26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Kampanyekan Selasa Berkebaya, Jadi Identitas di Setiap Kesempatan

RAMAI-ramai pakai kebaya sambil selfie di
Monas? Bisa! Ke kampus pakai kebaya? Boleh! Bagi komunitas Perempuan Berkebaya
Indonesia (PBI), kebaya bukan kebanggaan dan identitas saja. Mereka merayakan
keanggunan dan ciri perempuan Indonesia dalam busana warisan leluhur itu.

Lima tahun
lalu, founder PBI Rahmi Hidayati bermaksud reuni dengan
teman-temannya. Mereka sepakat dress code-nya kebaya. ”Biar beda aja
gitu,” kata perempuan 51 tahun itu saat dijumpai di Museum Nasional pekan lalu.

Setelah berfoto,
mereka merasa lebih anggun, cantik, dan lebih Indonesia ketika berkebaya.
Mantan wartawati itu berpikir bahwa ketika berkebaya, penampilan memang tampak
lebih menarik daripada berpakaian biasa. Dari situ, dia mengajak perempuan lain
untuk sering-sering mengenakan kebaya. Rahmi dan teman-temannya pun mendirikan
komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia.

Keinginan melestarikan
kebaya semakin kuat ketika Rahmi mendengar cerita dari temannya yang ikut acara
di Malaysia. ”Dia dikasih tahu bahwa kebaya itu asli sana,
padahal kan sejarah kebaya dari Indonesia,” ceritanya.

Baca Juga :  Sekolah Perlu Miliki Satgas Anti Narkoba

Ketika anggota mulai
banyak, kegiatan yang diadakan semakin variatif. Salah satunya, Seribu
Perempuan Berkebaya pada 2017. Acara yang diadakan di kantor Kemendikbud
Jakarta itu dihadiri lebih dari seribu perempuan. Salah seorang di antaranya
istri bupati Pekalongan. Beberapa minggu kemudian, acara serupa diadakan di
Pekalongan.

Bulan lalu, PBI
mengadakan diskusi dan seminar di Museum Nasional.
Bertajuk #IndonesiaBerkebaya, acara tersebut melibatkan desainer kebaya
Musa Widyatmodjo.

PBI aktif
mengampanyekan Selasa Berkebaya. Sesuai namanya, para anggota komunitas di mana
pun berada akan mengenakan kebaya setiap Selasa. Baik di tempat kerja, kuliah,
maupun sekadar belanja. ”Berima, Selasa Berkebaya. Jadi lebih indah didengar,”
ujar konsultan public relation tersebut. Suatu kali, saat Selasa
Berkebaya, member PBI membawa pamflet ajakan berkebaya di Monas, stasiun, dan
MRT Jakarta. Mereka sukses menarik perhatian.

Baca Juga :  Kasus Penusukan Syekh Ali Jaber, Mantan Kepala BIN: Pura-pura Gila Sud

PBI sudah melanglang
buana. Rahmi pernah diundang ke Konjen Indonesia di New York, AS, dan Kedutaan
Besar Republik Indonesia di Tokyo, Jepang. Di sana, ibu dua anak itu menjadi
pembicara tentang kebaya.

Soal keanggotaan, PBI
pun menyambut kaum milenial. Ribka Malise, 21, mahasiswi Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Pelita Harapan Jakarta, misalnya. Dia kini aktif
mengelola Instagram PBI. Awalnya, Ribka magang sebagai tugas kuliah.
”Dulu sih malu karena sering dibilang mau kondangan. Sekarang malah bangga
karena tampak anggun dan Indonesia banget pas di kampus,” ungkapnya.(jpg)     

 

RAMAI-ramai pakai kebaya sambil selfie di
Monas? Bisa! Ke kampus pakai kebaya? Boleh! Bagi komunitas Perempuan Berkebaya
Indonesia (PBI), kebaya bukan kebanggaan dan identitas saja. Mereka merayakan
keanggunan dan ciri perempuan Indonesia dalam busana warisan leluhur itu.

Lima tahun
lalu, founder PBI Rahmi Hidayati bermaksud reuni dengan
teman-temannya. Mereka sepakat dress code-nya kebaya. ”Biar beda aja
gitu,” kata perempuan 51 tahun itu saat dijumpai di Museum Nasional pekan lalu.

Setelah berfoto,
mereka merasa lebih anggun, cantik, dan lebih Indonesia ketika berkebaya.
Mantan wartawati itu berpikir bahwa ketika berkebaya, penampilan memang tampak
lebih menarik daripada berpakaian biasa. Dari situ, dia mengajak perempuan lain
untuk sering-sering mengenakan kebaya. Rahmi dan teman-temannya pun mendirikan
komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia.

Keinginan melestarikan
kebaya semakin kuat ketika Rahmi mendengar cerita dari temannya yang ikut acara
di Malaysia. ”Dia dikasih tahu bahwa kebaya itu asli sana,
padahal kan sejarah kebaya dari Indonesia,” ceritanya.

Baca Juga :  Sekolah Perlu Miliki Satgas Anti Narkoba

Ketika anggota mulai
banyak, kegiatan yang diadakan semakin variatif. Salah satunya, Seribu
Perempuan Berkebaya pada 2017. Acara yang diadakan di kantor Kemendikbud
Jakarta itu dihadiri lebih dari seribu perempuan. Salah seorang di antaranya
istri bupati Pekalongan. Beberapa minggu kemudian, acara serupa diadakan di
Pekalongan.

Bulan lalu, PBI
mengadakan diskusi dan seminar di Museum Nasional.
Bertajuk #IndonesiaBerkebaya, acara tersebut melibatkan desainer kebaya
Musa Widyatmodjo.

PBI aktif
mengampanyekan Selasa Berkebaya. Sesuai namanya, para anggota komunitas di mana
pun berada akan mengenakan kebaya setiap Selasa. Baik di tempat kerja, kuliah,
maupun sekadar belanja. ”Berima, Selasa Berkebaya. Jadi lebih indah didengar,”
ujar konsultan public relation tersebut. Suatu kali, saat Selasa
Berkebaya, member PBI membawa pamflet ajakan berkebaya di Monas, stasiun, dan
MRT Jakarta. Mereka sukses menarik perhatian.

Baca Juga :  Kasus Penusukan Syekh Ali Jaber, Mantan Kepala BIN: Pura-pura Gila Sud

PBI sudah melanglang
buana. Rahmi pernah diundang ke Konjen Indonesia di New York, AS, dan Kedutaan
Besar Republik Indonesia di Tokyo, Jepang. Di sana, ibu dua anak itu menjadi
pembicara tentang kebaya.

Soal keanggotaan, PBI
pun menyambut kaum milenial. Ribka Malise, 21, mahasiswi Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Pelita Harapan Jakarta, misalnya. Dia kini aktif
mengelola Instagram PBI. Awalnya, Ribka magang sebagai tugas kuliah.
”Dulu sih malu karena sering dibilang mau kondangan. Sekarang malah bangga
karena tampak anggun dan Indonesia banget pas di kampus,” ungkapnya.(jpg)     

 

Terpopuler

Artikel Terbaru