BEBERAPA waktu yang lalu, sebuah virus baru yang merupakan kerabat
dari virus Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) dan Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) muncul
di China, tepatnya di kota Wuhan, provinsi Hubei. Virus ini bernama SARS-Cov-2
, dengan nama penyakit yang ditimbulkan ialah COVID-19 atau Corona Virus Disease 2019 .
Virus ini memiliki bentuk bulat
dan berduri layaknya mahkota sehingga diberi nama “corona†yang dalam bahasa latin berarti
mahkota. Virus ini menyerang pada bagian pernapasan, sehingga orang yang positif terserang virus ini akan
merasakan sesak pada bagian dada yang merupakan tempat paru-paru berada. Sebelum
merasakan sesak pada bagian dada, gejala ringan dan umum yang biasanya timbul
ialah batuk, demam, serta kelelahan yang berlebihan.
Pada tanggal 11 Maret 2020, World
Health Organization (WHO) secara resmi mengumumkan bahwa telah terjadi pandemi
global karena COVID-19 berpotensi menginfeksi seluruh warga di dunia. Hal ini
dikarenakan mudahnya penularan COVID-19 dari hewan kemanusia dan manusia
kemanusia lainnya. Selain itu, Wuhan yang merupakan tempat pertama kali
ditemukannya virus tersebut, merupakan kota yang terkenal dengan pasar bebasnya
yang menjual berbagai macam hewan tak lazim untuk dimakan. Meskipun begitu,
masih banyak orang dari berbagai macam negara yang sering berkunjung ke tempat
tersebut. Hal itulah yang kemudian menjadi salah satu alasan virus ini mudah
menyebar di dunia.
Kemudian, dampak yang sangat
besarpun terjadi pada tiap negara di dunia tak terkecuali di negara kita yaitu
Indonesia. Dampak yang paling dirasa ialah dampak dari segi perekonomian yang
dari waktu ke waktu kian menurun. Salah satu hal yang menjadi faktor penurunan
ini ialah dikarenakan banyaknya permintaan produksi barang hanya dibeberapa
perusahaan saja, sehingga pegawai dari sektor industri lain yang jumlah
permintaan penyediaannya menurun akhirnya harus menerima Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) dari pihak perusahaan. Jika PHK terjadi secara terus-menerus, maka
yang akan merasakan dampaknya tentu saja pihak yang ekonominya menengah ke
bawah dengan kebutuhan yang tidak sedikit.
Untuk menanggulangi masalah
ekonomi masyarakat tersebut, pemerintah
serta pejabat negara berupaya memberikan bantuan sembako mulai dari daerah
dengan kasus terbanyak hingga ke desa-desa kecil yang terkena dampak pula. Akan
tetapi, menurut saya masih banyak daerah yang belum merasakan bantuan tersebut.
Contohnya saja di kota Palangka
Raya dengan kasus positif terbanyak di Kalimantan Tengah, hanya beberapa
golongan masyarakat yang mendapatkan informasi, sedangkan kemungkinan besar
banyak yang tidak mengetahui adanya bantuan dari pemerintah tersebut. Jika
mereka tidak mendapatkan bantuan untuk memenuhi pangan, maka kebijakan untuk
diam di rumah akan dilanggar demi mencari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan.
Berbeda halnya dengan kalangan
berkecukupan ke atas, yang dengan mudahnya membeli bahan pangan dengan jumlah
yang banyak. Sehingga dapat bertahan cukup lama dengan persediaan yang ada
untuk diam di rumah saja. Barangkali, bagi sebagian orang, selama berdiam diri
di rumah persediaan makanan terasa lebih cepat habis dibandingkan dulu ketika
kegiatan di luar rumah masih bisa dilakukan. Kegiatan yang dilakukan di
rumahpun terbatas dan kurang produktif. Beberapa orang mengisi waktu dengan
kegiatan produktif dengan menggunakan teknologi untuk melakukan bisnis,
belajar, maupun kegiatan lainnya yang sulit untuk dilaksanakan ketika masa
pandemi ini.
Di berbagai macam sosial media,
ditemukan beberapa postingan mengenai orang-orang yang tetap bekerja demi
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Kebanyakan dari mereka adalah lansia,
anak-anak yatim, dan fakir miskin yang lebih rentan terserang penyakit.
Menurut saya keadaan krisis
ekonomi ini dapat ditanggulangi dengan kerja sama dari pemerintah baik dari
provinsi maupun desa serta partisipasi masyarakatpun tak kalah penting untuk
membantu menyelesaikan masalah tersebut. Dengan adanya bantuan donasi dari
masyarakat, maka pihak yang kekurangan dapat bertahan dikondisi pandemi ini. Tak hanya itu, bantuan donasi
bagi pihak medis juga dilakukan oleh masyarakat demi membantu penyediaan
konsumsi serta alat pelidung diri ketika mereka bekerja. Dengan bantuan donasi
tersebut, kemungkinan untuk pengurangan masalah ekonomi serta penularan
COVID-19 dapat teratasi sedikit demi sedikit.
Jika penyaluran bantuan dari
pihak pemerintah dan masyarakat terus digencarkan, maka kemungkinan untuk
tersalurkannya bantuan kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan akan
terpenuhi secara baik dan cepat. Mereka yang tak bekerjapun tak harus berkeliaran
lagi di luar rumah, sehingga tidak menambah pasien positif COVID serta
meringankan pekerjaan tenaga medis yang makin kewalahan menangani pasien yang
kian banyak. Kontribusi bersama merupakan solusi bagi pemerintah, tenaga medis, serta
masyarakat Indonesia.
Untuk permasalahan produksi,
menurut saya dapat teratasi ketika masalah kasus COVID berkurang sehingga fokus
untuk memperbaiki dan meningkatkan ekonomi bisa mulai dilaksanakan kembali
secara lebih terorganisasi, serta menyelesaikan permasalahan para pekerja yang
telah kehilangan pekerjaannya selama terjadinya wabah ini. Masalah anggaran
biaya yang digunakan untuk penanggulangan wabah mulai dapat dipulihkan pula.
Anggaran yang sebelumnya digunakan untuk pembangunan negara, dan akhirnya
digunakan untuk membantu perekonomian rakyat, kemungkinan akan pulih dan
digantikan ketika kondisi telah lebih baik.
(Penulis merupakan Mahasiswa
Prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah, IAIN Palangka Raya)