“SAYA menyesal mendukungnya dulu,” ujar Presiden Donald Trump. Ia kecewa ketika Gubernur Georgia –yang justru dari Partai Republik– mengumumkan kemenangan Joe Biden di negara bagian itu.
“Ia tidak berbuat apa-apa untuk saya,” ujar Trump. “Memalukan,” tambahnya.
Memang, Trump, dulu, mendukung Brian Kemp di Pilgub yang lalu. Seharusnya, menurut Trump, Kemp membongkar kecurangan Pilpres di Georgia. “Ia justru tidak berbuat apa-apa. Memalukan,” ujar Trump di Foxnews.
Tapi bisa apa Kemp. Ia merasa Pilpres ini berjalan tanpa kecurangan. “Trump, dengan pernyataannya itu, seperti telah melemparkan saya ke bawah bus,” katanya.
Trump memang kalah sangat tipis di Georgia –pusatnya Coca Cola dan CNN itu. Hanya kalah 0,3 persen. Sekitar 13.000 suara.
Sesuai dengan hukum di negara bagian itu –selisih tidak sampai 0,5 persen– otomatis dilakukan penghitungan ulang. Tapi tidak bisa segera. Terhalang liburan besar hari raya kalkun: Thanksgiving.
Maka hitung ulang itu baru dimulai Senin kemarin. Padahal 5 juta lebih suara yang harus dihitung. Harus selesai besok, 1 Desember 2020. Mungkin saja bisa selesai. Penghitungan ulang ini menggunakan mesin.
Apa pun hasilnya tidak akan berpengaruh bagi kemenangan Biden. Hitung-ulang di negara bagian Wisconsin sudah selesai. Pakai tangan. Hasilnya: justru Biden dapat tambahan 87 suara. Itulah tambahan suara yang harganya sangat mahal. Untuk minta hitung-ulang itu Trump harus membayar sekitar Rp 50 miliar. Sebagai biaya honor petugas hitung-ulang. Dan biaya lainnya. Kalau panitia tidak bisa menghabiskan sisa uang itu akan dikembalikan ke Trump.
Di Milwaukee, kota terbesar di Wisconsin, sebenarnya Biden justru dapat tambahan 132 suara. Padahal kota ini yang paling dicurigai Trump. Di kota kecil Dane, dekat Madison, Trump memang dapat tambahan 45 suara. Tapi kalau ditotal tetap mengecewakannya luar-dalam.
Hitung-ulang pun gagal. Menghadang sertifikasi hasil Pilpres juga gagal. Menggugat di pengadilan-pengadilan negara bagian gagal jua.
Tapi Trump masih akan menggunakan senjata terakhir: menggugat ke Mahkamah Agung.
Yang akan ia persoalkan adalah: status surat suara yang dikirim lewat pos itu. Ia ingin suara itu tidak sah. Pemungutan suara dengan cara itu ilegal. Hanya jadi sarang kecurangan Pilpres.
Di MA mungkin Trump akan mengandalkan suara kelima dari hakim agung baru itu. Pilihannya itu: Amy Coney Barrett.
Kelihatannya, di gugatan ini, Trump tidak harus buru-buru mengajukannya. Harus dipikir benar-benar. Agar bisa happy ending. Setidaknya di citra. Selama ini para pengacara Trump justru dinilai hanya membuat sang presiden kelihatan ”kacau”.
Maka kali ini tidak harus buru-buru. Apakah mungkin bisa dipaksakan sebelum tanggal 14 Desember 2020. Kalau pun bisa kan MA-nya masih harus bersidang.
Tanggal 14 Desember itu memang masih 2 minggu lagi. Di tanggal 14 Desember itulah tiap negara bagian mengadakan sidang khusus. Biasanya dilakukan di gedung Gubernuran. Bisa juga di salah satu gedung pemerintah daerah.
Sidang itu dihadiri oleh para utasan yang memenangkan dapil masing-masing. Utusan itu ditentukan oleh pengurus partai setempat.
Di negara bagian California atau New York atau Pennsylvania sidang itu bisa cukup ramai. Peserta sidangnya sebanyak dapil. Tapi di negara bagian seperti Montana atau Wyoming yang perlu hadir hanya tiga orang –karena hanya ada tiga dapil di situ.
Sidang itu dipimpin Gubernur setempat atau siapa saja yang ditugaskan oleh gubernur.
Di negara bagian yang besar utusan partai itu bisa saja orang terkenal. Presiden Bill Clinton pernah jadi utusan di New York. Yakni ketika istrinya memenangkan Pilpres di situ tahun 2016. Tanggal 14 Desember nanti Hillary Clinton akan jadi utusan di New York. Untuk memastikan Biden –yang sudah menang itu– terpilih sebagai presiden.
Hasil pemungutan suara di semua negara bagian itu lantas dikirim ke Kongres. Di Kongres-lah pemungutan suara antar-dapil itu dihitung.
Presiden yang harus memimpin penghitungan suara itu. Tapi kali ini tampaknya akan dipimpin Wapres Mike Pence.
Penghitungan suara itu selalu dimulai dari negara bagian Alabama –dimulai dari huruf ”a”. Sesuai dengan urutan abjad.
Sebenarnya ada negara bagian lain yang juga dimulai dengan huruf ‘a’. Pun huruf keduanya juga ”l”. Bahkan huruf ketiganya juga ”a”. Negara bagian itu kalah abjad di huruf ke empat.
Anda sudah tahu negara bagian apa itu. Dan lagi semua itu tidak penting. Belum pernah ada dapil yang berkhianat.(Dahlan Iskan)