PALANGKA
RAYA-Kebakaran
hutan dan lahan (karhutla) yang terus terjadi mulai menimbulkan kabut asap.
Bahkan asap tipis sudah terlihat menyelimuti ibu kota provinsi sejak beberapa waktu
yang lalu. Terkadang hilang dan muncul serta tercium jelas pada malam hari. Kabut
asap menjadi kekhawatiran tersendiri bagi masyarkat.
Terkait kondisi ini, Plt
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palangka Raya Andjar Hari Purnomo angkat
bicara. Ia mengatakan, semakin seringnya kebakaran hutan dan lahan yang terjadi
di Palangka Raya, sejauh ini belum memengaruhi kesehatan masyarakat.
“Terkait ISPA, semenjak
minggu pertama bulan Januari sampai sekarang, masih belum menunjukkan angka
yang signifikan. Jika kami melihat kaitan kebakaran dengan ISPA, sejauh ini
belum memberikan dampak yang signifikan. Kita semua tentunya berharap itu tidak
terjadi,†kata Andjar, Senin (22/7).
Andjar menegaskan, pihaknya
sudah mengantisipasi dini apabila terjadi penurunan kualitas udara di wilayah
kota. Hal pertama yang dilakukan Dinkes adalah memberi penyuluhan kepada
masyarakat yang datang ke tempat pelayanan kesehatan.
Kemudian, lanjutnya, segala
persiapan yang dilakukan dari tingkat terbawah, yakni puskesmas. Pihaknya juga
berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terlebih memberikan
sosialisasi kepada para pasien-pasien yang datang berobat, terkait menjaga kesehatan
dari dampak buruk karhutla.
Berdasarkan data yang
dimiliki pihaknya, jumlah penderita ISPA di Kota Palangka Raya ini sebelum dan
setelah terjadinya kebakaran hutan dan lahan masih dalam batas normal alias
belum ada perubahaan yang signifikan.
Meski demikian,
lanjutnya, piahknya tak mengurangi sedikit pun kewaspadaan, karena kebakaran
hutan dan lahan bukan hanya di Palangka Raya tetapi juga di kabupaten tetangga.
Dengan banyaknya titik api saat ini dan semakin
luasnya lahan yang terbakar, maka sudah tentu diperlukan kewaspadaan akan
ancaman penyakit itu.
Berdasarkan data untuk
bulan Juli, jumlah penderita ISPA mencapai 677 orang. Kemudian pada minggu
kedua jumlah menurun menjadi 646. Lalu, pada minggu ketiga, yang terdata hanyalah
304 orang.
“Masih dalam angka
normal untuk angka penderita ISPA. Data tersebut dipantau per minggu. Artinya,
jika dikaitkan dengan kebakaran lahan, maka untuk saat ini masih belum. Meski
demikian, kita harus tetap waspada,†jelasnya.
Sementara itu, berdasarkan
data yang dimiliki Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalteng,
pada 2019 ini kebakaran yang paling banyak terjadi adalah di wilayah Kota Palangka
Raya. Ada 106 kejadian dan telah mencapai 159,98 hektare lahan yang sudah
hangus terbakar. Selain itu, ada 40 hotspot yang telah terdeteksi.