Site icon Prokalteng

Hakone Ekiden

hakone-ekiden

Jepang masih bungkam. Malu
sekali. Mestinya. Kok bisa kebobolan begitu seramnya. 

Kok tahanan yang jadi pusat
pemberitaan selama setahun bisa melarikan diri.

Tapi perhatian umumnya orang
Jepang memang tidak kepada Carlos Ghosn –pahlawan penyelamat Nissan itu.

Antara hari Natal dan Tahun Baru
adalah hari happy-happy. Bukan saja libur panjang. Tapi
juga karena ada dua acara yang luar biasa gemparnya.

Yang satu lomba lari ke Gunung
Fuji. Satunya lagi lomba nyanyi merah putih.

Dua-duanya menyita perhatian
masyarakat. Stasiun televisi habis-habisan. Berhati-hari.

Fokus masyarakat pada siapa juara
Hakone Ekiden tahun 2019.

Lalu siapa juara Kouhaku Uta
Gassen.

Sungguh hebat perencana pelarian
mantan CEO Nissan dan CEO Renault itu. Pemilihan hari untuk melarikan diri itu
lho. Hebaaaaat sekali: di antara tanggal Hakone Ekiden dan Kouhaku Uta Gassen.

Belum satu pun keterangan
diberikan oleh pemerintah Jepang. Semua masih libur. Masih kaget. Masih
tertegun.

Carlos Ghosn sendiri sudah banyak
agenda di kampungnya, di Lebanon.

Ia diberitakan sudah bertemu
Presiden Lebanon Michel Aoun. Sang presiden sudah tiga bulan pusing sekali. Ia
sangat sulit mencari tokoh yang mampu jadi perdana menteri.

Dua minggu lalu memang terpilih
nama Hassan Diab, tapi masih belum solusi. Masih didemo terus.

Tapi agenda utama Ghosn mestinya
bukan itu. Yang terpenting adalah memulihkan nama baik. 

Kini bintang CEO itu punya
tambahan sebutan yang negatif: pelarian. Pelanggar imigrasi.

Hanya saja Jepang masih belum
mengumumkan apakah Ghosn menjadi buron –yang harus ditangkap interpol. 

Keterangan resmi justru keluar
dari pemerintah Lebanon. Bahwa Ghosn masuk Lebanon secara legal –menggunakan
paspor Prancis.

Itu juga menjadi bagian dari
banyak misteri yang menarik. Bukankah tiga paspor Ghosn – -Brazil, Lebanon dan
Prancis– ditahan di Jepang. Dan masih utuh tersimpan di kantor
pengacaranya. 

Dari sini muncul dugaan bahwa
Ghosn keluar Jepang dibantu pemerintah Lebanon. Duta Besar Lebanon di Jepang
bisa berperan besar –tanpa bisa dibuktikan.

Maka baiknya kita tunggu saja
keterangan Ghosn Rabu minggu depan.

Tentu kita tidak bisa
mengharapkan keterangan yang apa adanya.

Dugaan saya Ghosn tidak akan
merinci bagaimana cara ia lari dari Jepang. Keterangan rinci mengenai itu hanya
akan membuat muka beberapa pihak di Jepang seperti ditampar.

Itu juga akan menyulitkan
pihak-pihak di Jepang yang membantu pelariannya itu. 

Padahal fokus Ghosn adalah
”meluruskan” kasusnya.

Terutama mengenai mengapa Ghosn
merasa tidak bersalah. Paling bagian ini yang akan ia beberkan.

Maksimum Ghosn akan mengungkap
nama-nama eksekutif Nissan yang mengerjainya. Yakni direksi yang
menggantikannya.

Ia pernah mau menyebut nama-nama
itu ke media. Tapi ia urungkan. Posisinya waktu itu masih di tahanan di Tokyo.
Pengungkapan nama-nama itu hanya akan menyulitkan dirinya. 

Kini Ghosn sudah di luar Jepang.
Ia perlu membeberkannya sebagai bagian alibinya.

Berhasil tidaknya Ghosn
memperbaiki namanya sangat tergantung pada keterangan persnya Rabu depan.

Seorang CEO sekelas Ghosn
biasanya punya kemampuan komunikasi yang hebat. CEO seperti itu mesti juga
punya kemampuan pidato. Dan kemampuan mengajar. Di samping kemampuan utamanya
di bidang manajemen, marketing, dan keuangan.

Bagi yang ingin tahu cara Ghosn
melarikan diri siap-siap saja kecewa. Tapi, bagi yang ingin belajar how
to escape from damage
 bisa memperhatikannya.

Sampai kemarin pembicaraan di
Tokyo masih tentang bagaimana bisa tim Tokai University menjadi juara Hakone
Ekiden.

Terutama bagaimana bisa
mengalahkan tim Toyo University. Yang di hari kedua start 1 menit lebih dulu.

Hakone Ekiden diikuti tim-tim
universitas. Satu tim terdiri 10 orang mahasiswa.

Tiap orang berlari 23 Km. Atau
setengah maraton. 

Pelari pertama kemudian
menyerahkan tongkat ke pelari kedua. Yang sudah menunggu di pos tertentu.

Begitu seterusnya sampai pelari
ke-10 mencapai finis.

Lomba lari ini hebohnya
menggentarkan seluruh Jepang. Rutenya dari pusat kota Tokyo menuju gunung
Fujiyama. Lalu balik lagi ke Tokyo. Selama dua hari. 

Hari pertama: Tokyo-Fujiyama.
Hari kedua: Fujiyama-Tokyo.

Hari pertama itu juaranya Toyo
University. Berarti tim Toyo-lah yang akan berangkat pertama di hari kedua.

Maka ketika ternyata tim Tokai
University yang lebih dulu mencapai finis heroiknya bukan main. Catatan
waktunya: 10 jam 57 menit 9 detik 

Sampai kemarin pembicaraan di
sana masih sekitar strategi Tokai. Yakni pelari seperti apa yang ditempatkan di
urutan berapa.

Strategi Ghosn tidak penting.

Yang juga lebih penting adalah
membicarakan serunya final lomba nyanyi Merah-Putih.

Inilah lomba nyanyi paling
legendaris. Tahun ini sudah yang ke-70. Lomba ini dimulai ketika saya lahir:
tahun 1951.

Yang diadu adalah penyanyi paling
top pria dan paling top wanita. Masing-masing harus membentuk tim sebanyak 25
orang.

Tim Merah (wanita) melawan tim
Putih (pria).

Dewan jurinya hebat-hebat.
Pemirsa televisi dilibatkan –menilai lewat ponsel.

Minggu lalu itu regu Merah dipimpin
penyanyi top yang juga foto model: Haruka Ayase.

Sedang regu putih dipimpin
penyanyi, bintang film, pencipta lagu dan pemusik: Sho Sakurai dengan grup band
Arashi.

Mereka diadu dalam pertunjukan
selama 4,5 jam. Final ini berlangsung tepat ketika Ghosn melarikan diri. Malam
itu 70 persen orang Jepang di depan TV terlibat di acara ini.

Malam itu Tim Putih yang menang.
Lagunya, aksi panggungnya, suaranya mengalahkan tim putri.

Tahun depan masih akan ada Hakone
Ekiden dan Kouhaku Uta Gassen.

Tapi apakah Ghosn masih perlu
lari lagi?(Dahlan Iskan)

Exit mobile version