26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pandemi Tak Surutkan Sastra Suara

PANDEMI tak menyurutkan
semangat Difalitera memproduksi karya sastra dalam bentuk suara. Komunitas
berbasis di Solo yang fokus pada alih wahana dari sastra ke dalam bentuk audio
itu belakangan bekerjasama dengan Intersastra dan Hehaproduction. Indah
Darmastuti dari Difalitera menyebut pengerjaan sastra suara tersebut dilakukan
oleh para pegiat Difalitera dari rumah masing-masing.

’’Semenjak Solo ditetapkan
dalam status Kejadian Luar Biasa, kami masih tetap memproduksi sastra suara,’’
katanya. Hanya saja, kini tidak ada lagi aktivitas rutin membaca karya sastra
bersama para remaja disabilitas netra yang biasanya dilaksanakan akhir pekan.
Selain karena pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar, banyak remaja
disabilitas netra di asrama tempat mereka berkegiatan memilih pulang ke rumah
masing-masing seiring libur sekolah di masa pandemi kini.

Baca Juga :  Guru Raih Penghargaan Acarya Sastra

Situasi tersebut senyatanya
tidak menyurutkan Difalitera untuk menghasilkan sastra suara. Kerjasama dengan
Intersastra kini berbuah dengan pembacaan karya-karya sastra yang termuat di
laman komunitas sastra di Jakarta itu. ’’Kami juga merekam pilihan
naskah-naskah sastra yang masuk ke email Difalitera,’’ kata Indah. Karya sastra
yang mereka garap cukup beragam. Ada cerita anak, cerita pendek, juga puisi.

Pengerjaan sastra suara
Difalitera dilakukan dari rumah masing-masing. ’’Kami mengirim naskah dan
teman-teman mengembalikannya dalam bentuk suara,’’ jelas Indah. Beberapa nama
yang terlibat sebagai pembaca dalam sastra suara ini adalah Aryani Wahyu
(Solo), Abednego Afriadi (Solo), Siti Fatonah (Wonogiri), Evi Baiturohmah
(Sukoharjo), Ilona Joline (Jakarta), Sebastian Partogi (Jakarta), dan Noer Admaja
(Solo).

Baca Juga :  Psikolog: Rawat Diri Saat Pandemi Bisa Bikin Hati Lebih Bahagia

Indah menyebut, semua hasil
rekaman pembacaan karya sastra tersebut tidak langsung diunggah di laman
Difalitera. ’’Ada Endah Fitriana di Purwodadi dan Liston P. SIregar di London
yang memberikan ilustrasi musik di setiap karya,’’ katanya. Setelah rekaman
tersebut telah dilengkapi dengan ilustrasi suara, Sonsky Mahardika menjadi
orang yang bertanggungjawab mengunggahnya.

Indah menyebut, selama masa
musim Korona belakangan ini laman Difalitera menunjukkan peningkatan arus
pembaca yang datang dari berbagai daerah. ’’Saat ini kami sedang merencanakan
untuk mengolah materi yang berbasis sejarah. Beberapa teman sejarawan sudah
memberikan sambutan yang baik,’’ pungkasnya. 

PANDEMI tak menyurutkan
semangat Difalitera memproduksi karya sastra dalam bentuk suara. Komunitas
berbasis di Solo yang fokus pada alih wahana dari sastra ke dalam bentuk audio
itu belakangan bekerjasama dengan Intersastra dan Hehaproduction. Indah
Darmastuti dari Difalitera menyebut pengerjaan sastra suara tersebut dilakukan
oleh para pegiat Difalitera dari rumah masing-masing.

’’Semenjak Solo ditetapkan
dalam status Kejadian Luar Biasa, kami masih tetap memproduksi sastra suara,’’
katanya. Hanya saja, kini tidak ada lagi aktivitas rutin membaca karya sastra
bersama para remaja disabilitas netra yang biasanya dilaksanakan akhir pekan.
Selain karena pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar, banyak remaja
disabilitas netra di asrama tempat mereka berkegiatan memilih pulang ke rumah
masing-masing seiring libur sekolah di masa pandemi kini.

Baca Juga :  Guru Raih Penghargaan Acarya Sastra

Situasi tersebut senyatanya
tidak menyurutkan Difalitera untuk menghasilkan sastra suara. Kerjasama dengan
Intersastra kini berbuah dengan pembacaan karya-karya sastra yang termuat di
laman komunitas sastra di Jakarta itu. ’’Kami juga merekam pilihan
naskah-naskah sastra yang masuk ke email Difalitera,’’ kata Indah. Karya sastra
yang mereka garap cukup beragam. Ada cerita anak, cerita pendek, juga puisi.

Pengerjaan sastra suara
Difalitera dilakukan dari rumah masing-masing. ’’Kami mengirim naskah dan
teman-teman mengembalikannya dalam bentuk suara,’’ jelas Indah. Beberapa nama
yang terlibat sebagai pembaca dalam sastra suara ini adalah Aryani Wahyu
(Solo), Abednego Afriadi (Solo), Siti Fatonah (Wonogiri), Evi Baiturohmah
(Sukoharjo), Ilona Joline (Jakarta), Sebastian Partogi (Jakarta), dan Noer Admaja
(Solo).

Baca Juga :  Psikolog: Rawat Diri Saat Pandemi Bisa Bikin Hati Lebih Bahagia

Indah menyebut, semua hasil
rekaman pembacaan karya sastra tersebut tidak langsung diunggah di laman
Difalitera. ’’Ada Endah Fitriana di Purwodadi dan Liston P. SIregar di London
yang memberikan ilustrasi musik di setiap karya,’’ katanya. Setelah rekaman
tersebut telah dilengkapi dengan ilustrasi suara, Sonsky Mahardika menjadi
orang yang bertanggungjawab mengunggahnya.

Indah menyebut, selama masa
musim Korona belakangan ini laman Difalitera menunjukkan peningkatan arus
pembaca yang datang dari berbagai daerah. ’’Saat ini kami sedang merencanakan
untuk mengolah materi yang berbasis sejarah. Beberapa teman sejarawan sudah
memberikan sambutan yang baik,’’ pungkasnya. 

Terpopuler

Artikel Terbaru