaligus melegakan. Sebab, akhirnya ada orang
yang memberi tahu Richard tentang kekejian yang dilakukannya selama ini
terhadap Jeni.

Pria 74 tahun itu dinyatakan
bersalah atas semua dakwaan tersebut. Dia baru bisa bebas bersyarat jika sudah
menjalani 33 tahun masa hukuman. Dengan kata lain, sangat mungkin Richard bakal
mati di balik jeruji besi.

Kisah pilu kehidupan Jeni dimulai
ketika keluarganya pindah dari Inggris ke Australia pada 1974. Saat itu Jeni
baru berusia 4 tahun. Entah setan apa yang merasuki si ayah, tapi sejak itulah
dia mulai menyiksa dan memerkosa Jeni hampir setiap hari. Richard juga
menyodomi putri kecilnya. Dia tidak peduli meski saat itu Jeni kecil berdarah
dan terkencing-kencing.

“Dia mendengar saya memintanya
untuk berhenti, mendengar saya menangis, melihat kesakitan dan teror yang dia
sebabkan, melihat darah dan kerusakan fisik karena hal itu. Dan keesokan harinya
dia tetap mengulangi perbuatannya,” ujar Jeni.

Baca Juga :  Waspada! Covid-19 Varian Delta Plus Sudah Sampai Singapura

Tak tahan, Jeni akhirnya
menciptakan alter ego bernama Symphony. Dia adalah sosok gadis kecil yang
berusia 4 tahun. Saat memerkosa Jeni, sejatinya ayahnya sedang memerkosa
Symphony. Seiring berjalannya waktu, Symphony menciptakan alter ego lain untuk
mengatasi beban mentalnya. Saat ini jumlahnya mencapai 2.500-an sosok.

Jeni positif menderita multiple
personality disorder (MPD) atau dissociative identity disorder (DID). Enam di
antara alter egonya Maret lalu memberikan kesaksian di pengadilan. Itu adalah
kasus pertama di Australia, penderita DID menjadi korban kejahatan dan
memberikan kesaksian lewat para alter egonya.

Orang tua Jeni berpisah pada
1984. Tapi, Jeni baru bernyali melaporkan ayahnya pada 2009. Polisi butuh waktu
10 tahun untuk menyelidiki dan menyeret Richard ke balik jeruji besi. Dia
diekstradisi dari Darlington, Inggris, pada 2017.

Hakim tidak pernah menghadirkan
juri seperti dalam persidangan pada umumnya. Kasus tersebut dinilai begitu
kelam sehingga ditakutkan akan menimbulkan trauma mendalam pada para juri.

Mereka yang Terbelah Kepribadiannya

Shirley Ardell Mason memiliki
kepribadian ganda karena sang ibu yang menderita gangguan jiwa kerap
menyiksanya. Kisahnya diungkap dalam buku berjudul Sybil: The True Story of a
Woman Possessed by 16 Separate Personalities.

Baca Juga :  New York Lumpuh Akibat Badai, Vaksinasi Covid-19 Tertunda

Nama Mason disamarkan menjadi
Sybil Isabel Dorsett. Buku itu lantas diadaptasi menjadi sebuah film.
Belakangan, diagnosis Mason menderita dissociative identity disorder (DID)
dipertanyakan. Dia diduga salah diagnosis.

Juanita Maxwell melakukan
pembunuhan Maret 1979, saat bekerja sebagai pelayan di Fort Myers Hotel, Florida,
AS. Maxwell ternyata memiliki enam kepribadian. Yang membunuh adalah Wanda
Weston, salah satu sosok di dalam dirinya. Maxwell dirawat di rumah sakit jiwa
sebelum akhirnya keluar dan merampok bank. Lagi-lagi, Wanda Weston yang
melakukan.

Pada 14-26 Oktober 1977 terjadi
tiga penculikan, perampokan, dan pemerkosaan di dekat Ohio State University.
Para korban mendeskripsikan orang yang berbeda-beda, padahal pelakunya satu
orang, yaitu Billy Milligan.

Setelah ditangkap, dia
didiagnosis punya 24 kepribadian. Dia dirujuk ke rumah sakit jiwa. Kisahnya
dibukukan dengan judul The Minds of Billy Milligan dan difilmkan dengan judul
The Crowded Room yang dibintangi Leonardo DiCaprio.

Truddi Chase mengeklaim punya
beberapa kepribadian sejak usia 2 tahun. Ayah angkatnya kerap melecehkannya
secara fisik dan seksual. Ibunya melukainya secara emosional selama 12 tahun.
Dia akhirnya punya 92 kepribadian yang disebutnya sebagai The Troops. Dia dan
terapisnya menulis buku berjudul When Rabbit Howls yang kemudian diadaptasi ke
miniseri televisi pada 1990-an. Dia juga pernah diundang di acara The Oprah
Winfrey Show. (JPC/KPC)

“EMPAT puluh lima tahun. Wow.” Kalimat itu meluncur begitu saja dari
mulut Jennifer Haynes. Dia mengucapkannya sembari tertawa lebar. Perempuan yang
biasa dipanggil Jeni itu memang gembira luar biasa. Setelah puluhan tahun,
orang yang menyiksa dan melecehkannya, Jumat (6/9) akhirnya diganjar hukuman
lebih dari empat dekade. Dia adalah sang ayah, Richard Haynes.

“Saya berharap dia dihukum 25
tahun. Jadi, ini rasanya seperti dapat bonus besar,” terang dia saat keluar
dari Pengadilan Distrik Downing Centre, Sydney, Australia.

Selama hampir dua jam, Jeni
mendengarkan hakim Sarah Huggett membacakan 25 dakwaan yang menjerat Richard.
Itu adalah 2 jam yang menyiksa sekaligus melegakan. Sebab, akhirnya ada orang
yang memberi tahu Richard tentang kekejian yang dilakukannya selama ini
terhadap Jeni.

Pria 74 tahun itu dinyatakan
bersalah atas semua dakwaan tersebut. Dia baru bisa bebas bersyarat jika sudah
menjalani 33 tahun masa hukuman. Dengan kata lain, sangat mungkin Richard bakal
mati di balik jeruji besi.

Kisah pilu kehidupan Jeni dimulai
ketika keluarganya pindah dari Inggris ke Australia pada 1974. Saat itu Jeni
baru berusia 4 tahun. Entah setan apa yang merasuki si ayah, tapi sejak itulah
dia mulai menyiksa dan memerkosa Jeni hampir setiap hari. Richard juga
menyodomi putri kecilnya. Dia tidak peduli meski saat itu Jeni kecil berdarah
dan terkencing-kencing.

“Dia mendengar saya memintanya
untuk berhenti, mendengar saya menangis, melihat kesakitan dan teror yang dia
sebabkan, melihat darah dan kerusakan fisik karena hal itu. Dan keesokan harinya
dia tetap mengulangi perbuatannya,” ujar Jeni.

Baca Juga :  Waspada! Covid-19 Varian Delta Plus Sudah Sampai Singapura

Tak tahan, Jeni akhirnya
menciptakan alter ego bernama Symphony. Dia adalah sosok gadis kecil yang
berusia 4 tahun. Saat memerkosa Jeni, sejatinya ayahnya sedang memerkosa
Symphony. Seiring berjalannya waktu, Symphony menciptakan alter ego lain untuk
mengatasi beban mentalnya. Saat ini jumlahnya mencapai 2.500-an sosok.

Jeni positif menderita multiple
personality disorder (MPD) atau dissociative identity disorder (DID). Enam di
antara alter egonya Maret lalu memberikan kesaksian di pengadilan. Itu adalah
kasus pertama di Australia, penderita DID menjadi korban kejahatan dan
memberikan kesaksian lewat para alter egonya.

Orang tua Jeni berpisah pada
1984. Tapi, Jeni baru bernyali melaporkan ayahnya pada 2009. Polisi butuh waktu
10 tahun untuk menyelidiki dan menyeret Richard ke balik jeruji besi. Dia
diekstradisi dari Darlington, Inggris, pada 2017.

Hakim tidak pernah menghadirkan
juri seperti dalam persidangan pada umumnya. Kasus tersebut dinilai begitu
kelam sehingga ditakutkan akan menimbulkan trauma mendalam pada para juri.

Mereka yang Terbelah Kepribadiannya

Shirley Ardell Mason memiliki
kepribadian ganda karena sang ibu yang menderita gangguan jiwa kerap
menyiksanya. Kisahnya diungkap dalam buku berjudul Sybil: The True Story of a
Woman Possessed by 16 Separate Personalities.

Baca Juga :  New York Lumpuh Akibat Badai, Vaksinasi Covid-19 Tertunda

Nama Mason disamarkan menjadi
Sybil Isabel Dorsett. Buku itu lantas diadaptasi menjadi sebuah film.
Belakangan, diagnosis Mason menderita dissociative identity disorder (DID)
dipertanyakan. Dia diduga salah diagnosis.

Juanita Maxwell melakukan
pembunuhan Maret 1979, saat bekerja sebagai pelayan di Fort Myers Hotel, Florida,
AS. Maxwell ternyata memiliki enam kepribadian. Yang membunuh adalah Wanda
Weston, salah satu sosok di dalam dirinya. Maxwell dirawat di rumah sakit jiwa
sebelum akhirnya keluar dan merampok bank. Lagi-lagi, Wanda Weston yang
melakukan.

Pada 14-26 Oktober 1977 terjadi
tiga penculikan, perampokan, dan pemerkosaan di dekat Ohio State University.
Para korban mendeskripsikan orang yang berbeda-beda, padahal pelakunya satu
orang, yaitu Billy Milligan.

Setelah ditangkap, dia
didiagnosis punya 24 kepribadian. Dia dirujuk ke rumah sakit jiwa. Kisahnya
dibukukan dengan judul The Minds of Billy Milligan dan difilmkan dengan judul
The Crowded Room yang dibintangi Leonardo DiCaprio.

Truddi Chase mengeklaim punya
beberapa kepribadian sejak usia 2 tahun. Ayah angkatnya kerap melecehkannya
secara fisik dan seksual. Ibunya melukainya secara emosional selama 12 tahun.
Dia akhirnya punya 92 kepribadian yang disebutnya sebagai The Troops. Dia dan
terapisnya menulis buku berjudul When Rabbit Howls yang kemudian diadaptasi ke
miniseri televisi pada 1990-an. Dia juga pernah diundang di acara The Oprah
Winfrey Show. (JPC/KPC)

Terpopuler

Artikel Terbaru