33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Bangkitkan Eksistensi Budaya Lokal di Generasi Muda

PALANGKA RAYA – Anggota DPRD Kalteng periode 2019-2024, Sri Neni mengatakan, bahwa
eksistensi budaya lokal harus dikembalikan. Anak muda harus bisa mencintai
budaya sendiri.

“Ini menjadi tanggung jawab semua
pihak baik peran orang tua, peran dunia pendidikan, pemerintah daerah dan
lainnya,” katanya kepada media, Minggu (5/1) lalu.

Menurut Politikus Partai Golkar
Kalteng tersebut, peran orangtua sangat dibutuhkan yaitu memperkenalkan secara
dini mengenai nilai budaya-budaya lokal, dengan cara bercerita tentang sejarah
kebudayaan atau permainan tradisional.

“Bukannya memperkenalkan handphone
ataupun gadget kepada anak-anak diusia dini. Karena hal itu hanya akan merusak
mentalitas dan kurangnya mencintai budaya lokal,” tuturnya.

Pada saat anak memasuki usia
sekolah maka peran dunia pendidikan tidak kalah pentingnya, untuk membantu anak
untuk semakin mencintai budaya lokal.

Baca Juga :  Bonus Demografi dan Ancaman Demensia Digital

“Melalui mata pelajaran seni
budaya sebagai salah satu sarana uutuk lebih meperkenalkan dan juga menanamkan
kecintaan anak terhadap seni budaya baik sejarah kebudayaan suatu daerah,
bahasa daerah, adat istiadat, tarian daerah, permainan tradisional hingga
makanan khas daerah,” harap Sri Neni.

Sebab menurutnya, selama ini di
sekolah untuk mata pelajaran seni budaya hanya diajarkan seni menggambar dan
seni tari. Unsur kebudayaannya masih sangat kurang. Hal ini yang perlu
diterapkan di sekolah yang ada saat ini.

Selain itu peran pemerintah
daerah melalui Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, dalam pengembangan objek wisata
yang menjadi salah satu sarana promosi kebudayaan dan adat istiadat suatu
daerah juga dibutuhkan.

“Hendaknya sarana dan prasana
yang dibangun selalu mencirikan dan menampilkan seni budaya lokal. Bangunan
juga rumah-rumah tradisional sehingga anak-anak dapat mengambil nilai-nilai
budaya dengan mempelajarinya,” ungkapnya lagi.

Baca Juga :  Masyarakat Diminta untuk Aktif Bercocok Tanam

Bukan hanya itu saja, menggelar
tarian khas daerah dan permainan tradisional yang dikemas lebih dinamis
menyesuaikan perkembangan zaman, anak menarik minat anak muda yang berjiwa
challenger dan merasa tertantang untuk mengikuti permainan tersebut.

“Peran lingkunganyang masih
kental dengan adat istiadat dan nilai kegotongroyongan akan mempengaruhi
perilaku keseharian suatu masyarkat. Secara tidak langsung membudayakan
nilai-nilai luhur budaya lokal. Sehingga tidak berpengaruh dengan perkembangan
teknologi dan masuknya budaya barat,” tuturnya.

Dirinyas berkeyakinan, sebenarnya
anak-anak muda saat ini akan mencintai budaya sendiri jika memang diperkenalkan
dan ditanamkan sejak dini, dengan membutuhkan peran dan kerjasama semua pihak. (nue/ari/nto)

PALANGKA RAYA – Anggota DPRD Kalteng periode 2019-2024, Sri Neni mengatakan, bahwa
eksistensi budaya lokal harus dikembalikan. Anak muda harus bisa mencintai
budaya sendiri.

“Ini menjadi tanggung jawab semua
pihak baik peran orang tua, peran dunia pendidikan, pemerintah daerah dan
lainnya,” katanya kepada media, Minggu (5/1) lalu.

Menurut Politikus Partai Golkar
Kalteng tersebut, peran orangtua sangat dibutuhkan yaitu memperkenalkan secara
dini mengenai nilai budaya-budaya lokal, dengan cara bercerita tentang sejarah
kebudayaan atau permainan tradisional.

“Bukannya memperkenalkan handphone
ataupun gadget kepada anak-anak diusia dini. Karena hal itu hanya akan merusak
mentalitas dan kurangnya mencintai budaya lokal,” tuturnya.

Pada saat anak memasuki usia
sekolah maka peran dunia pendidikan tidak kalah pentingnya, untuk membantu anak
untuk semakin mencintai budaya lokal.

Baca Juga :  Bonus Demografi dan Ancaman Demensia Digital

“Melalui mata pelajaran seni
budaya sebagai salah satu sarana uutuk lebih meperkenalkan dan juga menanamkan
kecintaan anak terhadap seni budaya baik sejarah kebudayaan suatu daerah,
bahasa daerah, adat istiadat, tarian daerah, permainan tradisional hingga
makanan khas daerah,” harap Sri Neni.

Sebab menurutnya, selama ini di
sekolah untuk mata pelajaran seni budaya hanya diajarkan seni menggambar dan
seni tari. Unsur kebudayaannya masih sangat kurang. Hal ini yang perlu
diterapkan di sekolah yang ada saat ini.

Selain itu peran pemerintah
daerah melalui Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, dalam pengembangan objek wisata
yang menjadi salah satu sarana promosi kebudayaan dan adat istiadat suatu
daerah juga dibutuhkan.

“Hendaknya sarana dan prasana
yang dibangun selalu mencirikan dan menampilkan seni budaya lokal. Bangunan
juga rumah-rumah tradisional sehingga anak-anak dapat mengambil nilai-nilai
budaya dengan mempelajarinya,” ungkapnya lagi.

Baca Juga :  Masyarakat Diminta untuk Aktif Bercocok Tanam

Bukan hanya itu saja, menggelar
tarian khas daerah dan permainan tradisional yang dikemas lebih dinamis
menyesuaikan perkembangan zaman, anak menarik minat anak muda yang berjiwa
challenger dan merasa tertantang untuk mengikuti permainan tersebut.

“Peran lingkunganyang masih
kental dengan adat istiadat dan nilai kegotongroyongan akan mempengaruhi
perilaku keseharian suatu masyarkat. Secara tidak langsung membudayakan
nilai-nilai luhur budaya lokal. Sehingga tidak berpengaruh dengan perkembangan
teknologi dan masuknya budaya barat,” tuturnya.

Dirinyas berkeyakinan, sebenarnya
anak-anak muda saat ini akan mencintai budaya sendiri jika memang diperkenalkan
dan ditanamkan sejak dini, dengan membutuhkan peran dan kerjasama semua pihak. (nue/ari/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru