Perang dagang sudah biasa terjadi. Krisis harga minyak juga pernah
ada. Pun wabah suatu penyakit –juga sering muncul.
Namun, kini, tiga bencana itu terjadi di waktu
yang bersamaan.
Betapa babak belurnya ekonomi. Hanya yang
tabungannya kuat yang akan bisa melewati senjata trisula itu dengan selamat.
Itu hukum alam biasa. Hukum alam lainnya
adalah: yang banyak utang yang akan lebih susah.
Pemimpin-pemimpin hebat akan lahir dari situasi
sulit seperti itu. Ini juga ujian baru bagi presiden seperti Donald Trump
–yang awalnya menganggap flu lebih berbahaya dari virus corona.
WHO –Organisasi Kesehatan Dunia– sudah
mengumumkan wabah virus corona sebagai pandemik. Kemarin.
Artinya: sudah menjadi ancaman untuk seluruh
dunia. Sudah lebih 100 negara yang tertulari virus itu. Bukan lagi endemik
–yang hanya mengancam satu atau beberapa negara saja.
Namun Uni Emirat Arab (UAE) sempat juga
mengumumkan akan ikut membanjiri pasar minyak dunia. Kemarin.
Artinya: perang minyak mentah bukan lagi drama satu babak. UAE adalah
negara terbesar ketiga di bidang produksi minyak. Mulai April nanti produksinya
akan dinaikkan 1 juta barel/hari –menjadi 5 juta barel/hari.
Dunia akan mendapat tambahan pasokan minyak 4
juta barel/hari. Itu karena Arab Saudi –produsen terbesar dunia– menaikkan
produksi minyaknya dari 9,7 juta barel/hari ke 12,3 juta barel/hari.
Rusia juga sudah mengumumkan menaikkan setengah
juta barel/hari. Tinggal Iraq –sebagai produsen terbesar kedua dunia– yang
belum menentukan sikap.
Mungkin hari ini.
Kombinasi pandemik, banjir minyak, dan perang
dagang adalah wajah dunia baru tahun 2020.
Presiden Trump sendiri akhirnya ambil langkah
drastis: melarang pesawat Eropa masuk Amerika. Kecuali dari Inggris.
Warga negara Amerika sendiri (termasuk
pemegang green card dan
keluarga mereka) boleh pulang dari Eropa, tetapi akan diatur secara ketat:
hanya boleh mendarat di bandara tertentu. Di situlah mereka akan ditangani
secara khusus. Termasuk dikarantina.
Italia bahkan sudah menjadi ibarat Tiongkok
–dua bulan lalu. Awalnya hanya Italia bagian utara yang di-lockdown. Namun sejak Rabu
kemarin diperluas ke seluruh Italia.
Tidak ada kesaksian orang Indonesia di Italia
yang lebih dramatik dari apa yang ditulis Romo Lukas Nurak –yang sudah beredar
luas di media sosial.
Romo Nurak dahulunya menjadi pastor di Pulau
Nunukan, Kaltara. Sejak beberapa waktu lalu beliau sudah bertugas di Roma,
Italia.
Semula saya ragu apakah betul itu tulisan Romo
Nurak. Maka saya minta tolong seorang teman Katolik di Jogja.
Teman saya itu pun menghubungi Romo Benny
Susetyo Pr. â€Menurut Romo Benny itu betul, itu tulisan Romo Nurak,†balas teman
saya itu.
Tidak sampai 10 menit kemudian Romo Benny
sendiri yang kirim WA ke saya. Sambil mengirim teks doa Paus Fransiskus untuk
wabah sekarang ini.
Begitu mengharukan tulisan Romo Nurak dari
Italia itu.
â€Mohon…. doa untuk kami. Italia sedih, Italia
berkabung…. Semua kota sepi, seperti kota mati tak berpenghuni…,†tulis
beliau
â€Corona virus telah memorakporandakan perasaan
kami, melumpuhkan semua kegiatan iman kami, perekonomian umat, perziarahan
batin umat Tuhan dan semuanya serta segalanya……..â€
â€Orang mati tidak bisa dilayani untuk terakhir
kalinya, perminyakan orang sakit tak bisa diamalkan, misa dan perayaan sakramen
sakramentalia suci lainnya ditiadakan ……â€
â€Sejak diumumkan oleh pihak yang berwenang
untuk tidak melayani kegiatan publik, maka mulai saat itu, misa untuk umat
ditiadakan….. Perayaan keagaman dihentikan…. Perayaan sakramen
sakramentalia untuk umat pun ditiadakan. Air suci tidak disediakan lagi di
pintu-pintu suci-Mu….. Entah sampai kapan akan normal kembali ….. Semua
diam … Semua bisu ……Hanya DOA dan HARAPAN, mohon PERTOLONGAN dari
TUHAN.â€
Apa yang diceritakan Pastor Nurak itu seirama
dengan video-video yang beredar dari Italia. Salah satunya seperti yang
disiarkan stasiun TV Aljazeera. Sangat mengharukan.
Luca Franzese seorang seniman ternama di Kota
Napoli begitu bingungnya. Adiknya, perempuan, meninggal dunia. Mayatnyi dites.
Positif Corona.
Luca pun harus dikarantina. Sekeluarga.
Dianggap sudah berhubungan dengan penderita virus corona.
â€Di depan saya ini mayat adik saya. Harus saya
apakan?†keluhnya seperti frustrasi.
Luca merasa pemerintah sudah tidak bisa
memberikan jalan keluar: harus diapakan mayat itu. Akhirnya pemerintah
menyarankan dibawa saja di rumah kematian.
â€Tapi rumah kematian tidak mau menerima mayat
adik saya. Katanya, tidak ada fasilitas untuk kasus seperti adik saya ini,â€
ujar Luca.
Di Italia yang menderita virus corona memang
sudah sekitar 10.000 orang –hampir 1.000 orang meninggal dunia.
Padahal, di Tiongkok sudah sangat reda.
Upacara-upacara penutupan rumah sakit darurat –karena tidak ada lagi pasien
baru– terus terjadi setiap hari.
Kabar baik yang sangat baik itu juga datang
dari provinsi terparah: Hubei –pusat lahirnya virus corona. Rabu kemarin
penderita baru di provinsi ini â€tinggal†8 orang. Jangan-jangan hari ini sudah
bisa 0. Atau besok. Atau lusa.
Dari 67.000 penderita di Hubei, yang sudah
sembuh 52.000 orang.
Di Provinsi Zhejiang –yang beribu kota di
Hangzhou, pusatnya Alibaba itu– dari 1.215 penderita yang sudah sembuh 1.209.
Berarti tinggal enam orang yang belum sembuh.
Di Provinsi Jiangxi –tempat saya belajar bahasa
Mandarin dulu– dari 935 penderita, yang sudah sembuh 934. Tinggal satu orang
yang masih dirawat.
Demikian juga di Provinsi Fujian –mayoritas
Tionghoa Indonesia punya leluhur di provinsi ini– dari 296 penderita virus
Corona yang sudah sembuh 295. Kurang satu orang lagi.
Itulah situasi terbaru di Tiongkok. Namun
sukses seperti itu harus lewat penderitaan luar biasa ratusan juta orang.
Mereka harus di-lockdown –seperti
yang sekarang dilakukan di Italia.
Lebih dua bulan orang Tiongkok harus dipenjara
di rumah masing-masing. Italia pun mengikuti cara Tiongkok itu.
Hancurnya ekonomi belum penting dibicarakan.
Penyelamatan nyawa manusia yang harus diutamakan. Untuk apa ekonomi baik
kalau semua manusianya meninggal dunia.(***)