PROSESI konklaf sedang berlangsung di Kapel Sistina, Vatikan. Beberapa nama mencuat sebagai kandidat kuat untuk menjadi Paus baru. Di antara para kardinal, Pietro Parolin yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Negara Vatikan dianggap sebagai calon terkuat.
Meskipun begitu, Parolin menghadapi kritik terkait kurangnya kharisma pastoral dan beberapa keputusan kontroversialnya dalam diplomasi internasional. Dukungan terhadapnya dinilai kuat di kalangan para kardinal Eropa.
Selain Parolin, Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina juga menjadi perhatian. Tagle dikenal progresif dan dekat dengan kalangan muda, namun dukungannya dilaporkan menurun pada konklaf kali ini. Tagle memiliki reputasi baik dalam memimpin keuskupan di Manila dan terlibat dalam misi kemanusiaan di berbagai negara.
Nama-nama lain yang muncul di antaranya adalah Kardinal Robert Prevost dari Amerika Serikat, Kardinal Jean-Marc Aveline dari Prancis, dan Kardinal Pablo Virgilio David dari Filipina. Masing-masing kandidat memiliki kekuatan dan visi yang berbeda dalam memimpin Gereja Katolik di era modern ini.
Para pengamat Vatikan menyebut bahwa konklaf ini dipengaruhi oleh dinamika ideologis dan aliansi regional. Isu reformasi dalam tubuh gereja, transparansi, dan keterbukaan terhadap perubahan menjadi sorotan utama dalam menentukan siapa yang layak memimpin.
Dengan konklaf yang masih berlangsung, publik menanti apakah Paus berikutnya akan berasal dari negara berkembang atau kembali dijabat kandidat dari Eropa, yang selama berabad-abad menjadi pusat kekuasaan Gereja Katolik.
Lebih dari itu, pemilihan ini bukan sekadar soal kepemimpinan, tetapi juga tentang arah Gereja Katolik dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berubah.(jpg)