26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Warga Natuna, Bayangkan jika Anak Anda Yang Dievakuasi dari Wuhan

’’SAYA sendiri
menawarkan diri untuk ikut (menjemput WNI di Wuhan). Kini saya di Natuna, saya
juga punya keluarga.”

Kalimat-kalimat itu
dilontarkan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto kepada ratusan warga
Natuna, Kepulauan Riau, yang berkumpul di depan kantor DPRD setempat.

Mereka berada di sana
untuk menyuarakan penolakan pada rencana dijadikannya Natuna sebagai tempat
karantina atau observasi ratusan WNI (warga negara Indonesia) yang dievakuasi
dari Wuhan.

Para WNI itu, lanjut
Terawan, dalam kondisi sehat. Mayoritas adalah mahasiswa yang kebetulan berada
di waktu yang tidak tepat. ’’Kami juga tidak sembarangan melakukan pemulangan.
Petugas di pesawat juga berisiko,” katanya.

Dan, tambah dia, WNI
yang boleh dipulangkan dalam kondisi sehat. ’’Sementara yang tidak sehat atau
sudah positif tertular virus korona tidak akan diizinkan keluar dari China,”
terangnya.

Tapi, sebagaimana
dilaporkan Batam Pos, penjelasan Terawan itu tak menyurutkan penolakan warga.
Sampai tadi malam, mereka masih bertahan di depan kantor DPRD Natuna. Di bawah
pengawalan aparat gabungan.

Ratusan WNI dari Wuhan
dan sekitarnya itu rencananya mendarat di Natuna hari ini. Dan, selanjutnya,
mereka akan diobservasi di Pangkalan Terpadu TNI selama sekitar 14 hari. Para
kru dan aparat yang menjemput juga akan dikarantina.

Baca Juga :  Kabur saat Divaksin, Satgas Datangi Rumah Warga

Respons Keluarga

Sementara itu,
keluarga mahasiswa yang dievakuasi dari Wuhan mengaku prihatin mendengar kabar
penolakan sebagian warga. Menurut Prof Subandi, orang tua Brandy Juan Ferrero,
sikap tersebut tidak manusiawi. Selain menyakiti perasaan para orang tua, sikap
itu menolak skema perencanaan pemerintah yang sudah matang dalam upaya evakuasi
tersebut. ’’Reaksi apa pun harus pakai nurani. Coba anak mereka yang dievakuasi
dan mereka dalam kondisi seperti kami, ya gak mungkin tolak,” ujarnya.

Subandi melanjutkan,
kalau boleh memilih, para orang tua justru menginginkan anak-anak mereka bisa
dikarantina di daerah asal. ’’Tapi, karena keputusannya di Natuna, ya kami
serahkan ke pemerintah, pasti itu yang terbaik,” sambungnya.

Jika anaknya sudah
dievakuasi dan jadi dikarantina di Natuna, Subandi mengaku belum punya rencana
berkunjung ke Natuna. Dia memilih menunggu dan memantau dari rumah. Sebab,
berkunjung ke sana pun tidak bisa langsung bertemu anaknya. ’’Kita berdoa di
sini saja sembari memantau kabarnya tiap saat,” ujarnya. ’’Semoga semua WNI
tidak ada yang terkena virus, evakuasi lancar, dan observasi pun lancar,”
imbuhnya.

Secara terpisah,
Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Nurhasan menyatakan, pihaknya
berkeinginan berkunjung ke tempat para mahasiswanya dikarantina tersebut. Bukan
untuk bertemu para mahasiswanya, tapi lebih untuk meninjau dan mengetahui
langsung perkembangan kondisi mereka di sana.

Baca Juga :  KPK dan PLN Selamatkan Aset Negara Bernilai Rp960 Miliar

Nurhasan
mengungkapkan, di grup WhatsApp orang tua mahasiswa, ada orang tua yang ingin
berkunjung ke tempat evakuasi anaknya. Alasannya pun sama. Hanya untuk
memastikan kondisi anaknya langsung di lokasi. Agar ada sedikit kelegaan.
’’Mungkin mereka merasa khawatir kan masih jauh, jadinya mereka ada keinginan
ke Natuna,” jelas Nurhasan.

Mengenai rencana
kunjungan itu, Nurhasan akan melihat situasi dan kondisi di lapangan terlebih
dahulu. Jika diperbolehkan pemerintah dan tidak melanggar SOP observasi di
Natuna, dia berencana berangkat. ’’Jika memang orang tua nanti mau ikut dan
diperbolehkan, ya gak apa-apa bareng,” ucapnya. ’’Jika gak bisa, ya kita berdoa
dan memantau dari jarak jauh sambil koordinasi aja sih,” sambungnya.

Di tempat lain, Tri
Suto, orang tua Dian Aprillia Mahardini, berharap anaknya lancar dalam evakuasi
dan selama masa karantina di Natuna. Dia mengaku belum memiliki rencana
berkunjung ke tempat anaknya nanti dievakuasi. ’’Ya pasti gak bisa ketemu anak
saya di sana. Saya sama ibunya menunggu instruksi yang terbaik dari pemerintah
saja sambil berkoordinasi tentang kabar mereka,” ujarnya.(jpc)

 

’’SAYA sendiri
menawarkan diri untuk ikut (menjemput WNI di Wuhan). Kini saya di Natuna, saya
juga punya keluarga.”

Kalimat-kalimat itu
dilontarkan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto kepada ratusan warga
Natuna, Kepulauan Riau, yang berkumpul di depan kantor DPRD setempat.

Mereka berada di sana
untuk menyuarakan penolakan pada rencana dijadikannya Natuna sebagai tempat
karantina atau observasi ratusan WNI (warga negara Indonesia) yang dievakuasi
dari Wuhan.

Para WNI itu, lanjut
Terawan, dalam kondisi sehat. Mayoritas adalah mahasiswa yang kebetulan berada
di waktu yang tidak tepat. ’’Kami juga tidak sembarangan melakukan pemulangan.
Petugas di pesawat juga berisiko,” katanya.

Dan, tambah dia, WNI
yang boleh dipulangkan dalam kondisi sehat. ’’Sementara yang tidak sehat atau
sudah positif tertular virus korona tidak akan diizinkan keluar dari China,”
terangnya.

Tapi, sebagaimana
dilaporkan Batam Pos, penjelasan Terawan itu tak menyurutkan penolakan warga.
Sampai tadi malam, mereka masih bertahan di depan kantor DPRD Natuna. Di bawah
pengawalan aparat gabungan.

Ratusan WNI dari Wuhan
dan sekitarnya itu rencananya mendarat di Natuna hari ini. Dan, selanjutnya,
mereka akan diobservasi di Pangkalan Terpadu TNI selama sekitar 14 hari. Para
kru dan aparat yang menjemput juga akan dikarantina.

Baca Juga :  Kabur saat Divaksin, Satgas Datangi Rumah Warga

Respons Keluarga

Sementara itu,
keluarga mahasiswa yang dievakuasi dari Wuhan mengaku prihatin mendengar kabar
penolakan sebagian warga. Menurut Prof Subandi, orang tua Brandy Juan Ferrero,
sikap tersebut tidak manusiawi. Selain menyakiti perasaan para orang tua, sikap
itu menolak skema perencanaan pemerintah yang sudah matang dalam upaya evakuasi
tersebut. ’’Reaksi apa pun harus pakai nurani. Coba anak mereka yang dievakuasi
dan mereka dalam kondisi seperti kami, ya gak mungkin tolak,” ujarnya.

Subandi melanjutkan,
kalau boleh memilih, para orang tua justru menginginkan anak-anak mereka bisa
dikarantina di daerah asal. ’’Tapi, karena keputusannya di Natuna, ya kami
serahkan ke pemerintah, pasti itu yang terbaik,” sambungnya.

Jika anaknya sudah
dievakuasi dan jadi dikarantina di Natuna, Subandi mengaku belum punya rencana
berkunjung ke Natuna. Dia memilih menunggu dan memantau dari rumah. Sebab,
berkunjung ke sana pun tidak bisa langsung bertemu anaknya. ’’Kita berdoa di
sini saja sembari memantau kabarnya tiap saat,” ujarnya. ’’Semoga semua WNI
tidak ada yang terkena virus, evakuasi lancar, dan observasi pun lancar,”
imbuhnya.

Secara terpisah,
Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Nurhasan menyatakan, pihaknya
berkeinginan berkunjung ke tempat para mahasiswanya dikarantina tersebut. Bukan
untuk bertemu para mahasiswanya, tapi lebih untuk meninjau dan mengetahui
langsung perkembangan kondisi mereka di sana.

Baca Juga :  KPK dan PLN Selamatkan Aset Negara Bernilai Rp960 Miliar

Nurhasan
mengungkapkan, di grup WhatsApp orang tua mahasiswa, ada orang tua yang ingin
berkunjung ke tempat evakuasi anaknya. Alasannya pun sama. Hanya untuk
memastikan kondisi anaknya langsung di lokasi. Agar ada sedikit kelegaan.
’’Mungkin mereka merasa khawatir kan masih jauh, jadinya mereka ada keinginan
ke Natuna,” jelas Nurhasan.

Mengenai rencana
kunjungan itu, Nurhasan akan melihat situasi dan kondisi di lapangan terlebih
dahulu. Jika diperbolehkan pemerintah dan tidak melanggar SOP observasi di
Natuna, dia berencana berangkat. ’’Jika memang orang tua nanti mau ikut dan
diperbolehkan, ya gak apa-apa bareng,” ucapnya. ’’Jika gak bisa, ya kita berdoa
dan memantau dari jarak jauh sambil koordinasi aja sih,” sambungnya.

Di tempat lain, Tri
Suto, orang tua Dian Aprillia Mahardini, berharap anaknya lancar dalam evakuasi
dan selama masa karantina di Natuna. Dia mengaku belum memiliki rencana
berkunjung ke tempat anaknya nanti dievakuasi. ’’Ya pasti gak bisa ketemu anak
saya di sana. Saya sama ibunya menunggu instruksi yang terbaik dari pemerintah
saja sambil berkoordinasi tentang kabar mereka,” ujarnya.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru