33.2 C
Jakarta
Monday, November 25, 2024

Perspektif Hati Menurut Alquran

ALLAH berfi rman dalam surah Al Isra’ ayat
45-46; Yang artinya; “Dan apabila kamu membaca Alquran niscaya Kami adakan
antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu
dinding yang tertutup”.

Dan Kami jadikan hati mereka tertutup dan
telinga mereka tersumbat, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu
menyebut Tuhanmu saja dalam Alquran, niscaya mereka berpaling ke belakang
melarikan diri (karena bencinya).” Lebih lanjut dalam surah Al Baqarah ayat 7 Allah
menjelaskan yang artinya; “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran
mereka dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat”.

Para sahabat Ra. Membagi hati menjadi empat
macam. Pertama, hati yang murni, di dalamnya ada pelita yang menyala, itulah
hati orang mukmin. Kedua, hati yang tertutup, itulah hati orang kafi r. Ketiga,
hati yang terbalik, itulah hati orang yang munafik, ia mengetahui kebenaran
tetapi mengingkarinya, ia melihat tetapi buta. Dan yang keempat adalah hati
yang terdiri dari dua materi, yakni iman dan kemunafi kan. Keduanya terjadi pergulatan.
Mana yang menang, itulah yang menguasai.

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai 4
potensi batin, yakni ( hati, roh, jiwa, dan akal). Hati terkadang merasakan bahagia,
hati juga kadang merasakan susah, kadang rajin beribadah, tapi kadang juga
malas yang sangat merajalela, sehingga kita sebagai orang beriman seraya
bermunajat kepada Allah agar selalu ditetapkan hati, dengan memanjatkan doa.

“Duhai Tuhan yang membolak-balikkan hati,
mantapkanlah hatiku dalam menjalani agamamu, selalu taat kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu,
indahkanlah dalam beribadah kepada-Mu”. Dari Syahr bin Hausyab, ia berkata, “Aku
bertanya kepada Ummu Salamah; Wahai Ummul Mukminin, apa doa Rasulullah saw yang
paling sering diucapkan bila beliau berada di dekatmu? Ia berkata; doa beliau
yang paling sering adalah Ya muqllib’lqulub, sabbit qalbi ala dinika” (Wahai
Zat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu).

Mengelola batin agar relevan dengan kemauan
Allah bukan hal yang mudah. Harus benar-benar ada kesungguhan dan keseriusan
serta sangat diperlukan pertolongan Allah, karena Allah yang mengatur
pergolakan hati kita yang sering berubah-rubah. Hati yang diselimuti iman akan
melahirkan ketenangan dan kedamaian. Namun kalau hati yang membatu, maka akan terjadi
perasaan kegelisah yang tidak menentu.

Dalam surah Al Fath ayat 4, Allah berfi rman
yang artinya “Dialah yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).
Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana”.

Seluruh perbuatan lahiriah pada hakikatnya
hanyalah aktualisasi dari hati. Betapa indahnya hidup bila hati tenteram dan
nyaman, dan betapa tersiksanya jiwa saat hati tidak tenteram, gelisah, kecewa,
marah, dan sebagainya. Apabila hati tenang dan damai, maka semua bentuk
perbuatan lahiriah akan indah dan memesona. Namun bila hati gelisah, maka
perbuatan cenderung kepada hal-hal yang negatif. Karena pada hakikatnya, pahala
dan siksa adalah akibat dari gerak hati. Hati orang yang beriman selalu responsif
terhadap apa yang didengar.

Baca Juga :  Optimistis Menang, Ben Gelar Syukuran Usai Ditetapkan Cagub

Apabila orang yang beriman mendengar ayat-ayat
Allah, hatinya bergetar karena kerinduan kepada Allah Ta’ala. Dan apabila
dibacakan ayat-ayat Allah bertambah iman dan kuat tawakkalnya (Q.S. Al Anfal
ayat 2). Hati murni adalah hati yang bebas dari selain Allah Swt dan Rasul-Nya.
Ia bebas dan selamat dari selain kebenaran.

Di dalamnya terdapat pelita yang menyala.
Itulah yang disebut dengan pelita iman yang menyinari dengan cahaya ilmu dan
iman. Manusia yang mempunyai hati seperti ini adalah disebut hati yang sehat.
Orang yang hatinya sehat adalah orang yang hatinya bersih dari riya dan syirik.

Ada tiga ciri orang yang hatinya bersih dan
sehat. Pertama, selalu berzikir kepada Allah Ta’ala. Kedua, khusyuk dalam
mendirikan salat. Ketiga, lembut dalam kata dan santun dalam perangai. Begitu
sebaliknya hati orang kafir disebut hati yang tertutup, karena tidak sampai
cahaya ilmu dan iman ke dalamnya, disebabkan penolakan mereka terhadap
kebenaran dan kecongkakan mereka yang tidak mau menerima kebenaran. Itulah yang
disebut dengan hati yang mati.

Pendengaran mereka tuli. Penglihatan mereka
buta. Orang yang memiliki hati seperti ini, bila disebutkan pengesaan ketaatan
kepada Allah, akan segera menjauhinya. Kemudian ada istilah juga hati yang membatu.
Hati yang membatu adalah hati yang telah mati. Baginya tidak berguna cucuran
nasihat dan bimbingan agama. Hati yang penuh dengan kebencian dan dendam
kesumat. Hati yang tertutup dari kebaikan. Karena hatinya telah mati, maka
nasihat dan bimbingan agama tidak berguna lagi baginya.

Klaim kebenaran terhadap perbuatan dan
tindakannya sangat arogan. Mereka yang hatinya membatu atau mati biasanya
mempunyai karakter berikut;

Pertama, menutup diri dari informasi orang
lain. Menurut mereka kebenaran itu adalah apa yang ada pada mereka, maka selain
pendapat mereka, pasti salah dan tersesat. Kedua, klaim kebenaran. Orang yang
hatinya membatu selalu mengklaim bahwa mereka selalu benar. Menutup diri dari
informasi orang lain. Menurut mereka kebenaran itu adalah apa yang ada pada
mereka.

Maka selain pendapat mereka pasti salah dan
tersesat orang yang benar dan selalu melakukan kebenaran. Karena mata hatinya
telah tertutup, maka sebesar apa pun cahaya kebenaran yang disampaikan oleh
orang lain, tidak akan menembus dinding hatinya. Ketiga, tidak mampu
memfungsikan hatinya secara cerdas. Orang yang hatinya mati, pada hakikatnya
hanya menjalankan hidup dengan insting, bukan dengan akal.

Manusia yang tidak mampu mengelola hatinya
akan cenderung materialistik. Saat hati, akal, dan indrawi tidak berfungsi,
maka karakter hewani mendominan dalam dirinya. Hingga ayat ini mengisyaratkan
bagai binatang (maksudnya manusia berperilaku binatang). Maksudnya adalah
Manusia yang seperti ini lebih sadis dari binatang. Allah berfi rman dalam
surah Al ‘Araf ayat 179, yang artinya; Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi
neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.

Baca Juga :  Wisata Budaya Terobosan Ben-Ujang Bukti Pro Budaya Tradisional, untuk

Mereka itulah orang-orang yang lalai. Masyarakat
modern sering dilanda hati yang dipenuhi dengan penyakit hati, seperti cinta
dunia dan menganggap ringan urusan agama. Cinta dunia adalah puncak segala
kesalahan. Dunia dan materi itu adalah alat dan sarana beribadah kepada Allah Ta’ala.
Sedangkan tujuan hidup adalah membangun cinta kepada Allah Swt. Rasulallah saw
bersabda; ada dua hal yang sering dilalaikan oleh manusia, yaitu salat dan
menunaikan amanat.

Orang yang hatinya berpenyakit akan malas
mendirikan salat, padahal salat itu tiang agama. Siapa yang mendirikan salat
berarti menegakkan agama, sedangkan siapa yang meninggalkan salat berarti
menghancurkan agama. Tanda orang yang hatinya berpenyakit sering tidak amanah
atau berkhianat. Ciri orang yang hatinya sakit beda kata dengan perbuatan.
Kesehariannya hanya sibuk membangun citra baik, bukan berbuat baik.

Orang yang selalu membangun citra adalah
orang yang sakit hatinya. Hingga tidak ada prestasi yang dibuatnya selain
membangun citra baik untuk dirinya. Dalam satu riwayat, Ibrahim bin Adam atau
Abu Ishaq diceritakan sedang berjalan di pasar Bashrah. Orangorang mengerumuni
dan bertanya;

“Wahai Abu Ishaq, sudah lama kami memanjatkan
doa kepada Allah, tetapi mengapa doa-doa kami tidak dikabulkan? Padahal Allah
telah berfi rman dalam kitab-Nya; “Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku
kabulkan doa kalian.” (QS.Ghoofi r: 60). Abu Ishaq menjawab; “Hal itu dikarenakan
hati kalian telah mati (terkunci) terhadap sepuluh perkara:

1. Kalian mengenal Allah tetapi tidak menunaikan
kewajibannya.

2. Kalian mengakui mencintai Rasulullah, tetapi
meningglkan sunnahnya.

3. Kalian membaca Al-Qur’an, tetapi kalian
tidak mengamalkan isinya.

4. Kalian sangat banyak diberi kenikmatan dunia,
tapi kalian tidak mensyukurinya.

5. Kalian selalu mengatakan bahwa syaitan
adalah musuh kalian, tetapi kalian selalu mengikuti langkahnya.

6. Kalian mempercayai surga itu ada, tetapi
kalian tidak berbuat amal untuk Mengantarkannya ke sana.

7. Kalian mempercayai neraka itu ada, tetapi
kalian tidak lari dari panas apinya.

8. Kalian mengakui bahwa kematian

itu benar diri untuk menghadapinya.

9. Kalian sibuk mengurusi adanya, tetapi
kalian tidak mempersiapkan kekurangan orang lain, akan tetapi lupa pada
kekurangan diri sendiri.

10. Kalian sering mengubur jenazah, akan tetapi
tidak mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. Semoga kita termasuk orang
yang mempunyai hati yang sehat. Amin Ya Allah.(*)

ALLAH berfi rman dalam surah Al Isra’ ayat
45-46; Yang artinya; “Dan apabila kamu membaca Alquran niscaya Kami adakan
antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu
dinding yang tertutup”.

Dan Kami jadikan hati mereka tertutup dan
telinga mereka tersumbat, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu
menyebut Tuhanmu saja dalam Alquran, niscaya mereka berpaling ke belakang
melarikan diri (karena bencinya).” Lebih lanjut dalam surah Al Baqarah ayat 7 Allah
menjelaskan yang artinya; “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran
mereka dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat”.

Para sahabat Ra. Membagi hati menjadi empat
macam. Pertama, hati yang murni, di dalamnya ada pelita yang menyala, itulah
hati orang mukmin. Kedua, hati yang tertutup, itulah hati orang kafi r. Ketiga,
hati yang terbalik, itulah hati orang yang munafik, ia mengetahui kebenaran
tetapi mengingkarinya, ia melihat tetapi buta. Dan yang keempat adalah hati
yang terdiri dari dua materi, yakni iman dan kemunafi kan. Keduanya terjadi pergulatan.
Mana yang menang, itulah yang menguasai.

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai 4
potensi batin, yakni ( hati, roh, jiwa, dan akal). Hati terkadang merasakan bahagia,
hati juga kadang merasakan susah, kadang rajin beribadah, tapi kadang juga
malas yang sangat merajalela, sehingga kita sebagai orang beriman seraya
bermunajat kepada Allah agar selalu ditetapkan hati, dengan memanjatkan doa.

“Duhai Tuhan yang membolak-balikkan hati,
mantapkanlah hatiku dalam menjalani agamamu, selalu taat kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu,
indahkanlah dalam beribadah kepada-Mu”. Dari Syahr bin Hausyab, ia berkata, “Aku
bertanya kepada Ummu Salamah; Wahai Ummul Mukminin, apa doa Rasulullah saw yang
paling sering diucapkan bila beliau berada di dekatmu? Ia berkata; doa beliau
yang paling sering adalah Ya muqllib’lqulub, sabbit qalbi ala dinika” (Wahai
Zat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu).

Mengelola batin agar relevan dengan kemauan
Allah bukan hal yang mudah. Harus benar-benar ada kesungguhan dan keseriusan
serta sangat diperlukan pertolongan Allah, karena Allah yang mengatur
pergolakan hati kita yang sering berubah-rubah. Hati yang diselimuti iman akan
melahirkan ketenangan dan kedamaian. Namun kalau hati yang membatu, maka akan terjadi
perasaan kegelisah yang tidak menentu.

Dalam surah Al Fath ayat 4, Allah berfi rman
yang artinya “Dialah yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).
Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana”.

Seluruh perbuatan lahiriah pada hakikatnya
hanyalah aktualisasi dari hati. Betapa indahnya hidup bila hati tenteram dan
nyaman, dan betapa tersiksanya jiwa saat hati tidak tenteram, gelisah, kecewa,
marah, dan sebagainya. Apabila hati tenang dan damai, maka semua bentuk
perbuatan lahiriah akan indah dan memesona. Namun bila hati gelisah, maka
perbuatan cenderung kepada hal-hal yang negatif. Karena pada hakikatnya, pahala
dan siksa adalah akibat dari gerak hati. Hati orang yang beriman selalu responsif
terhadap apa yang didengar.

Baca Juga :  Optimistis Menang, Ben Gelar Syukuran Usai Ditetapkan Cagub

Apabila orang yang beriman mendengar ayat-ayat
Allah, hatinya bergetar karena kerinduan kepada Allah Ta’ala. Dan apabila
dibacakan ayat-ayat Allah bertambah iman dan kuat tawakkalnya (Q.S. Al Anfal
ayat 2). Hati murni adalah hati yang bebas dari selain Allah Swt dan Rasul-Nya.
Ia bebas dan selamat dari selain kebenaran.

Di dalamnya terdapat pelita yang menyala.
Itulah yang disebut dengan pelita iman yang menyinari dengan cahaya ilmu dan
iman. Manusia yang mempunyai hati seperti ini adalah disebut hati yang sehat.
Orang yang hatinya sehat adalah orang yang hatinya bersih dari riya dan syirik.

Ada tiga ciri orang yang hatinya bersih dan
sehat. Pertama, selalu berzikir kepada Allah Ta’ala. Kedua, khusyuk dalam
mendirikan salat. Ketiga, lembut dalam kata dan santun dalam perangai. Begitu
sebaliknya hati orang kafir disebut hati yang tertutup, karena tidak sampai
cahaya ilmu dan iman ke dalamnya, disebabkan penolakan mereka terhadap
kebenaran dan kecongkakan mereka yang tidak mau menerima kebenaran. Itulah yang
disebut dengan hati yang mati.

Pendengaran mereka tuli. Penglihatan mereka
buta. Orang yang memiliki hati seperti ini, bila disebutkan pengesaan ketaatan
kepada Allah, akan segera menjauhinya. Kemudian ada istilah juga hati yang membatu.
Hati yang membatu adalah hati yang telah mati. Baginya tidak berguna cucuran
nasihat dan bimbingan agama. Hati yang penuh dengan kebencian dan dendam
kesumat. Hati yang tertutup dari kebaikan. Karena hatinya telah mati, maka
nasihat dan bimbingan agama tidak berguna lagi baginya.

Klaim kebenaran terhadap perbuatan dan
tindakannya sangat arogan. Mereka yang hatinya membatu atau mati biasanya
mempunyai karakter berikut;

Pertama, menutup diri dari informasi orang
lain. Menurut mereka kebenaran itu adalah apa yang ada pada mereka, maka selain
pendapat mereka, pasti salah dan tersesat. Kedua, klaim kebenaran. Orang yang
hatinya membatu selalu mengklaim bahwa mereka selalu benar. Menutup diri dari
informasi orang lain. Menurut mereka kebenaran itu adalah apa yang ada pada
mereka.

Maka selain pendapat mereka pasti salah dan
tersesat orang yang benar dan selalu melakukan kebenaran. Karena mata hatinya
telah tertutup, maka sebesar apa pun cahaya kebenaran yang disampaikan oleh
orang lain, tidak akan menembus dinding hatinya. Ketiga, tidak mampu
memfungsikan hatinya secara cerdas. Orang yang hatinya mati, pada hakikatnya
hanya menjalankan hidup dengan insting, bukan dengan akal.

Manusia yang tidak mampu mengelola hatinya
akan cenderung materialistik. Saat hati, akal, dan indrawi tidak berfungsi,
maka karakter hewani mendominan dalam dirinya. Hingga ayat ini mengisyaratkan
bagai binatang (maksudnya manusia berperilaku binatang). Maksudnya adalah
Manusia yang seperti ini lebih sadis dari binatang. Allah berfi rman dalam
surah Al ‘Araf ayat 179, yang artinya; Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi
neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.

Baca Juga :  Wisata Budaya Terobosan Ben-Ujang Bukti Pro Budaya Tradisional, untuk

Mereka itulah orang-orang yang lalai. Masyarakat
modern sering dilanda hati yang dipenuhi dengan penyakit hati, seperti cinta
dunia dan menganggap ringan urusan agama. Cinta dunia adalah puncak segala
kesalahan. Dunia dan materi itu adalah alat dan sarana beribadah kepada Allah Ta’ala.
Sedangkan tujuan hidup adalah membangun cinta kepada Allah Swt. Rasulallah saw
bersabda; ada dua hal yang sering dilalaikan oleh manusia, yaitu salat dan
menunaikan amanat.

Orang yang hatinya berpenyakit akan malas
mendirikan salat, padahal salat itu tiang agama. Siapa yang mendirikan salat
berarti menegakkan agama, sedangkan siapa yang meninggalkan salat berarti
menghancurkan agama. Tanda orang yang hatinya berpenyakit sering tidak amanah
atau berkhianat. Ciri orang yang hatinya sakit beda kata dengan perbuatan.
Kesehariannya hanya sibuk membangun citra baik, bukan berbuat baik.

Orang yang selalu membangun citra adalah
orang yang sakit hatinya. Hingga tidak ada prestasi yang dibuatnya selain
membangun citra baik untuk dirinya. Dalam satu riwayat, Ibrahim bin Adam atau
Abu Ishaq diceritakan sedang berjalan di pasar Bashrah. Orangorang mengerumuni
dan bertanya;

“Wahai Abu Ishaq, sudah lama kami memanjatkan
doa kepada Allah, tetapi mengapa doa-doa kami tidak dikabulkan? Padahal Allah
telah berfi rman dalam kitab-Nya; “Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku
kabulkan doa kalian.” (QS.Ghoofi r: 60). Abu Ishaq menjawab; “Hal itu dikarenakan
hati kalian telah mati (terkunci) terhadap sepuluh perkara:

1. Kalian mengenal Allah tetapi tidak menunaikan
kewajibannya.

2. Kalian mengakui mencintai Rasulullah, tetapi
meningglkan sunnahnya.

3. Kalian membaca Al-Qur’an, tetapi kalian
tidak mengamalkan isinya.

4. Kalian sangat banyak diberi kenikmatan dunia,
tapi kalian tidak mensyukurinya.

5. Kalian selalu mengatakan bahwa syaitan
adalah musuh kalian, tetapi kalian selalu mengikuti langkahnya.

6. Kalian mempercayai surga itu ada, tetapi
kalian tidak berbuat amal untuk Mengantarkannya ke sana.

7. Kalian mempercayai neraka itu ada, tetapi
kalian tidak lari dari panas apinya.

8. Kalian mengakui bahwa kematian

itu benar diri untuk menghadapinya.

9. Kalian sibuk mengurusi adanya, tetapi
kalian tidak mempersiapkan kekurangan orang lain, akan tetapi lupa pada
kekurangan diri sendiri.

10. Kalian sering mengubur jenazah, akan tetapi
tidak mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. Semoga kita termasuk orang
yang mempunyai hati yang sehat. Amin Ya Allah.(*)

Terpopuler

Artikel Terbaru