26.7 C
Jakarta
Saturday, March 29, 2025

Bukti Cinta

Mata SBY kembali
sembab. Pidatonya pun terhenti. Harus menghela nafas dulu sebentar. Sebelum
meneruskannya.

Itu terjadi Sabtu
kemarin. Di acara besar pemancangan pembangunan Museum dan Galeri Seni SBY-Ani.
Di Kota Pacitan.

Saat itu adzan dzuhur
berkumandang dari masjid terdekat. Pak SBY menjadi ingat: saat istrinya
dimakamkan 1 Juni tahun lalu. ”Saat itu juga terdengar adzan dari masjid dekat
makam seperti sekarang ini,” ucapnya setelah bisa memulai kembali pidatonya.

Yang hadir pun ikut
sembab. Ruangan tenda penuh manusia itu ikut hening. Begitu banyak tokoh zaman
SBY hadir. Termasuk mantan Wapres Budiono, mantan Menko Chairul Tanjung dan
Hatta Rajasa. Banyak juga mantan menteri dan wakil menteri. Gubernur dan mantan
Gubernur Jatim.

Rancangan museum itu
sangat megah. Luas lahannya 1,5 hektare. Bentuk bangunannya mirip Gedung Putih
di Washington DC.

Di dalam museum itu
nanti disajikan perjalanan SBY. Sejak lahir di Termas, Pacitan, sampai
mengakhiri masa jabatan presiden periode kedua.

Akan ada satu section khusus
untuk warisan Ibu Ani, sang first lady. Mulai dari koleksi benda
seninyi sampai pengabdiannyi.

Sejak lama Pak SBY
memiliki ide membangun museum seperti itu. Tahun 2015 SBY-Ani sengaja ke
Amerika Serikat. Untuk ”belanja” ide. Empat museum presiden dikunjungi: Museum
Presiden Truman (di St Louis), Presiden Eisenhower (Kansas), Presiden Clinton
(Little Rock), dan Presiden George Bush (Dallas, Texas).

Museum-museum itu
berdiri di tempat kelahiran masing-masing presiden.

Pak SBY juga
membangunnya di tanah kelahiran.

Museum Presiden Clinton
misalnya, di pinggir Kota Little Rock. Itu memang kota terbesar di negara
bagian Arkansas. Tapi kota itu kecil sekali. Jauh sekali –dari mana-mana. Juga
sepi sekali. Praktis museum Presiden Clinton adalah obyek terpenting di negara
bagian itu.

Arkansas adalah
Pacitannya Amerika.

Museum Clinton itu
hebat sekali. Di pinggir sungai. Dibanding lingkungannya museum itu sangat
mencolok megahnya. Saya berkunjung ke museum ini dua tahun lalu. Hebat sekali.

Dalam hati saya juga
berpikir: bagaimana seorang yang lahir di kota kecil yang di pelosok terpencil
Arkansas ini bisa menjadi presiden Amerika. Dua periode pula.

Baca Juga :  Mendekati Hari Terakhir, Baru 5 Parpol Ajukan Perbaikan

Pun SBY dan Pacitannya.
Saya bayangkan museum Presiden SBY di Pacitan nanti juga menjadi bangunan
termegah di sana. Yang akan lebih terasa kemegahannya di tengah situasi kota
Pacitan nan kecil dan miskin.

Saya juga pernah ke museum
Presiden Eisenhower di Kansas itu. Yang tidak begitu jauh dari tempat
pendidikan militer Pak SBY di Amerika.

Museum Presiden Andrew
Jackson juga di pinggiran Kota Nashville. Nashville adalah ”ibu kotanya”
musik country. Saya pernah ke museum itu tiga tahun lalu. Yang
luasnya hampir 300 hektare.

Lokasi itu dulunya
kebun kapas milik sang presiden. Ia punya budak yang jumlahnya sekitar 300
orang juga. Yang semua tinggal di kebun itu. Itulah budak yang dibeli di zaman
perbudakan dulu.

Masih satu lagi museum
Presiden Amerika yang saya kunjungi: Presiden Abraham Lincoln. Yang mati
ditembak di gedung teater itu. Lokasi museumnya juga di pedalaman. Tepatnya di
Springfield, Illinois, tapi saya ke sana dari arah St Louis.

Museum Presiden SBY
lokasinya juga di pinggir kota nun di Pacitan. Kanan kirinya masih sawah. Juga
belakang dan depannya. Namun sudah ada jaringan jalan aspal yang lebar di
tempat itu. Itulah sawah yang tidak akan panjang lagi umurnya –ditelan
perluasan kota.

Bu Ani sendiri tahu
kalau akan ada museum ini. Kan sejak tahun 2015 sudah dibicarakan –ketika Bu
Ani masih sangat sehat.

”Pasti sekarang ini
almarhumah juga melihat kita di sini dari atas sana,” ujar Pak SBY di atas
podium.

Saat dirawat di rumah
sakit di Singapura pun Bu Ani masih ikut membahas rencana pembangunan museum
ini. ”Khususnya mengenai detail isi ruang bagian Bu Ani,” ujar Pak SBY.

Tapi apakah Bu Ani
sempat tahu kalau lokasi yang dipilih adalah di tempat sekarang ini?

”Beliau tahu,” jawab
Ossy Darmawan, direktur museum ini pada DI’s Way.

Baca Juga :  Bupati Sambut Kapolres Baru

Apakah beliau sempat
meninjau lokasi ini?

”Tidak sempat. Tapi
lokasi ini sudah dibuatkan videonya. Beliau sempat melihat video itu,” ujar
Ossy.

Syukurlah.

Dua tahun lagi museum
itu akan jadi. Itulah museum ketiga di Indonesia –untuk jenisnya.

Yang pertama adalah
Museum Presiden Soekarno di Blitar. Di dekat makamnya itu. Itulah museum yang
lebih terasa aspek spiritualnya –yang membuat pengunjungnya sangat banyak.

Yang kedua adalah
Museum Presiden Soeharto di Desa Godean, Jogjakarta. Pembangunannya terasa
seperti diam-diam. Yang membangun memang hanya satu pihak: Probosutedjo,
pengusaha besar yang tak lain adik tiri Pak Harto.

Konon anak-anak Pak
Harto tidak dilibatkan. Saya sendiri merasa museum itu tidak sekelas peran Pak
Harto di Republik ini. Bahkan patung besar Pak Harto di depannya itu seperti
bukan Pak Harto.

Pak Habibie, Gus Dur,
dan Bu Megawati belum membangun museum seperti itu. Entahlah.

Tapi di kompleks Istana
Bogor sudah ada museum kepresidenan. Yang dibangun di zaman Pak SBY. Di situlah
jejak pengabdian semua presiden Indonesia tersajikan. Sejak Bung Karno, Pak
Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY sendiri.

”Bahkan ruang untuk
masa kepresidenan Pak Jokowi juga sudah kami siapkan di situ,” ujar Pak SBY.

Di acara kemarin itu
begitu terasa dalamnya kehilangan Bu Ani. Pak SBY masih terlihat begitu sendu.

”Biasanya kalau kami ke
Pacitan sering lewat Jogja. Begitu sering. Bu Ani hafal kelokannya. Termasuk di
mana saja warung yang harus disinggahi,” kisah Pak SBY. ”Kali ini kami ke
Pacitan tidak berani lewat Jogja. Kenangan dengan Bu Ani itu masih begitu
kuatnya,” ujarnya.

Meski Bu Ani lahir di
Jogja dari ayah Purworejo dan ibu Magelang, katanya, tapi sangat cinta Pacitan.

Maka almarhumah pun
setuju museum ini dibangun di Pacitan.

”Dan memang museum ini
kami bangun sebagai tanda cinta saya, cinta kami sekeluarga, kepada Ibu Ani,”
ujar Pak SBY.

Abadilah cinta. (dahlan
iskan)

 

Mata SBY kembali
sembab. Pidatonya pun terhenti. Harus menghela nafas dulu sebentar. Sebelum
meneruskannya.

Itu terjadi Sabtu
kemarin. Di acara besar pemancangan pembangunan Museum dan Galeri Seni SBY-Ani.
Di Kota Pacitan.

Saat itu adzan dzuhur
berkumandang dari masjid terdekat. Pak SBY menjadi ingat: saat istrinya
dimakamkan 1 Juni tahun lalu. ”Saat itu juga terdengar adzan dari masjid dekat
makam seperti sekarang ini,” ucapnya setelah bisa memulai kembali pidatonya.

Yang hadir pun ikut
sembab. Ruangan tenda penuh manusia itu ikut hening. Begitu banyak tokoh zaman
SBY hadir. Termasuk mantan Wapres Budiono, mantan Menko Chairul Tanjung dan
Hatta Rajasa. Banyak juga mantan menteri dan wakil menteri. Gubernur dan mantan
Gubernur Jatim.

Rancangan museum itu
sangat megah. Luas lahannya 1,5 hektare. Bentuk bangunannya mirip Gedung Putih
di Washington DC.

Di dalam museum itu
nanti disajikan perjalanan SBY. Sejak lahir di Termas, Pacitan, sampai
mengakhiri masa jabatan presiden periode kedua.

Akan ada satu section khusus
untuk warisan Ibu Ani, sang first lady. Mulai dari koleksi benda
seninyi sampai pengabdiannyi.

Sejak lama Pak SBY
memiliki ide membangun museum seperti itu. Tahun 2015 SBY-Ani sengaja ke
Amerika Serikat. Untuk ”belanja” ide. Empat museum presiden dikunjungi: Museum
Presiden Truman (di St Louis), Presiden Eisenhower (Kansas), Presiden Clinton
(Little Rock), dan Presiden George Bush (Dallas, Texas).

Museum-museum itu
berdiri di tempat kelahiran masing-masing presiden.

Pak SBY juga
membangunnya di tanah kelahiran.

Museum Presiden Clinton
misalnya, di pinggir Kota Little Rock. Itu memang kota terbesar di negara
bagian Arkansas. Tapi kota itu kecil sekali. Jauh sekali –dari mana-mana. Juga
sepi sekali. Praktis museum Presiden Clinton adalah obyek terpenting di negara
bagian itu.

Arkansas adalah
Pacitannya Amerika.

Museum Clinton itu
hebat sekali. Di pinggir sungai. Dibanding lingkungannya museum itu sangat
mencolok megahnya. Saya berkunjung ke museum ini dua tahun lalu. Hebat sekali.

Dalam hati saya juga
berpikir: bagaimana seorang yang lahir di kota kecil yang di pelosok terpencil
Arkansas ini bisa menjadi presiden Amerika. Dua periode pula.

Baca Juga :  Mendekati Hari Terakhir, Baru 5 Parpol Ajukan Perbaikan

Pun SBY dan Pacitannya.
Saya bayangkan museum Presiden SBY di Pacitan nanti juga menjadi bangunan
termegah di sana. Yang akan lebih terasa kemegahannya di tengah situasi kota
Pacitan nan kecil dan miskin.

Saya juga pernah ke museum
Presiden Eisenhower di Kansas itu. Yang tidak begitu jauh dari tempat
pendidikan militer Pak SBY di Amerika.

Museum Presiden Andrew
Jackson juga di pinggiran Kota Nashville. Nashville adalah ”ibu kotanya”
musik country. Saya pernah ke museum itu tiga tahun lalu. Yang
luasnya hampir 300 hektare.

Lokasi itu dulunya
kebun kapas milik sang presiden. Ia punya budak yang jumlahnya sekitar 300
orang juga. Yang semua tinggal di kebun itu. Itulah budak yang dibeli di zaman
perbudakan dulu.

Masih satu lagi museum
Presiden Amerika yang saya kunjungi: Presiden Abraham Lincoln. Yang mati
ditembak di gedung teater itu. Lokasi museumnya juga di pedalaman. Tepatnya di
Springfield, Illinois, tapi saya ke sana dari arah St Louis.

Museum Presiden SBY
lokasinya juga di pinggir kota nun di Pacitan. Kanan kirinya masih sawah. Juga
belakang dan depannya. Namun sudah ada jaringan jalan aspal yang lebar di
tempat itu. Itulah sawah yang tidak akan panjang lagi umurnya –ditelan
perluasan kota.

Bu Ani sendiri tahu
kalau akan ada museum ini. Kan sejak tahun 2015 sudah dibicarakan –ketika Bu
Ani masih sangat sehat.

”Pasti sekarang ini
almarhumah juga melihat kita di sini dari atas sana,” ujar Pak SBY di atas
podium.

Saat dirawat di rumah
sakit di Singapura pun Bu Ani masih ikut membahas rencana pembangunan museum
ini. ”Khususnya mengenai detail isi ruang bagian Bu Ani,” ujar Pak SBY.

Tapi apakah Bu Ani
sempat tahu kalau lokasi yang dipilih adalah di tempat sekarang ini?

”Beliau tahu,” jawab
Ossy Darmawan, direktur museum ini pada DI’s Way.

Baca Juga :  Bupati Sambut Kapolres Baru

Apakah beliau sempat
meninjau lokasi ini?

”Tidak sempat. Tapi
lokasi ini sudah dibuatkan videonya. Beliau sempat melihat video itu,” ujar
Ossy.

Syukurlah.

Dua tahun lagi museum
itu akan jadi. Itulah museum ketiga di Indonesia –untuk jenisnya.

Yang pertama adalah
Museum Presiden Soekarno di Blitar. Di dekat makamnya itu. Itulah museum yang
lebih terasa aspek spiritualnya –yang membuat pengunjungnya sangat banyak.

Yang kedua adalah
Museum Presiden Soeharto di Desa Godean, Jogjakarta. Pembangunannya terasa
seperti diam-diam. Yang membangun memang hanya satu pihak: Probosutedjo,
pengusaha besar yang tak lain adik tiri Pak Harto.

Konon anak-anak Pak
Harto tidak dilibatkan. Saya sendiri merasa museum itu tidak sekelas peran Pak
Harto di Republik ini. Bahkan patung besar Pak Harto di depannya itu seperti
bukan Pak Harto.

Pak Habibie, Gus Dur,
dan Bu Megawati belum membangun museum seperti itu. Entahlah.

Tapi di kompleks Istana
Bogor sudah ada museum kepresidenan. Yang dibangun di zaman Pak SBY. Di situlah
jejak pengabdian semua presiden Indonesia tersajikan. Sejak Bung Karno, Pak
Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY sendiri.

”Bahkan ruang untuk
masa kepresidenan Pak Jokowi juga sudah kami siapkan di situ,” ujar Pak SBY.

Di acara kemarin itu
begitu terasa dalamnya kehilangan Bu Ani. Pak SBY masih terlihat begitu sendu.

”Biasanya kalau kami ke
Pacitan sering lewat Jogja. Begitu sering. Bu Ani hafal kelokannya. Termasuk di
mana saja warung yang harus disinggahi,” kisah Pak SBY. ”Kali ini kami ke
Pacitan tidak berani lewat Jogja. Kenangan dengan Bu Ani itu masih begitu
kuatnya,” ujarnya.

Meski Bu Ani lahir di
Jogja dari ayah Purworejo dan ibu Magelang, katanya, tapi sangat cinta Pacitan.

Maka almarhumah pun
setuju museum ini dibangun di Pacitan.

”Dan memang museum ini
kami bangun sebagai tanda cinta saya, cinta kami sekeluarga, kepada Ibu Ani,”
ujar Pak SBY.

Abadilah cinta. (dahlan
iskan)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru