REYNHARD Sinaga menjadi sosok yang menyita
perhatian masyarakat Inggris setelah kasusnya terungkap pada 2017.
Bukan karena prestasi, tapi kasus pemerkosaan terhadap 48 pria Inggris dan
159 serangan seksual serta percobaan perkosaan.
Reynhard bahkan disebut publik Inggris sebagai predator seksual terbesar
sepanjang sejarah negeri Ratu Elizabeth itu.
Pria asal Depok, Jawa Barat itu divonis seumur hidup oleh Pengadilan
Manchester karena terbukti bersalah atas kasus yang disangkakan.
Dari 159 kasus yang menjeratnya, terdapat 136 dakwaan pemerkosaan. Bahkan
ada sejumlah korbannya yang diperkosa Reynhard beberapa kali.
Pria kelahiran 1983 di Jambi ini datang ke Inggris pada 2007 dengan
menggunakan visa pelajar saat ia berumur 24 tahun.
Secara status sosial, ia tergolong dari keluarga terpandang. Reynhard juga
tercatat merupakan alumnus Fakultas Arsitektur Universitas Indonesia.
Reynhard merampungkan studi S1-nya pada 2006 dan melanjutkan studi di
Inggris setahun berikutnya.
Saat kasus pemerkosaan yang menghebohkan Inggris itu, Reynhard tengah
menempuh studi gelar doktoral pada 2017/
Awalnya, ibunya terbang ke Inggris untuk mendampinginya dalam pemeriksaan
di prasidang awal.
Akan tetapi, perempuan yang melahirkan Reynhard itu memutuskan langsung
pulang dan tak lagi ke Inggris usai mendengar beran bukti di pengadilan.
Selama hidup di Manchester, Reynhard mendapat sokongan biaya penuh dari
ayahnya yang seorang bankir.
Termasuk biaya apartemen di Montana House yang menjadi tempat kejadian
perkara rentetan ratusan pemerkosaan yang dilakukan Reynhard.
Menurut keterangan rekan-rekannya di Manchester, Reynhard tak pernah
membeberkan latar belakang dan keluarganya.
Hanya saja, urusan orientasi seksual yang gay, juga tak pernah
ditutup-tutupinya.
Bahkan, rekan-rekannya menyebut, Reynhard kerap mengunjungi secara rutin
Canal Street atau Gay Village.
Yang cukup unik, rekan-rekannya tak tahu dan tak menyangka Reynhard jadi
terdakwa kasus pemerkosaan terbesar di Inggris.
Rekannya juga menyebut pria bertinggi badan 170 sentimeter itu lembut dan
sopan dalam setiap pergaulan.
Akan tetapi, Reynhard kerap mengumbar bahwa dirinya bisa mendekati pria
heteroseksual.
Namun, ia selalu menyatakan bahwa dirinyalah yang menjadi korban pemerkosaan
pria-pria tersebut.
Rekannya juga mengungkap, Reynhard pernah menunjukkan seorang remaja yang
jadi korbannya pada 2015.
Saat itu, remaja 19 tersebut tengah bertengkar dengan pacarnya.
Selain berkuliah di Manchester, Reynhard juga pernah mengejar gelar PhD di
Leed University pada Ilmu Geografi Manusia. Namun, ia tak bisa merampungkannya.
Reynhard juga menyerahkan tesis berjudul ‘Sexuality and Everyday
Transnationalism among South Asian Gay and Bisexual Men in Manchester’ pada
2016.
Akan tetapi, tesis tersebut dinyatakan gagal dan di harus memperbaiki. (ruh/pojoksatu/kpc)