26.7 C
Jakarta
Saturday, September 21, 2024

Massa Demonstran Tak Gubris Ajakan Dialog

 Pernyataan Carrie Lam ibarat dua sisi mata
uang. Di satu sisi, chief executive Hongkong itu mengajak dialog. Namun, di
sisi lain, dia juga menebar ancaman untuk menegakkan aturan hukum jika
kekerasan terus terjadi. Lam memang harus memutar otak. Sebab, hingga kemarin
(5/9), demonstran masih turun ke jalan.

“Untuk keluar dari
jalan buntu, hal terpenting saat ini adalah menghentikan kekerasan dan
menegakkan hukum dengan tegas,” ujar Lam dalam sesi konferensi pers kemarin.

Politikus 62 tahun itu
menegaskan, keputusannya mencabut Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi Rabu
(4/9) bertujuan mencegah kekerasan dan menghentikan kerusuhan secepatnya,
mengembalikan tatanan sosial, membantu perekonomian, serta memajukan kehidupan
penduduk.

“Jika kekerasan masih
terjadi setiap hari, itu akan berdampak pada operasional kota dan kehidupan
warga sehari-hari,” terangnya sebagaimana dikutip The Guardian.

Lam sekali lagi
menekankan bahwa dirinyalah yang membuat keputusan untuk mengusulkan RUU
Ekstradisi dan juga untuk pencabutannya. Tidak ada campur tangan dari Tiongkok.
Meski begitu, sejak awal, Beijing mendukung penuh keputusannya.

Tak mau situasi terus
memanas, Lam lagi-lagi meminta demonstran untuk berdialog. Dia meminta
demonstran moderat memisahkan diri dari kelompok yang lebih militan. Permintaan
Lam bakal sulit dipenuhi. Sebab, demo kali ini berbeda dengan massa umbrella
movement pada 2014. Kala itu demo digerakkan para aktivis yang didapuk jadi
pemimpin. Joshua Wong salah satunya.

Baca Juga :  Sebelum Berangkat Ibadah Haji, Jamaah Diusulkan Melakukan Karantina

Massa yang turun ke
jalan saat ini tidak memiliki pemimpin, tidak ada koordinator. Mereka berdiskusi
di forum-forum online sebelum menggelar aksi. Siapa pun bisa mengusulkan
langkah selanjutnya yang diambil demonstran. Dengan kata lain, tak ada pentolan
demonstran yang bisa diajak untuk berdialog dengan pemerintah.

Bagi pada demonstran,
langkah yang diambil Lam saat ini sudah terlalu terlambat. Mereka menganggap
Lam hanya memberikan plester untuk luka menganga yang diderita penduduk
Hongkong. Demonstran malah sudah merencanakan aksi baru. Salah satunya
memblokade jalur transportasi menuju bandara.

“Tidak akan ada
rekonsiliasi sejati tanpa adanya reformasi institusional yang konkret,” cuit
Brian Leung sebagaimana dikutip Agence France-Presse. Leung adalah demonstran
yang terkenal karena foto-fotonya tanpa masker saat menduduki parlemen. Dia
kini melarikan diri ke luar negeri.

Baca Juga :  Facebook Klaim Hapus 2,2 Miliar Akun Bermuatan Terorisme

Sementara itu, Hong
Kong Free Press melaporkan bahwa rumah Jimmy Lai diserang. Semacam bom yang
memicu api dilempar ke kediaman pendiri Apple Daily itu. Lai selama ini dikenal
sebagai taipan media dan pengusaha sukses yang secara terbuka mendukung massa
prodemokrasi. Pria kelahiran Guangdong, Tiongkok, itu bahkan dilabeli sebagai
pengkhianat oleh media-media milik pemerintah.

Juru bicara Lai, Mark
Simon, mengungkapkan bahwa atasannya baik-baik saja. Dia menuding kelompok
penjahat yang terorganisasi terlibat dalam serangan tersebut. Pekan lalu
demonstran yang sedang naik kereta api dan dalam perjalanan pulang juga
diserang sekelompok preman.

Di sisi lain,
perusahaan pakaian Zara juga dikait-kaitkan dengan aksi demo di Hongkong. Ia
dikecam karena 4 dari 14 tokonya buka lebih lambat dari biasanya saat demo
berlangsung. Penduduk Tiongkok menuding Zara mendukung aksi massa. Zara
langsung minta maaf. Mereka menegaskan tidak terlibat dalam politik dan
keterlambatan pembukaan toko terjadi karena masalah transportasi.(jpg)

 

 Pernyataan Carrie Lam ibarat dua sisi mata
uang. Di satu sisi, chief executive Hongkong itu mengajak dialog. Namun, di
sisi lain, dia juga menebar ancaman untuk menegakkan aturan hukum jika
kekerasan terus terjadi. Lam memang harus memutar otak. Sebab, hingga kemarin
(5/9), demonstran masih turun ke jalan.

“Untuk keluar dari
jalan buntu, hal terpenting saat ini adalah menghentikan kekerasan dan
menegakkan hukum dengan tegas,” ujar Lam dalam sesi konferensi pers kemarin.

Politikus 62 tahun itu
menegaskan, keputusannya mencabut Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi Rabu
(4/9) bertujuan mencegah kekerasan dan menghentikan kerusuhan secepatnya,
mengembalikan tatanan sosial, membantu perekonomian, serta memajukan kehidupan
penduduk.

“Jika kekerasan masih
terjadi setiap hari, itu akan berdampak pada operasional kota dan kehidupan
warga sehari-hari,” terangnya sebagaimana dikutip The Guardian.

Lam sekali lagi
menekankan bahwa dirinyalah yang membuat keputusan untuk mengusulkan RUU
Ekstradisi dan juga untuk pencabutannya. Tidak ada campur tangan dari Tiongkok.
Meski begitu, sejak awal, Beijing mendukung penuh keputusannya.

Tak mau situasi terus
memanas, Lam lagi-lagi meminta demonstran untuk berdialog. Dia meminta
demonstran moderat memisahkan diri dari kelompok yang lebih militan. Permintaan
Lam bakal sulit dipenuhi. Sebab, demo kali ini berbeda dengan massa umbrella
movement pada 2014. Kala itu demo digerakkan para aktivis yang didapuk jadi
pemimpin. Joshua Wong salah satunya.

Baca Juga :  Sebelum Berangkat Ibadah Haji, Jamaah Diusulkan Melakukan Karantina

Massa yang turun ke
jalan saat ini tidak memiliki pemimpin, tidak ada koordinator. Mereka berdiskusi
di forum-forum online sebelum menggelar aksi. Siapa pun bisa mengusulkan
langkah selanjutnya yang diambil demonstran. Dengan kata lain, tak ada pentolan
demonstran yang bisa diajak untuk berdialog dengan pemerintah.

Bagi pada demonstran,
langkah yang diambil Lam saat ini sudah terlalu terlambat. Mereka menganggap
Lam hanya memberikan plester untuk luka menganga yang diderita penduduk
Hongkong. Demonstran malah sudah merencanakan aksi baru. Salah satunya
memblokade jalur transportasi menuju bandara.

“Tidak akan ada
rekonsiliasi sejati tanpa adanya reformasi institusional yang konkret,” cuit
Brian Leung sebagaimana dikutip Agence France-Presse. Leung adalah demonstran
yang terkenal karena foto-fotonya tanpa masker saat menduduki parlemen. Dia
kini melarikan diri ke luar negeri.

Baca Juga :  Facebook Klaim Hapus 2,2 Miliar Akun Bermuatan Terorisme

Sementara itu, Hong
Kong Free Press melaporkan bahwa rumah Jimmy Lai diserang. Semacam bom yang
memicu api dilempar ke kediaman pendiri Apple Daily itu. Lai selama ini dikenal
sebagai taipan media dan pengusaha sukses yang secara terbuka mendukung massa
prodemokrasi. Pria kelahiran Guangdong, Tiongkok, itu bahkan dilabeli sebagai
pengkhianat oleh media-media milik pemerintah.

Juru bicara Lai, Mark
Simon, mengungkapkan bahwa atasannya baik-baik saja. Dia menuding kelompok
penjahat yang terorganisasi terlibat dalam serangan tersebut. Pekan lalu
demonstran yang sedang naik kereta api dan dalam perjalanan pulang juga
diserang sekelompok preman.

Di sisi lain,
perusahaan pakaian Zara juga dikait-kaitkan dengan aksi demo di Hongkong. Ia
dikecam karena 4 dari 14 tokonya buka lebih lambat dari biasanya saat demo
berlangsung. Penduduk Tiongkok menuding Zara mendukung aksi massa. Zara
langsung minta maaf. Mereka menegaskan tidak terlibat dalam politik dan
keterlambatan pembukaan toko terjadi karena masalah transportasi.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru