27.3 C
Jakarta
Wednesday, April 17, 2024

Konflik dengan Iran, AS Tak Dapat Dukungan Sekutu

Pemerintah AS makin
tak konsisten terkait dengan sikap mereka menghadapi ancaman Iran di wilayah
Timur Tengah. Setiap instansi dan pejabat punya sikap berbeda-beda. Ancaman
Presiden AS Donald Trump pun jadi lemah. Terlebih, sekutu-sekutu AS juga tak
ingin turut campur dengan masalah Iran.

Senin lalu (6/1) surat
dari koalisi militer AS diterima Kementerian Pertahanan Iraq. Isinya
mengejutkan. Surat yang ditandatangani Brigjen William Seely, komandan tentara
AS di Iraq, tersebut berisi respons AS terhadap resolusi parlemen Iraq. Mereka
menyatakan, tentara AS sedang berkemas untuk bersiap keluar dari Iraq.

’’Kami akan berpindah
dalam beberapa hari ke depan untuk memastikan operasi keluar dari Iraq berjalan
efisien dan aman,’’ tulis militer AS seperti yang dilansir The Guardian.

Beberapa jam kemudian,
Menteri Pertahanan AS Mark Esper buru-buru menganulir surat tersebut. Menurut
dia, pemerintah AS belum memutuskan respons atas permintaan pemerintah Iraq
untuk menutup markas militer AS.

Begitu pula Kepala
Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley. Dia menegaskan bahwa surat itu
sebenarnya masih berupa draf. Namun, staf militer melakukan kesalahan dengan
mengirimkan surat tersebut. ’’Isi surat itu bukanlah apa yang terjadi
sebenarnya,’’ ungkapnya.

Jelas, elite
pemerintahan AS pun panik. Sebab, surat tersebut sangat bertentangan dengan
sikap pemerintah AS selama ini. Terutama sikap kepala negara Donald Trump.
Presiden AS berkali-kali menegaskan bahwa militer AS tak akan angkat kaki dari
Iraq sebelum mendapat imbalan setimpal.

Baca Juga :  Singapura Sepakat Gunakan Obat Remdesivir untuk Pasien Covid-19 Parah

Namun, error di sistem
pemerintahan dan militer AS menunjukkan bahwa Negeri Paman Sam sedang panik.
Sebab, AS benar-benar terkucil kali ini. Tidak ada negara lain yang mau
terlibat dalam konflik antara AS dan Iran.

Negara-negara di Eropa
menyatakan bahwa AS melakukan kesalahan. Arab Saudi, sekutu AS di Timur Tengah,
menegaskan, serangan yang membunuh Panglima Pasukan Khusus Iran Qasem Soleimani
dilakukan tanpa koordinasi. Bahkan, pemerintah Israel yang biasanya mati-matian
membela AS ikut mundur.

’’Pembunuhan Soleimani
adalah agenda Amerika. Kami tidak terlibat dan kami tak seharusnya diseret,’’
ujar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Negara-negara lain
jelas menjauh begitu mengetahui sikap Trump yang keterlaluan. Komentar Trump
yang menyatakan AS siap menyerang aset budaya Iran dianggap ngawur. Sebab,
warisan budaya merupakan salah satu isu sensitif dalam peperangan. Pada 2017 AS
dengan banyak negara lain menandatangani resolusi PBB tentang perlindungan
warisan budaya.

Sementara itu, Iran
masih berada dalam masa berkabung Soleimani. Kemarin jenazah Soleimani tiba di
kampung halaman di Kerman untuk dikuburkan. Iring-iringan pembawa peti mati
disambut jutaan orang. Setidaknya 35 orang tewas karena sesaknya kerumunan
penonton.

Baca Juga :  Waduh! Jutaan Ikan Bentuk Kelamin Pria Terdampar di Pantai

KEKUATAN AS DI TIMUR
TENGAH

Afghanistan: 14 ribu tentara AS dan 8 ribu tentara NATO.

Bahrain: 7 ribu tentara AS ditugaskan untuk
mengamankan Teluk Persia. Berbasis di Shaykh Isa Air Base dan Khalifa Ibn
Salman Port.

Iraq: 5.200 tentara AS yang ditugaskan untuk
melawan ISIS.

Jordania: 2.795 tentara AS untuk menghalau ISIS
dan menstabilkan keamanan regional.

Kuwait : 13 ribu tentara AS bersiaga di bawah
komando U.S. Army Central. Tersebar di Camp Buehring, Ali al-Salem Air Base,
Camp Arifjan, Camp Patriot, dan Shaykh Ahmad al-Jabir Air Base.

Qatar: 13 ribu tentara AS untuk mendukung
pembasmian terorisme Timur Tengah. Bermarkas di Al Udeid Air Base dan Camp As
Sayliyah.

Arab Saudi: 3 ribu tentara AS direncanakan
ditempatkan di sana untuk melindungi Saudi dari serangan Iran.

Syria: 800 tentara yang tinggal untuk
mengamankan kilang minyak.

Uni Emirat Arab: 5 ribu tentara AS yang bersiaga di dekat
Selat Hormuz. Tersebar di Al Dhafra Air Base, Port of Jebel Ali, dan Fujairah
Naval Base.

Sumber: Axios.(jpc)

 

Pemerintah AS makin
tak konsisten terkait dengan sikap mereka menghadapi ancaman Iran di wilayah
Timur Tengah. Setiap instansi dan pejabat punya sikap berbeda-beda. Ancaman
Presiden AS Donald Trump pun jadi lemah. Terlebih, sekutu-sekutu AS juga tak
ingin turut campur dengan masalah Iran.

Senin lalu (6/1) surat
dari koalisi militer AS diterima Kementerian Pertahanan Iraq. Isinya
mengejutkan. Surat yang ditandatangani Brigjen William Seely, komandan tentara
AS di Iraq, tersebut berisi respons AS terhadap resolusi parlemen Iraq. Mereka
menyatakan, tentara AS sedang berkemas untuk bersiap keluar dari Iraq.

’’Kami akan berpindah
dalam beberapa hari ke depan untuk memastikan operasi keluar dari Iraq berjalan
efisien dan aman,’’ tulis militer AS seperti yang dilansir The Guardian.

Beberapa jam kemudian,
Menteri Pertahanan AS Mark Esper buru-buru menganulir surat tersebut. Menurut
dia, pemerintah AS belum memutuskan respons atas permintaan pemerintah Iraq
untuk menutup markas militer AS.

Begitu pula Kepala
Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley. Dia menegaskan bahwa surat itu
sebenarnya masih berupa draf. Namun, staf militer melakukan kesalahan dengan
mengirimkan surat tersebut. ’’Isi surat itu bukanlah apa yang terjadi
sebenarnya,’’ ungkapnya.

Jelas, elite
pemerintahan AS pun panik. Sebab, surat tersebut sangat bertentangan dengan
sikap pemerintah AS selama ini. Terutama sikap kepala negara Donald Trump.
Presiden AS berkali-kali menegaskan bahwa militer AS tak akan angkat kaki dari
Iraq sebelum mendapat imbalan setimpal.

Baca Juga :  Singapura Sepakat Gunakan Obat Remdesivir untuk Pasien Covid-19 Parah

Namun, error di sistem
pemerintahan dan militer AS menunjukkan bahwa Negeri Paman Sam sedang panik.
Sebab, AS benar-benar terkucil kali ini. Tidak ada negara lain yang mau
terlibat dalam konflik antara AS dan Iran.

Negara-negara di Eropa
menyatakan bahwa AS melakukan kesalahan. Arab Saudi, sekutu AS di Timur Tengah,
menegaskan, serangan yang membunuh Panglima Pasukan Khusus Iran Qasem Soleimani
dilakukan tanpa koordinasi. Bahkan, pemerintah Israel yang biasanya mati-matian
membela AS ikut mundur.

’’Pembunuhan Soleimani
adalah agenda Amerika. Kami tidak terlibat dan kami tak seharusnya diseret,’’
ujar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Negara-negara lain
jelas menjauh begitu mengetahui sikap Trump yang keterlaluan. Komentar Trump
yang menyatakan AS siap menyerang aset budaya Iran dianggap ngawur. Sebab,
warisan budaya merupakan salah satu isu sensitif dalam peperangan. Pada 2017 AS
dengan banyak negara lain menandatangani resolusi PBB tentang perlindungan
warisan budaya.

Sementara itu, Iran
masih berada dalam masa berkabung Soleimani. Kemarin jenazah Soleimani tiba di
kampung halaman di Kerman untuk dikuburkan. Iring-iringan pembawa peti mati
disambut jutaan orang. Setidaknya 35 orang tewas karena sesaknya kerumunan
penonton.

Baca Juga :  Waduh! Jutaan Ikan Bentuk Kelamin Pria Terdampar di Pantai

KEKUATAN AS DI TIMUR
TENGAH

Afghanistan: 14 ribu tentara AS dan 8 ribu tentara NATO.

Bahrain: 7 ribu tentara AS ditugaskan untuk
mengamankan Teluk Persia. Berbasis di Shaykh Isa Air Base dan Khalifa Ibn
Salman Port.

Iraq: 5.200 tentara AS yang ditugaskan untuk
melawan ISIS.

Jordania: 2.795 tentara AS untuk menghalau ISIS
dan menstabilkan keamanan regional.

Kuwait : 13 ribu tentara AS bersiaga di bawah
komando U.S. Army Central. Tersebar di Camp Buehring, Ali al-Salem Air Base,
Camp Arifjan, Camp Patriot, dan Shaykh Ahmad al-Jabir Air Base.

Qatar: 13 ribu tentara AS untuk mendukung
pembasmian terorisme Timur Tengah. Bermarkas di Al Udeid Air Base dan Camp As
Sayliyah.

Arab Saudi: 3 ribu tentara AS direncanakan
ditempatkan di sana untuk melindungi Saudi dari serangan Iran.

Syria: 800 tentara yang tinggal untuk
mengamankan kilang minyak.

Uni Emirat Arab: 5 ribu tentara AS yang bersiaga di dekat
Selat Hormuz. Tersebar di Al Dhafra Air Base, Port of Jebel Ali, dan Fujairah
Naval Base.

Sumber: Axios.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru