26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Menlu Retno Marsudi Serahkan Dua Sandera Bebas ke Keluarga

Negosiasi
terus dilakukan pemerintah untuk membebaskan Muhammad Farhan. Pemuda 24 tahun
tersebut masih ditahan Abu Sayyaf, kelompok teror di kawasan Asia Tenggara.

Menlu Retno Marsudi mengatakan bahwa pihaknya mengintensifkan
komunikasi dengan Menhan Filipina Delfin Lorenzana untuk mengupayakan
pembebasan pemuda asal Bau-Bau tersebut. ”Menteri pertahanan Filipina
mengatakan akan bekerja sekeras-kerasnya untuk pembebasan tersebut,” ujar Retno
dalam serah terima Maharudin dan Samiun kepada keluarga di kantor Kementerian
Luar Negeri, Jakarta, kemarin (26/12).

Maharudin Lunani dan Samiun Maneu merupakan dua anak buah kapal
(ABK) yang juga ditawan Abu Sayyaf bersama Farhan. Terkait pembebasan Farhan,
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dijadwalkan bertemu Menhan
Filipina hari ini (27/12). ”Pagi tadi saya berkomunikasi dengan Pak Prabowo
untuk menyampaikan beberapa hal, termasuk masalah penyanderaan ini,” tuturnya.

Retno juga menyampaikan ucapan terima kasih sekaligus duka
mendalam kepada pemerintah Filipina. Pada operasi pembebasan Maharudin dan
Samiun, satu prajurit Filipina gugur. Meski enggan memaparkan secara detail
operasi pembebasan yang dilakukan, Retno meyakini masyarakat bisa melihat upaya
keras dan kesulitan yang dihadapi kedua negara dalam pembebasan tersebut.
Termasuk soal isu tebusan yang beredar.

Baca Juga :  Pemerintah Hongkong Resmi Batalkan RUU Ekstradisi

Maharudin dan Samiun dibebaskan pada 22 Desember lalu. Mereka
lalu diserahkan pasukan komando Mindanao Barat Westmincom kepada KBRI pada 23
Desember. Oleh Dubes Indonesia untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang, keduanya
diantar ke Jakarta.

Selama ini aksi kelompok Abu Sayyaf sering terjadi di perairan
Sabah, Malaysia. Mereka mengincar ABK untuk disandera dan meminta tebusan
kepada pemerintah asal ABK tersebut. Untuk itu, Retno berkomitmen bakal mengintensifkan
kerja sama trilateral antara Indonesia, Malaysia, dan Filipina terkait keamanan
WNI di perairan Sabah, Malaysia, dan Sulu, Filipina. ”Paling penting adalah
upaya preventif. Agar tak jatuh lagi korban yang sama,” ungkapnya.

Meski dihadirkan dalam acara serah terima tersebut, Maharudin
dan Samiun memilih diam. Tak ada yang buka suara soal penyanderaan selama 90
hari yang mereka alami. Maharudin yang merupakan ayah Farhan itu beralasan
sedang tidak enak badan. Sementara itu, Samiun langsung dibawa oleh petugas
meninggalkan tempat.

Baca Juga :  EU Gelar Lomba Penulisan Jurnalistik EU4Wartawan Indonesia

Selain menjalin komunikasi dengan Filipina, pemerintah di dalam
negeri terus memantau perkembangan upaya pembebasan itu. ”Terus diintai, terus
diburu,” ungkap Menko Polhukam Mahfud MD.

Tiga WNI itu diculik saat melaut di perairan Lahad Datu, Sabah,
Malaysia, sekitar September lalu. Kelompok Abu Sayyaf melalui laman media
sosial Facebook meminta tebusan Rp 8 miliar untuk pembebasan para nelayan
tersebut.(jpc)

 

Negosiasi
terus dilakukan pemerintah untuk membebaskan Muhammad Farhan. Pemuda 24 tahun
tersebut masih ditahan Abu Sayyaf, kelompok teror di kawasan Asia Tenggara.

Menlu Retno Marsudi mengatakan bahwa pihaknya mengintensifkan
komunikasi dengan Menhan Filipina Delfin Lorenzana untuk mengupayakan
pembebasan pemuda asal Bau-Bau tersebut. ”Menteri pertahanan Filipina
mengatakan akan bekerja sekeras-kerasnya untuk pembebasan tersebut,” ujar Retno
dalam serah terima Maharudin dan Samiun kepada keluarga di kantor Kementerian
Luar Negeri, Jakarta, kemarin (26/12).

Maharudin Lunani dan Samiun Maneu merupakan dua anak buah kapal
(ABK) yang juga ditawan Abu Sayyaf bersama Farhan. Terkait pembebasan Farhan,
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dijadwalkan bertemu Menhan
Filipina hari ini (27/12). ”Pagi tadi saya berkomunikasi dengan Pak Prabowo
untuk menyampaikan beberapa hal, termasuk masalah penyanderaan ini,” tuturnya.

Retno juga menyampaikan ucapan terima kasih sekaligus duka
mendalam kepada pemerintah Filipina. Pada operasi pembebasan Maharudin dan
Samiun, satu prajurit Filipina gugur. Meski enggan memaparkan secara detail
operasi pembebasan yang dilakukan, Retno meyakini masyarakat bisa melihat upaya
keras dan kesulitan yang dihadapi kedua negara dalam pembebasan tersebut.
Termasuk soal isu tebusan yang beredar.

Baca Juga :  Pemerintah Hongkong Resmi Batalkan RUU Ekstradisi

Maharudin dan Samiun dibebaskan pada 22 Desember lalu. Mereka
lalu diserahkan pasukan komando Mindanao Barat Westmincom kepada KBRI pada 23
Desember. Oleh Dubes Indonesia untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang, keduanya
diantar ke Jakarta.

Selama ini aksi kelompok Abu Sayyaf sering terjadi di perairan
Sabah, Malaysia. Mereka mengincar ABK untuk disandera dan meminta tebusan
kepada pemerintah asal ABK tersebut. Untuk itu, Retno berkomitmen bakal mengintensifkan
kerja sama trilateral antara Indonesia, Malaysia, dan Filipina terkait keamanan
WNI di perairan Sabah, Malaysia, dan Sulu, Filipina. ”Paling penting adalah
upaya preventif. Agar tak jatuh lagi korban yang sama,” ungkapnya.

Meski dihadirkan dalam acara serah terima tersebut, Maharudin
dan Samiun memilih diam. Tak ada yang buka suara soal penyanderaan selama 90
hari yang mereka alami. Maharudin yang merupakan ayah Farhan itu beralasan
sedang tidak enak badan. Sementara itu, Samiun langsung dibawa oleh petugas
meninggalkan tempat.

Baca Juga :  EU Gelar Lomba Penulisan Jurnalistik EU4Wartawan Indonesia

Selain menjalin komunikasi dengan Filipina, pemerintah di dalam
negeri terus memantau perkembangan upaya pembebasan itu. ”Terus diintai, terus
diburu,” ungkap Menko Polhukam Mahfud MD.

Tiga WNI itu diculik saat melaut di perairan Lahad Datu, Sabah,
Malaysia, sekitar September lalu. Kelompok Abu Sayyaf melalui laman media
sosial Facebook meminta tebusan Rp 8 miliar untuk pembebasan para nelayan
tersebut.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru