25.8 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Untuk Apa Dibagun ? Ketua RT : Sejauh Ini Bank Sampah Belum Beroperasi

PALANGKA RAYA- Bangunan
bak rumah panggung berdiri kokoh di Kompleks Mendawai, Jalan Anoi. Tiang-tiang
menopang. Sebagian tenggelam oleh genangan. Bangunan difungsikan sebagai Bank
Sampah. Sudah beberapa tahun silam selesai dibangun.

4 Februari lalu,
bangunan yang dibangun di masa kepemimpinan wali kota sebelumnya itu sudah
diresmikan oleh Wali Kota Palangka Raya periode berikutnya, Fairid Naparin.

Namun sayangnya, sampai
warna cat kubas, belum beroperasional. Entah apa kendalanya. Pagar berwarna
hitam tampak selalu tertutup. Padahal, warga sudah terharap-harap. Bisa
menukarkan barang bekas menjadi uang.

Ketua RT 05 RW VI Jalan
Mendawai, Ruseni mengungkapkan, sejauh ini Bank Sampah induk tersebut belum
beroperasi setelah diresmikan wali kota setahun lalu. Padahal menurutnya warga
sekitar agar bangunan tersebut dimanfaatkan dalam masalah sampah.

“Saya lihat beberapa
kali ada beberapa pegawai yang hanya memasukan fasilitas kantor saja, itupun
cuma sebentar nengok terus pulang lagi. Sampai sekarang tidak ada aktifitas
lagi,” katanya kepada Kalteng Pos, Sabtu (7/3).

Ruseni mengatakan, andai
Bank Sampah beroperasi, tentu akan membantu warga sekitar guna menunjang
perekonomian yang sebagain pekerjaaan warganya adalah mengumpulkan sampah atau barang
bekas.

“Padalah kalau ini
berfungsi tentunya masyarakat sekitar dapat meningkatkan ekonominya dengan
memilah atau memilih sampah untuk ditukarkan ke Bank Sampah. Pasti
bermanfaatlah untuk warga dan pemulung yang ada di sini,” jelasnya.

Sementara itu menurut
penuturan warga yang bermukim tidak jauh dari bangunan tersebut, Dijah mengatakan,
dari awal pembangunan hingga sekarang belum ada aktivitas di dalamnya sesuai
nama bangunan dan untuk apa peruntukanya.

“Tidak ada orangnya
setiap hari, bahkan saking lamanya saya lupa itu tahun berapa dibangun,” ungkap
Dijah yang saat itu sedang asyik dalam obrolan bersama ibu-ibu lain.

Baca Juga :  Wujudkan Green City dan Green Economy

Sepengetahuan dirinya, bangunan
tersebut untuk membuang sampah warga sekitar Jalan Anoi dan sekitar. Tetapi
belum ada aktivitas, dan bangunan selalu terkunci meskipun beberapa waktu ada
yang mendatangi bangunan tersebut sekadar mengecek.

“Memang ada petugasnya,
tapi datang ke situ paling sebentar, lihat-lihat bangunan, sudah langsung
pulang,” tuturnya.

Dirinya juga berharap
pemerintah terkait, bisa segera membuka ataupun mengoperasikan bangunan tersebut,
menurutnya untuk apa bangunan tersebut dibangun apabila tidak ada petugasnya,
apalagi peruntukanya sangat bagus.

“Kalau bisa ya dibuka
segera, saya yakin masyarakat pasti antusias, kalau tidak ada aktivitas di situ
ya terkesan mubazir, jadinya cuma jadi tempat anak-anak bermain air, belum lagi
kalau malam biasanya jadi tempat nongkrong anak muda dengan berbagai kegiatan,
ya kalau kegiatannya bagus, kalau dijadikan tempat mabuk-mabukan?,” pungkasnya.

Proses pengerjaan poyek
dari Bank Sampah ini dulunya sekitar tahun 2015 dipegang oleh Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperkim) yang saat ini berganti nama mengikuti
nomenklatur yang baru menjadi Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan
Pertanahan (Disperkimtan), yang seharusnya melihat akan kewenangan dan
tupoksinya berada di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palangka Raya.

Kepala DLH Kota
Palangka Raya Achmad Zaini menjelaskan, untuk Bank Sampah induk sementara cuma
ada satu di Jalan Anoi. Untuk operasional sendiri belum maksimal karena masih
ada beberapa keterbatasan dan terkendala modal untuk melakukan pengolahan dan
pembelian sampah dari sampah yang disetor masyarakat.

Baca Juga :  Festival Masakan Ikan Lokal Momentum Memperkenalkan Pariwisata Palangk

“Saya berharap
pemerintah kota bisa memberikan dana hibah untuk modal, sekarang lagi coba kita
usulkan untuk dana hibah tersebut,” tuturnya.

Harapannya, Bank Sampah
induk yang berada di Jalan Anoi bisa menjadi pusat Bank Sampah yang bisa
disuplai oleh Bank Sampah yang ada di setiap permukiman.

Menurut Zaini, Bank Sampah
berfungsi untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan
akhir (TPA), sehingga secara tidak langsung masyarakat akan memilah sampah
sebelum membuang.

Karena sampah
terseleksi menjadi dua jenis pertama sampah yang tidak bisa didaur ulang atau
dibuang langsung, yang kedua sampah yang bisa dipilah didaur ulang atau dijadikan
uang dengan menyetor ke Bank Sampah.

Mantan Sekretaris Dinas
Kehutanan (Dishut) Kalteng ini menjabarkan, untuk pengelolaan diperlukan modal
untuk membeli sampah yang disetorkan masyarakat, maka dari itu sampah yang disetor
masyarakat langsung dijual kembali agar modal cepat berputar.

Selama ini pihaknya
bekerja sama dengan pengepul dan pelapak sampah untuk penjualan sampah, ke depannya
mereka akan mengolah sendiri sampah tersebut seperti daur ulang menjadi
barang-barang bermanfaat.

Terpisah, Kepala Disperkimtan
Kota Palangka Raya Imbang Triatmaji, enggan memberikan tanggapannya terhadap Bank
Sampah karena sudah diserahkan dan menjadi tupoksi dari DLH.

Hal senada juga
disampaikan oleh Kepala Inspektorat Kota Palangka Raya Eldy tidak bisa
memberikan komentar terhadap audit Bank Sampah tersebut apakah ada temuan atau
tidak sesuainya pengerjaan proyek sampai belum beroperasi.

“Kalau tanya-tanya
tentang kedisiplinan ASN sakip lakip saya bisa jawab, tapi kalau masalah Bank
Sampah saya tidak bisa jawab,” katanya.(ahm/den/ari)

PALANGKA RAYA- Bangunan
bak rumah panggung berdiri kokoh di Kompleks Mendawai, Jalan Anoi. Tiang-tiang
menopang. Sebagian tenggelam oleh genangan. Bangunan difungsikan sebagai Bank
Sampah. Sudah beberapa tahun silam selesai dibangun.

4 Februari lalu,
bangunan yang dibangun di masa kepemimpinan wali kota sebelumnya itu sudah
diresmikan oleh Wali Kota Palangka Raya periode berikutnya, Fairid Naparin.

Namun sayangnya, sampai
warna cat kubas, belum beroperasional. Entah apa kendalanya. Pagar berwarna
hitam tampak selalu tertutup. Padahal, warga sudah terharap-harap. Bisa
menukarkan barang bekas menjadi uang.

Ketua RT 05 RW VI Jalan
Mendawai, Ruseni mengungkapkan, sejauh ini Bank Sampah induk tersebut belum
beroperasi setelah diresmikan wali kota setahun lalu. Padahal menurutnya warga
sekitar agar bangunan tersebut dimanfaatkan dalam masalah sampah.

“Saya lihat beberapa
kali ada beberapa pegawai yang hanya memasukan fasilitas kantor saja, itupun
cuma sebentar nengok terus pulang lagi. Sampai sekarang tidak ada aktifitas
lagi,” katanya kepada Kalteng Pos, Sabtu (7/3).

Ruseni mengatakan, andai
Bank Sampah beroperasi, tentu akan membantu warga sekitar guna menunjang
perekonomian yang sebagain pekerjaaan warganya adalah mengumpulkan sampah atau barang
bekas.

“Padalah kalau ini
berfungsi tentunya masyarakat sekitar dapat meningkatkan ekonominya dengan
memilah atau memilih sampah untuk ditukarkan ke Bank Sampah. Pasti
bermanfaatlah untuk warga dan pemulung yang ada di sini,” jelasnya.

Sementara itu menurut
penuturan warga yang bermukim tidak jauh dari bangunan tersebut, Dijah mengatakan,
dari awal pembangunan hingga sekarang belum ada aktivitas di dalamnya sesuai
nama bangunan dan untuk apa peruntukanya.

“Tidak ada orangnya
setiap hari, bahkan saking lamanya saya lupa itu tahun berapa dibangun,” ungkap
Dijah yang saat itu sedang asyik dalam obrolan bersama ibu-ibu lain.

Baca Juga :  Wujudkan Green City dan Green Economy

Sepengetahuan dirinya, bangunan
tersebut untuk membuang sampah warga sekitar Jalan Anoi dan sekitar. Tetapi
belum ada aktivitas, dan bangunan selalu terkunci meskipun beberapa waktu ada
yang mendatangi bangunan tersebut sekadar mengecek.

“Memang ada petugasnya,
tapi datang ke situ paling sebentar, lihat-lihat bangunan, sudah langsung
pulang,” tuturnya.

Dirinya juga berharap
pemerintah terkait, bisa segera membuka ataupun mengoperasikan bangunan tersebut,
menurutnya untuk apa bangunan tersebut dibangun apabila tidak ada petugasnya,
apalagi peruntukanya sangat bagus.

“Kalau bisa ya dibuka
segera, saya yakin masyarakat pasti antusias, kalau tidak ada aktivitas di situ
ya terkesan mubazir, jadinya cuma jadi tempat anak-anak bermain air, belum lagi
kalau malam biasanya jadi tempat nongkrong anak muda dengan berbagai kegiatan,
ya kalau kegiatannya bagus, kalau dijadikan tempat mabuk-mabukan?,” pungkasnya.

Proses pengerjaan poyek
dari Bank Sampah ini dulunya sekitar tahun 2015 dipegang oleh Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperkim) yang saat ini berganti nama mengikuti
nomenklatur yang baru menjadi Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan
Pertanahan (Disperkimtan), yang seharusnya melihat akan kewenangan dan
tupoksinya berada di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palangka Raya.

Kepala DLH Kota
Palangka Raya Achmad Zaini menjelaskan, untuk Bank Sampah induk sementara cuma
ada satu di Jalan Anoi. Untuk operasional sendiri belum maksimal karena masih
ada beberapa keterbatasan dan terkendala modal untuk melakukan pengolahan dan
pembelian sampah dari sampah yang disetor masyarakat.

Baca Juga :  Festival Masakan Ikan Lokal Momentum Memperkenalkan Pariwisata Palangk

“Saya berharap
pemerintah kota bisa memberikan dana hibah untuk modal, sekarang lagi coba kita
usulkan untuk dana hibah tersebut,” tuturnya.

Harapannya, Bank Sampah
induk yang berada di Jalan Anoi bisa menjadi pusat Bank Sampah yang bisa
disuplai oleh Bank Sampah yang ada di setiap permukiman.

Menurut Zaini, Bank Sampah
berfungsi untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan
akhir (TPA), sehingga secara tidak langsung masyarakat akan memilah sampah
sebelum membuang.

Karena sampah
terseleksi menjadi dua jenis pertama sampah yang tidak bisa didaur ulang atau
dibuang langsung, yang kedua sampah yang bisa dipilah didaur ulang atau dijadikan
uang dengan menyetor ke Bank Sampah.

Mantan Sekretaris Dinas
Kehutanan (Dishut) Kalteng ini menjabarkan, untuk pengelolaan diperlukan modal
untuk membeli sampah yang disetorkan masyarakat, maka dari itu sampah yang disetor
masyarakat langsung dijual kembali agar modal cepat berputar.

Selama ini pihaknya
bekerja sama dengan pengepul dan pelapak sampah untuk penjualan sampah, ke depannya
mereka akan mengolah sendiri sampah tersebut seperti daur ulang menjadi
barang-barang bermanfaat.

Terpisah, Kepala Disperkimtan
Kota Palangka Raya Imbang Triatmaji, enggan memberikan tanggapannya terhadap Bank
Sampah karena sudah diserahkan dan menjadi tupoksi dari DLH.

Hal senada juga
disampaikan oleh Kepala Inspektorat Kota Palangka Raya Eldy tidak bisa
memberikan komentar terhadap audit Bank Sampah tersebut apakah ada temuan atau
tidak sesuainya pengerjaan proyek sampai belum beroperasi.

“Kalau tanya-tanya
tentang kedisiplinan ASN sakip lakip saya bisa jawab, tapi kalau masalah Bank
Sampah saya tidak bisa jawab,” katanya.(ahm/den/ari)

Terpopuler

Artikel Terbaru