30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Membentuk Kebiasaan Anak Membaca

Keluarga bisa menjadi tempat pertama anak
jatuh hati pada buku. Ibu dan ayah berperan besar menumbuhkan minat baca.

 

—

 

BUKU adalah jendela ilmu. Sementara membaca
adalah cara ”membukanya.” Meski begitu, minat atau hobi membaca tak muncul
begitu saja.

Penggiat literasi keluarga dan psikolog
Fitrina Kamalia menuturkan, orang tua perlu membangun suasana rumah yang
mendukung untuk membaca. Misalnya, menyediakan buku di tempat anak sering
beraktivitas untuk memancing rasa penasaran. ”Ayah dan ibu juga bisa
membiasakan membaca nyaring atau mendongeng untuk anak,” kata Fitri. Langkah
itu bisa dimulai sejak dini. Bahkan sebelum anak mampu berbicara atau baca
tulis.

Dia menyayangkan, banyak orang yang memandang
sebelah mata waktu membaca untuk anak. ”Ada yang beranggapan, ngapain masih
kecil dibelikan atau diajak baca buku. Padahal, itulah stimulasi yang baik dan
penting,” ungkap Fitri.

Alumnus Universitas Persada Indonesia YAI itu
menjelaskan, banyak riset yang mengungkap bahwa membacakan cerita mendukung
perkembangan sinapsis dan dendrit pada otak. ”Otak lebih ’elastis’ dan mampu
menyerap informasi lebih cepat. Apalagi pada periode emas atau masa balita,”
paparnya.

Menurut Fitri, buku bacaan juga menyuplai
kosakata pada anak. Kata-kata yang tak lazim di bahasa tutur dipelajari lewat
buku. ”Kalau vocab-nya kaya, mereka lebih mudah memahami instruksi guru saat
mulai masuk sekolah,” ujarnya. Anak pun lebih percaya diri dan mudah
beradaptasi karena memiliki ”modal” dari buku.

Baca Juga :  Sistem Zonasi PPDB Bakal Diatur Perpres

Namun, orang tua yang ”terlewat” menanamkan
budaya literasi saat buah hati masih berusia balita tak perlu khawatir.
Pemerhati pendidikan Munif Chatib menegaskan bahwa tak ada kata terlambat untuk
memulai. ”Kalau terkendala bahan bacaan, nggak harus dari buku. Bisa dimulai
dari membahas berita yang lagi viral,” jelasnya. Sumber bacaan pun melimpah.
Apalagi dengan adanya media sosial.

Munif beranggapan, ”kemasan” diskusi santai
membuat membaca terasa menyenangkan. Tak lagi dianggap beban. ”Soalnya,
situasinya ringan, nggak serius, dan dilakukan bersama-sama,” katanya.

Pria yang merupakan penulis buku itu
menjelaskan, orang tua perlu terbuka pada berbagai jenis dan tema bacaan.
Sebab, ayah dan ibulah yang bertugas membentuk kecintaan anak pada buku.

Menurut Munif, kebiasaan membaca penting
ditanamkan kepada setiap orang. Terlepas minat dan karirnya. ”Buku memperluas
wawasan dan melatih pola pikir kritis. Kekuatan ini saya rasa perlu dimiliki
meski orang tersebut tidak bekerja di bidang kepenulisan atau akademik,” tegas
pria yang aktif mengembangkan alat riset kecerdasan tersebut.

AYO, BENTUK KEBIASAAN MEMBACA DARI SEKARANG!

 

– Mulai membaca dari tema yang disukai dan bobot
bacaan ringan. Saat anak suka kartun mobil, misalnya, orang tua bisa memilih
bacaan bertema mobil atau kendaraan.

Baca Juga :  Virus Flu Babi Jenis Baru Berpotensi Menular ke Manusia

– Luangkan waktu 15 menit sehari untuk
membaca atau membacakan buku untuk anak.

– Buat target membaca yang realistis. Jika
kegiatan sedang padat, capaiannya bisa 2–3 bab dalam seminggu.

– Setelah selesai membaca, tanyakan kepada
anak tentang inti buku, bagian yang mereka sukai, dan lain-lain.

– Ajari anak cara merawat buku (misalnya:
menggunakan pembatas buku, meletakkan buku di rak, tidak melipat ujung buku,
dll).

– Pastikan ruangan memiliki pencahayaan yang
cukup terang serta ada spot nyaman untuk duduk dan membaca.

 

KETIKA BOSAN MELANDA

 

– Pilih cerita yang dialihwahanakan dalam
bentuk animasi, video, audiobook, atau aksi teatrikal.

– Dorong anak menceritakan kembali dongeng
atau kisah yang pernah dibacakan sekaligus mengecek pemahaman anak dan
kemampuan menyusun urutan secara runtut.

– Bila anak sudah mulai belajar membaca,
lakukan membaca nyaring secara beruntun. Misalnya, setelah ibu membaca satu
paragraf, dilanjutkan anak, lalu ayah.

– Ganti lokasi membaca. Misalnya, di teras,
taman, bukan hanya di dalam ruangan.

– Barter bahan bacaan dengan anggota keluarga
lainnya. Misalnya, ibu membaca novel koleksi anak dan sebaliknya. Pastikan tema
dan kontennya sesuai dengan usia anak.

Keluarga bisa menjadi tempat pertama anak
jatuh hati pada buku. Ibu dan ayah berperan besar menumbuhkan minat baca.

 

—

 

BUKU adalah jendela ilmu. Sementara membaca
adalah cara ”membukanya.” Meski begitu, minat atau hobi membaca tak muncul
begitu saja.

Penggiat literasi keluarga dan psikolog
Fitrina Kamalia menuturkan, orang tua perlu membangun suasana rumah yang
mendukung untuk membaca. Misalnya, menyediakan buku di tempat anak sering
beraktivitas untuk memancing rasa penasaran. ”Ayah dan ibu juga bisa
membiasakan membaca nyaring atau mendongeng untuk anak,” kata Fitri. Langkah
itu bisa dimulai sejak dini. Bahkan sebelum anak mampu berbicara atau baca
tulis.

Dia menyayangkan, banyak orang yang memandang
sebelah mata waktu membaca untuk anak. ”Ada yang beranggapan, ngapain masih
kecil dibelikan atau diajak baca buku. Padahal, itulah stimulasi yang baik dan
penting,” ungkap Fitri.

Alumnus Universitas Persada Indonesia YAI itu
menjelaskan, banyak riset yang mengungkap bahwa membacakan cerita mendukung
perkembangan sinapsis dan dendrit pada otak. ”Otak lebih ’elastis’ dan mampu
menyerap informasi lebih cepat. Apalagi pada periode emas atau masa balita,”
paparnya.

Menurut Fitri, buku bacaan juga menyuplai
kosakata pada anak. Kata-kata yang tak lazim di bahasa tutur dipelajari lewat
buku. ”Kalau vocab-nya kaya, mereka lebih mudah memahami instruksi guru saat
mulai masuk sekolah,” ujarnya. Anak pun lebih percaya diri dan mudah
beradaptasi karena memiliki ”modal” dari buku.

Baca Juga :  Sistem Zonasi PPDB Bakal Diatur Perpres

Namun, orang tua yang ”terlewat” menanamkan
budaya literasi saat buah hati masih berusia balita tak perlu khawatir.
Pemerhati pendidikan Munif Chatib menegaskan bahwa tak ada kata terlambat untuk
memulai. ”Kalau terkendala bahan bacaan, nggak harus dari buku. Bisa dimulai
dari membahas berita yang lagi viral,” jelasnya. Sumber bacaan pun melimpah.
Apalagi dengan adanya media sosial.

Munif beranggapan, ”kemasan” diskusi santai
membuat membaca terasa menyenangkan. Tak lagi dianggap beban. ”Soalnya,
situasinya ringan, nggak serius, dan dilakukan bersama-sama,” katanya.

Pria yang merupakan penulis buku itu
menjelaskan, orang tua perlu terbuka pada berbagai jenis dan tema bacaan.
Sebab, ayah dan ibulah yang bertugas membentuk kecintaan anak pada buku.

Menurut Munif, kebiasaan membaca penting
ditanamkan kepada setiap orang. Terlepas minat dan karirnya. ”Buku memperluas
wawasan dan melatih pola pikir kritis. Kekuatan ini saya rasa perlu dimiliki
meski orang tersebut tidak bekerja di bidang kepenulisan atau akademik,” tegas
pria yang aktif mengembangkan alat riset kecerdasan tersebut.

AYO, BENTUK KEBIASAAN MEMBACA DARI SEKARANG!

 

– Mulai membaca dari tema yang disukai dan bobot
bacaan ringan. Saat anak suka kartun mobil, misalnya, orang tua bisa memilih
bacaan bertema mobil atau kendaraan.

Baca Juga :  Virus Flu Babi Jenis Baru Berpotensi Menular ke Manusia

– Luangkan waktu 15 menit sehari untuk
membaca atau membacakan buku untuk anak.

– Buat target membaca yang realistis. Jika
kegiatan sedang padat, capaiannya bisa 2–3 bab dalam seminggu.

– Setelah selesai membaca, tanyakan kepada
anak tentang inti buku, bagian yang mereka sukai, dan lain-lain.

– Ajari anak cara merawat buku (misalnya:
menggunakan pembatas buku, meletakkan buku di rak, tidak melipat ujung buku,
dll).

– Pastikan ruangan memiliki pencahayaan yang
cukup terang serta ada spot nyaman untuk duduk dan membaca.

 

KETIKA BOSAN MELANDA

 

– Pilih cerita yang dialihwahanakan dalam
bentuk animasi, video, audiobook, atau aksi teatrikal.

– Dorong anak menceritakan kembali dongeng
atau kisah yang pernah dibacakan sekaligus mengecek pemahaman anak dan
kemampuan menyusun urutan secara runtut.

– Bila anak sudah mulai belajar membaca,
lakukan membaca nyaring secara beruntun. Misalnya, setelah ibu membaca satu
paragraf, dilanjutkan anak, lalu ayah.

– Ganti lokasi membaca. Misalnya, di teras,
taman, bukan hanya di dalam ruangan.

– Barter bahan bacaan dengan anggota keluarga
lainnya. Misalnya, ibu membaca novel koleksi anak dan sebaliknya. Pastikan tema
dan kontennya sesuai dengan usia anak.

Terpopuler

Artikel Terbaru