SINGAPURA menemukan kasus pertama subvarian Delta plus atau AY.4.2. Setidaknya ada satu kasus impor Covid-19 ditemukan pada Selasa (26/10) pekan lalu. Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan subvarian yang juga dikenal dengan varian Delta Plus ini merupakan mutasi dari varian Delta. Ini adalah kombinasi dari varian Delta AY.4 dan mutasi lonjakan S:Y145H.
Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan tidak ada bukti penyebaran ke masyarakat dari kasus tersebut. Sementara efeknya masih dipelajari.
“Kami masih meneliti AY.4.2, serupa dengan subvarian Delta lainnya dalam hal penularan dan tingkat keparahan penyakit,” tambahnya.
Subvarian diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai varian yang menarik, tetapi bukan varian yang menjadi perhatian. BBC melaporkan bahwa menurut para ahli, tidak ada indikasi bahwa subvarian AY.4.2 lebih menular atau lebih berbahaya dibanding Delta, tetapi penelitian sedang berlangsung.
Lebih dari 6 persen dari semua kasus subvarian AY.4.2 sejauh ini telah dilaporkan di Inggris. Data dari database pelaporan virus GISAID juga menunjukkan bahwa kasus subvarian telah dilaporkan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan sebagian Eropa Barat.
Newsweek melaporkan bahwa Australia dan Jepang masing-masing hanya melihat satu kasus pada 19 Oktober. Profesor biologi sistem komputasi University College London, Francois Balloux, mengatakan subvarian AY.4.2 belum mendorong peningkatan jumlah kasus di Inggris.
“Karena AY.4.2 masih pada frekuensi yang cukup rendah, peningkatan 10 persen dalam penularannya hanya dapat menyebabkan sejumlah kecil kasus tambahan,” katanya
“Ini bukan situasi yang sebanding dengan kemunculan Alpha dan Delta yang jauh lebih menular (50 persen atau lebih) daripada strain apapun yang beredar saat itu,” jelasnya.