26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Nama Baru

Nama Baru

Inilah angka-angka yang bisa mengurangi
stress: enam hari terakhir jumlah penderita baru virus corona terus menurun.

1 Februari 10.000.
2 Februari 11.200.
3 Februari 13.500.
4 Februari 16.600.
5 Februari 19.700.
6 Februari 2.500.
7 Februari 2.800.
8 Februari 2.100.
9 Februari 2.600.
10 Februari 2.100.
11 Februari 2.022.

Kelihatannya puncak perkembangan virus sudah
tercapai di tanggal 5 Februari. Sejak 6 Februari angkanya menurun.

Bahkan kalau Provinsi Hubei dikeluarkan dari
statistik itu pertambahan penderita baru menurun 57 persen.

Misalnya: tanggal 3 Februari ada 890
penderita baru.

Tanggal 10 Februari ‘hanya’ 381 orang.

Di Provinsi Hubei pun, kalau kota Wuhan
dikeluarkan dari statistik juga memberi harapan besar.

Tanggal 3 Feb penderita baru masih 1.121
orang.

Tanggal 10 Feb ‘tunggal’ 545 orang.

Maka bisa disimpulkan penderita baru di
seluruh Tiongkok turun begitu drastis. Angka di Propinsi Hubei sendiri juga
menurun tajam.

Demikian juga di Kota Wuhan –meski masih
yang paling parah.

Di luar Tiongkok jumlah penderita yang
meninggal juga tetap dua orang: 1 di Hongkong, 1 di Filipina. Dua orang itu pun
sudah menderita sejak masih di Wuhan.

Optimisme itu kian tinggi kalau dilihat
angka-angka yang sembuh. Yang juga terus meningkat tinggi. Sudah 10 hari terakhir
angka yang sembuh selalu jauh lebih besar dari yang meninggal.

Isolasi Kota Wuhan membawa pengaruh besar.
Dan besarnya korban di Wuhan benar-benar karena telatnya penanganan. Akibat
dokter yang menemukan gejala awal wabah ini justru diperiksa polisi. Tengah
malam pula. Dianggap sebagai sumber keresahan. (DI’s Way:Dukungan Hastag).

Baca Juga :  Pastikan Dukungan ! Tokoh Jawa : Pasangan Sugianto-Edy Ideal dan Cocok

Dua pejabat tinggi partai di Propinsi Hubei
pun sudah dicopot. Dua hari lalu.

Sebanyak 5.000 dokter baru, 15.000 perawat
diperbantukan ke Wuhan. Peralatan dikerahkan total. Hampir semua orang Wuhan
diperiksa.

Petugas lebih proaktif ke penduduk. Melakukan
pemeriksaan ke rumah-rumah.

Kalau Wuhan teratasi hampir berarti semua
persoalan seperti selesai.

“Kalau minggu lalu ketakutan saya pada
level 5, hari ini di level 3,” ujar teman Beijing saya tadi malam.

Memang menyusul problem pasokan. Harga bahan
makanan naik 30 persen. Pun di Singapura.

Apalagi masker.

Impor masker sampai dilakukan dari seluruh
dunia.

Juga dari Indonesia. Seorang teman saya yang
menangani kargo internasional mengatakan itu. Tiap hari sekitar 2 sampai 3 ton
masker made in Indonesia dikirim ke Tiongkok. Lewat
bandara Bangkok. Yang masih memiliki jalur penerbangan cargo ke sana.

Pun sampai harga masker di dalam negeri naik
drastis.

Meski ada trend membaik, kewaspadaan terhadap
virus tetap tinggi.

Provinsi Guangdong –yang ibukotanya
Guangzhou– mengesankan Perda baru: situasi sekarang ini dianggap sudah dalam
keadaan darurat perang. Yakni perang melawan virus.

Menurut Perda baru itu pemerintah berhak
mengambil alih hak milik swasta. Rumah sakit swasta, apartemen, pabrik-pabrik
bisa diambil sementara. Untuk keperluan penanganan korban virus.

Pemerintah bisa memaksa pabrik untuk
memproduksi apa pun yang terkait virus. Misalnya memproduksi masker, alat
suntik, infus dan seterusnya.

Sampai kemarin teman-teman saya yang di
Beijing masih belum berani berkantor. Masih bekerja di rumah.

Baca Juga :  20 Lokasi Akan Dipasang Wifi Gratis

Sebenarnya sejak Senin kemarin kantor
harusnya sudah buka. Liburan tahun baru sudah berakhir. Tapi pemerintah
menambah libur itu satu minggu lagi.

Bagi yang buka kantor boleh. Tapi harus
melapor berapa yang masuk kerja hari itu. Berapa lama berkantor. Berikut
identitas lengkapnya.

Sejak Cap Go Meh lalu Beijing sudah tidak
salju lagi. Tapi udara masih sangat dingin. Tadi malam masih 3 derajat celsius.

Kereta cepat masih beroperasi tapi jumlahnya
dikurangi. Kereta jurusan Beijing-Guangzhou misalnya, masih tidak berhenti di
Kota Wuhan. Yang letaknya persis di pertengahan.

Teman saya di Kota Nanchang –tetangga
propinsi Hubei– sudah ada yang masuk kantor. Dengan memakai masker. Dan
menjaga jarak dengan karyawan lain: harus lebih 1 meter.

Sampai di sini kita masih belum melihat
peranan IT, AI, face regocnition yang nyata dalam ikut mengatasi wabah ini.

Sebenarnya agak ironi. Gegap gempita Tiongkok
di bidang itu ternyata belum bisa banyak bicara di saat sangat diperlukan.

Wabah ini telah sekali lagi menegur keteledoran
manusia. Tapi wabah tetaplah wabah. Bisa terjadi di mana saja. Bisa pula berupa
gempa.

Karena itu WHO memutuskan untuk secara resmi
memberi nama baru virus Wuhan ini: Covid-19.

Agar jangan sampai nama Wuhan menjadi korban.
Demikian juga etnis tertentu.

Wabah, gempa, tsunami bisa di sekitar kita.

Wabah bukanlah Brompton, HD, oplas dan
sebangsanya. Yang dengan cepat bisa hilang menguap seketika.(Dahlan Iskan)

 

Nama Baru

Inilah angka-angka yang bisa mengurangi
stress: enam hari terakhir jumlah penderita baru virus corona terus menurun.

1 Februari 10.000.
2 Februari 11.200.
3 Februari 13.500.
4 Februari 16.600.
5 Februari 19.700.
6 Februari 2.500.
7 Februari 2.800.
8 Februari 2.100.
9 Februari 2.600.
10 Februari 2.100.
11 Februari 2.022.

Kelihatannya puncak perkembangan virus sudah
tercapai di tanggal 5 Februari. Sejak 6 Februari angkanya menurun.

Bahkan kalau Provinsi Hubei dikeluarkan dari
statistik itu pertambahan penderita baru menurun 57 persen.

Misalnya: tanggal 3 Februari ada 890
penderita baru.

Tanggal 10 Februari ‘hanya’ 381 orang.

Di Provinsi Hubei pun, kalau kota Wuhan
dikeluarkan dari statistik juga memberi harapan besar.

Tanggal 3 Feb penderita baru masih 1.121
orang.

Tanggal 10 Feb ‘tunggal’ 545 orang.

Maka bisa disimpulkan penderita baru di
seluruh Tiongkok turun begitu drastis. Angka di Propinsi Hubei sendiri juga
menurun tajam.

Demikian juga di Kota Wuhan –meski masih
yang paling parah.

Di luar Tiongkok jumlah penderita yang
meninggal juga tetap dua orang: 1 di Hongkong, 1 di Filipina. Dua orang itu pun
sudah menderita sejak masih di Wuhan.

Optimisme itu kian tinggi kalau dilihat
angka-angka yang sembuh. Yang juga terus meningkat tinggi. Sudah 10 hari terakhir
angka yang sembuh selalu jauh lebih besar dari yang meninggal.

Isolasi Kota Wuhan membawa pengaruh besar.
Dan besarnya korban di Wuhan benar-benar karena telatnya penanganan. Akibat
dokter yang menemukan gejala awal wabah ini justru diperiksa polisi. Tengah
malam pula. Dianggap sebagai sumber keresahan. (DI’s Way:Dukungan Hastag).

Baca Juga :  Pastikan Dukungan ! Tokoh Jawa : Pasangan Sugianto-Edy Ideal dan Cocok

Dua pejabat tinggi partai di Propinsi Hubei
pun sudah dicopot. Dua hari lalu.

Sebanyak 5.000 dokter baru, 15.000 perawat
diperbantukan ke Wuhan. Peralatan dikerahkan total. Hampir semua orang Wuhan
diperiksa.

Petugas lebih proaktif ke penduduk. Melakukan
pemeriksaan ke rumah-rumah.

Kalau Wuhan teratasi hampir berarti semua
persoalan seperti selesai.

“Kalau minggu lalu ketakutan saya pada
level 5, hari ini di level 3,” ujar teman Beijing saya tadi malam.

Memang menyusul problem pasokan. Harga bahan
makanan naik 30 persen. Pun di Singapura.

Apalagi masker.

Impor masker sampai dilakukan dari seluruh
dunia.

Juga dari Indonesia. Seorang teman saya yang
menangani kargo internasional mengatakan itu. Tiap hari sekitar 2 sampai 3 ton
masker made in Indonesia dikirim ke Tiongkok. Lewat
bandara Bangkok. Yang masih memiliki jalur penerbangan cargo ke sana.

Pun sampai harga masker di dalam negeri naik
drastis.

Meski ada trend membaik, kewaspadaan terhadap
virus tetap tinggi.

Provinsi Guangdong –yang ibukotanya
Guangzhou– mengesankan Perda baru: situasi sekarang ini dianggap sudah dalam
keadaan darurat perang. Yakni perang melawan virus.

Menurut Perda baru itu pemerintah berhak
mengambil alih hak milik swasta. Rumah sakit swasta, apartemen, pabrik-pabrik
bisa diambil sementara. Untuk keperluan penanganan korban virus.

Pemerintah bisa memaksa pabrik untuk
memproduksi apa pun yang terkait virus. Misalnya memproduksi masker, alat
suntik, infus dan seterusnya.

Sampai kemarin teman-teman saya yang di
Beijing masih belum berani berkantor. Masih bekerja di rumah.

Baca Juga :  20 Lokasi Akan Dipasang Wifi Gratis

Sebenarnya sejak Senin kemarin kantor
harusnya sudah buka. Liburan tahun baru sudah berakhir. Tapi pemerintah
menambah libur itu satu minggu lagi.

Bagi yang buka kantor boleh. Tapi harus
melapor berapa yang masuk kerja hari itu. Berapa lama berkantor. Berikut
identitas lengkapnya.

Sejak Cap Go Meh lalu Beijing sudah tidak
salju lagi. Tapi udara masih sangat dingin. Tadi malam masih 3 derajat celsius.

Kereta cepat masih beroperasi tapi jumlahnya
dikurangi. Kereta jurusan Beijing-Guangzhou misalnya, masih tidak berhenti di
Kota Wuhan. Yang letaknya persis di pertengahan.

Teman saya di Kota Nanchang –tetangga
propinsi Hubei– sudah ada yang masuk kantor. Dengan memakai masker. Dan
menjaga jarak dengan karyawan lain: harus lebih 1 meter.

Sampai di sini kita masih belum melihat
peranan IT, AI, face regocnition yang nyata dalam ikut mengatasi wabah ini.

Sebenarnya agak ironi. Gegap gempita Tiongkok
di bidang itu ternyata belum bisa banyak bicara di saat sangat diperlukan.

Wabah ini telah sekali lagi menegur keteledoran
manusia. Tapi wabah tetaplah wabah. Bisa terjadi di mana saja. Bisa pula berupa
gempa.

Karena itu WHO memutuskan untuk secara resmi
memberi nama baru virus Wuhan ini: Covid-19.

Agar jangan sampai nama Wuhan menjadi korban.
Demikian juga etnis tertentu.

Wabah, gempa, tsunami bisa di sekitar kita.

Wabah bukanlah Brompton, HD, oplas dan
sebangsanya. Yang dengan cepat bisa hilang menguap seketika.(Dahlan Iskan)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru