Site icon Prokalteng

Ilham Indosat

ilham-indosat

Kesetiaan Ilham Bintang pada
Indosat begitu panjang. Tak tersangka hubungan itu berakhir dengan tragis:
Ilham kehilangan uang ratusan juta rupiah.

Waktu itu Via Vallen pun baru
berumur tiga tahun. Kalau pun Via Vallen lari telanjang masih dianggap lucu. Iqbaal
Ramadhan (Dilan) dan Vanesha Prescilla (Milea) baru akan lahir lima tahun
kemudian. Ilham Bintang sudah menggunakan HP dengan kartu Indosat.

Bahkan nama kartu Indosat sendiri
pun belum lahir di tahun 1994 itu.

Maka ketika di awal tahun 2020
terjadi peristiwa yang Anda sudah tahu itu rasanya menjadi lebih dramatik:
nomor ponsel Indosat Ilham dibobol orang. Cara membobolnya pun Anda sudah tahu:
begitu cerobohnya si Indosat.

Akhir tahun 2019 itu Ilham, Ketua
Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat itu, ke Australia.
Ingin menengok anak wanitanya yang kuliah S-2 di Melbourne.

Tapi Ilham mampir dulu ke Sydney.
Empat hari. Setiap kali ke luar negeri Ilham mengambil pulsa telpon paket luar
negeri. Kali ini ia ambil paket untuk dua minggu.

Tanggal 4 Januari 2020, ketika
bangun tidur di Sydney, Ilham melihat sinyal Hp-nya SOS. Tidak ada sinyal sama
sekali. ”Saya pikir network-nya lagi ada
masalah,” ujar Ilham ketika ngobrol dengan saya kemarin. Ia tenang saja. Tidak
ada kecurigaan apa-apa. ”Biasanya SOS begitu kan tidak lama,” tambah Ilham.

Ia pun sibuk menyiapkan diri ke
bandara. Ia harus ke Melbourne dengan pesawat jam 7 pagi. Putrinya sudah
menunggu di sana.

Ketika mendarat di Melbourne
sinyal HP-nya masih SOS. Ilham masih belum memiliki kecurigaan soal pembajakan
kartu Indosat-nya.

Sambil menunggu bagasi, Ilham ke
konter ponsel. Ia membeli kartu lokal, Optus. Saya pun membeli kartu Optus saat
berada di Darwin Australia di pekan yang sama.

Saat bertemu putrinya di terminal
kedatangan Ilham sudah bisa menggunakan Optus. Ia tidak terlalu risau dengan
sinyal ponselnya yang SOS.

Ilham sendiri sebenarnya
mengharapkan agar putrinya liburan akhir tahun di Indonesia. Tapi sang putri
pilih nyambi bekerja. Dia mengambil pekerjaan paro waktu di Melbourne. Gajinya
mahal. Maklum di akhir tahun seperti itu banyak karyawan memilih libur.

Ketika Ilham tiba di Melbourne
hari sudah Sabtu siang. Sang putri punya waktu menemani ayah ke shopping
center
. Ilham belanja barang senilai 44 dolar Australia. Tidak ada
masalah dengan kartu kreditnya.

Tapi ketika tanggal 6 Januari ke
ATM di Melbourne ia terkejut: saldonya NOL. Ia pun memotret layar ATM itu.

Sebelum itu ia sudah curiga.
Yakni ketika ke salah satu shopping center. Dananya di
bank dinyatakan tidak cukup. Ilham minta belanjanya dikurangi. Masih tidak
cukup.

Mulailah Ilham curiga. Lalu Ilham
minta dicoba untuk hanya menggunakan dana 20 dolar –terendah yang
diperbolehkan di kartu kredit.

”Itu pun tidak ada dananya,” kata
Ilham. ”Bukan tidak cukup lagi, tapi tidak ada dananya sama sekali,” tambahnya.

Sudah setahun saya tidak bertemu
Ilham Bintang. Terakhir bertemu dengannya saat menghadiri pembukaan bisnis
anaknya yang ketiga.

Ilham punya empat anak. Salah
satunya menjadi dokter kandungan (obgyn) yang beristri dokter juga. Sang anak
kini punya klinik di beberapa lokasi utama di Jakarta.

Yang di Melbourne itu adalah
satu-satunya anak wanita. Kuliah S-1 nya di Perth, Australia Barat. Dia
mengambil jurusan arsitek. Lalu meneruskan kuliah desain di S-2 di Melbourne.

Ilham sendiri tetap wartawan. Ia
merupakan salah satu wartawan senior yang tetap rajin menulis.
Tulisan-tulisannya sering dikumpulkan dalam sebuah buku. Baru-baru ini ia
menerbitkan bukunya yang ketujuh.

Kerajinannya menulis itu membuat
kagum, pun di mata seorang Karni Ilyas nan ILC. Padahal, tulis Karni di salah
satu dari tujuh buku itu, Ilham pernah hijrah dari wartawan tulis ke wartawan
elektronik.

Yakni ketika Ilham membidani
acara tv yang sangat legendaris: Cek & Ricek. Itulah acara pertama tentang
dunia artis di televisi yang digarap secara jurnalistik.

Cek & Ricek terus mengudara
di RCTI. Sejak Hary Tanoesoedibjo belum menjadi pemiliknya. Cek & Ricek
termasuk acara tv terpanjang di jenisnya: 20 tahun.

Acara itu baru berhenti ketika
Ilham tidak mau kompromi dengan pihak stasiun TV. Tapi ia tetap bergerak di
dunia itu. Ia memiliki beberapa perusahaan produksi sinetron.

”Biasanya wartawan yang hijrah ke
tv sudah tidak mau menulis lagi. Seperti saya ini,” ujar Karni.

Tapi Ilham tidak bisa disebut
hijrah total. Ketika Cek & Ricek berusia 1 tahun Ilham menerbitkan tabloid
cetak dengan nama yang sama. ”Itu gara-gara provokasi Chairul Tanjung,” ujar
Ilham. Waktu itu Ilham naik pesawat bersama bos CT Corp itu. ”Kami masih sama-sama
naik kelas ekonomi,” ujar Ilham sambil senyum.

Meski CT tidak jadi ikut saham
Ilham tetap menerbitkan tabloid itu. Sukses. Oplahnya pernah mencapai 600.000
di masa jayanya. Ia pun masih sering menulis untuk tabloidnya itu.

Ia masih ingat edisi pertama Cek
& Ricek. Artis yang tampil pertama adalah Yuni Shara dan Ayu Azhari. Yakni
ketika Ayu baru menikah dengan orang bule. Si bule masuk Islam. Ayu berharap
dengan kawin lelaki bule dia bisa lebih longgar dalam penampilan. ”Ternyata si
bule mendalami Islam sungguh-sungguh. Justru Ayu diminta mengenakan jilbab,”
ujar Ilham sambil tertawa. Tawanya lepas. Ciri khasnya sejak dulu.

Maka Ilham itu sebenarnya
lengkap: wartawan tulis, wartawan film, dan wartawan pengusaha.

Mungkin ia mewarisi ayahnya: La
Bintang. Yakni tokoh revolusi nasional di Makassar yang seniman cum pengusaha.
Sang ayah menulis banyak sekali cerpen. Tapi juga jadi agen tunggal Toyota
untuk seluruh Indonesia Timur.

”Beliau berkawan dengan sastrawan
terkemuka Iwan Simatupang dan sutradara film terkemuka Usmar Ismail,” ujar
Zainal Bintang, seniman film, kakak Ilham.

Maka uang hampir Rp 500 juta yang
menjadi NOL itu bagi Ilham bisa dibilang besar dan tidak besar.

Ia mengirimkan foto layar ATM
yang NOL rupiah tadi ke temannya di Jakarta. Untuk diurus mengapa begitu.

Ilham pun menghadapi dua front:
Indosat dan bank.

Anehnya, uangnya yang di salah
satu bank swasta besar di Indonesia aman. Demikian juga yang di salah satu bank
dari Amerika. Tapi kok yang di Commonwealth Bank dan di bank BUMN bisa NOL.

Ilham tidak buru-buru pulang. Ia
di Melbourne sesuai jadwal: pulang 14 Januari 2020.

Setiba di Jakarta barulah ia
bergerak: mengurus kartu ponselnya. Anda pun sudah tahu ceritanya: ternyata ada
orang yang datang ke kantor Indosat di Bintaro Jakarta.

Orang itu datang jam 9 malam.
Tepat ketika kantor sudah akan tutup. Sesuai dengan rekaman CCTV orang itu
masuk pintu lalu duduk di kursi tunggu. Petugas konter terlihat masih melayani
orang lain. Tiga menit kemudian giliran ia bangkit dari kursi. Ia mengaku bernama
Ilham Bintang. Lalu menyerahkan KTP ”Ilham Bintang”.

Saat itulah ”Ilham Bintang” palsu
minta penggantian kartu ponsel atas namanya. Prosesnya tidak lama. Kurang dari
lima menit selesai.

Dengan kartu baru itulah Ilham
Bintang palsu menguras uang milik Ilham Bintang asli.

Dari penelusuran Ilham itu
akhirnya ia mendapat tahu: petugas konter tidak melakukan prosedur yang
seharusnya. Bahkan tidak ada formulir pergantian kartu yang diisi secara
semestinya.

Pun petugas konter itu sendiri
ternyata hanya berstatus tenaga outsourcing.

Polisi boleh dibilang hebat di
kasus ini: komplotan itu berhasil digulung. Lima orang. Lengkap dengan sindikat
pemalsu KTP. Bahkan mereka bisa mendapat data pribadi Ilham Bintang dari orang
dalam OJK.

Ilham semangat sekali menelusuri
kejadian ini. Terutama karena ini: ternyata banyak sekali yang nasibnya kurang
lebih sama. Ia tidak lagi memerankan diri hanya sebagai pribadi pelanggan
Indosat. Tapi sudah merasa mewakili perasaan umum.

Pihak Indosat sudah mengatakan
akan mengganti uang Ilham yang hilang. Bahkan sudah mengisyaratkan lebih dari
itu: memberikan semacam ganti materi untuk kerugian nonmateri.

Tapi Ilham tidak terlalu tergiur.
Apalagi kalau disyaratkan harus mencabut pengaduan. Muncullah jiwa ”wartawan
pejuang” di Ilham. Ia ingin apa yang menimpa dirinya tidak menimpa orang
banyak.

Karena itu Ilham kini mempelajari
berbagai peraturan perundangan di bidang telekomunikasi. Ia melihat begitu
banyak lubang yang bisa merugikan masyarakat.

Ia masih akan melakukan berbagai
langkah ke depan. Demi orang banyak itu.

Langkah apa?

“Nantilah kita ngobrol
lagi,” ujar Ilham.

Tentu saya senang menunggu
obrolan lanjutan itu. Meski akan lebih senang bila bisa mengobrol soal
pencurian produk nuklir menggemaskan itu. (dahlan iskan)

 

 

Exit mobile version