25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Survei: Separuh Konsumen Ingin Fashion Ramah Lingkungan Saat Pandemi

Pandemi
Covid-19 tidak menyurutkan semangat industri fashion untuk tetap bertahan dan
berinovasi. Dalam momen Cotton Day 2020 para pelaku industri fashion khususnya
garmen, membuktikan mereka masih bisa berinovasi. Apalagi tren konsumsi selama
pandemi berubah, termasuk di sektor fashion. Konsumen harus menyeimbangkan
pemasukan dan pengeluaran dengan lebih efisien.

Kemudian
konsumen juga mulai menyadari, era pandemi membuktikan bahwa bumi harus lebih
mendapat ruang untuk lebih dirawat bersama. Maka perilaku konsumsi juga berubah
termasuk di bidang fashion.

Data
survey global US Cotton Trust Protocol terkini, 54 persen pemimpin perusahaan
brand garmen dan tekstil mengatakan, tuntutan konsumennya akan praktik dan
produk yang ramah lingkungan meningkat sejak awal pandemi Covid-19. Berdasarkan
data yang sama, 59 persen responden percaya bahwa konsumen akan tetap
memprioritaskan harga saat melakukan pembelanjaan.

“Dengan
data tersebut, untuk memperkuat optimisme industri tekstil paska pandemi, tentu
para pelaku industri tekstil perlu melakukan transformasi industri dengan
mengadaptasi tuntutan konsumen terkait produk tekstil yang lebih ramah
lingkungan. Hal ini bertujuan untuk terus bisa terus tumbuh, bahkan dapat
meningkatkan ekspansi bisnis di level yang lebih luas,” kata Chairman Cotton
Council International Hank Reichle, dalam acara Cotton Day 2020 secara daring,
Kamis (24/9).

Baca Juga :  Kiat Orang Tua dan Guru Agar Anak Tidak Stres Belajar dari Rumah

Hank
Reichle menyampaikan bahwa terdapat optimisme di kalangan pelaku industri
garmen global selama pandemi. Optimisme tersebut didasari oleh adanya perubahan
perilaku konsumen terkait permintaan produk garmen yang lebih ramah lingkungan
dan berkelanjutan.

Reichle
menambahkan bahwa saat ini, berbagai perusahaan di seluruh dunia mencari cara
untuk meneruskan program keberlanjutan mereka selama pandemi. Lebih dari 62
persen responden survei yang disampaikan para pemimpin perusahaan garmen global
menyampaikan bahwa program keberlanjutan (sustainable fashion) menjadi fokus
utama saat ini.

“Selain
itu, 59 persen responden juga menyampaikan bahwa mereka melakukan transparansi
dalam produksi produk yang ramah lingkungan,” kata Reichle.

Cotton
Council International melalui Cotton USA membuktikannya dengan mempertemukan
para pelaku industri tekstil dan fashion di Indonesia (23 /9). Berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya, agenda Cotton Day 2020 Indonesia kali ini menggunakan
konsep virtual yang tidak hanya melibatkan pelaku industri di skala nasional
melainkan juga hingga skala global.

Baca Juga :  5 Cara Rebut Hati Pria Cancer yang Sensitif dan Setia

Representatif
CCI di Indonesia Andy Do menjekaskan semua industri dan perusahaan di era
transformasi, termasuk pandemi Covid-19 harus berani berinovasi. Situasi ini
tak menyurutkan pelaku industri tekstil di Indonesia untuk bisa memperluas
jaringan pasar mereka ke pelaku industri global secara langsung.

“Bagaimana
industri tekstil di Indonesia dapat terus tumbuh walau dalam kondisi yang sulit
seperti saat ini,” katanya.

Para
industri bahan baku fashion seperti kapas juga mulai menyadari dampak
lingkungan dalam produksi kapas. Pandemi membuat para pelaku industri semakin
berkomitmen untuk lebih efisien dalam penggunaan lahan. Pelaku industri
mengenalkan produk dan inovasi baru yang dibuat oleh pelaku industri tekstil di
Indonesia kepada dunia. Tentunya bahan yang ditampilkan dalam fashion show
merupakan produk ramah lingkungan atau sustainable fashion.

Pandemi
Covid-19 tidak menyurutkan semangat industri fashion untuk tetap bertahan dan
berinovasi. Dalam momen Cotton Day 2020 para pelaku industri fashion khususnya
garmen, membuktikan mereka masih bisa berinovasi. Apalagi tren konsumsi selama
pandemi berubah, termasuk di sektor fashion. Konsumen harus menyeimbangkan
pemasukan dan pengeluaran dengan lebih efisien.

Kemudian
konsumen juga mulai menyadari, era pandemi membuktikan bahwa bumi harus lebih
mendapat ruang untuk lebih dirawat bersama. Maka perilaku konsumsi juga berubah
termasuk di bidang fashion.

Data
survey global US Cotton Trust Protocol terkini, 54 persen pemimpin perusahaan
brand garmen dan tekstil mengatakan, tuntutan konsumennya akan praktik dan
produk yang ramah lingkungan meningkat sejak awal pandemi Covid-19. Berdasarkan
data yang sama, 59 persen responden percaya bahwa konsumen akan tetap
memprioritaskan harga saat melakukan pembelanjaan.

“Dengan
data tersebut, untuk memperkuat optimisme industri tekstil paska pandemi, tentu
para pelaku industri tekstil perlu melakukan transformasi industri dengan
mengadaptasi tuntutan konsumen terkait produk tekstil yang lebih ramah
lingkungan. Hal ini bertujuan untuk terus bisa terus tumbuh, bahkan dapat
meningkatkan ekspansi bisnis di level yang lebih luas,” kata Chairman Cotton
Council International Hank Reichle, dalam acara Cotton Day 2020 secara daring,
Kamis (24/9).

Baca Juga :  Kiat Orang Tua dan Guru Agar Anak Tidak Stres Belajar dari Rumah

Hank
Reichle menyampaikan bahwa terdapat optimisme di kalangan pelaku industri
garmen global selama pandemi. Optimisme tersebut didasari oleh adanya perubahan
perilaku konsumen terkait permintaan produk garmen yang lebih ramah lingkungan
dan berkelanjutan.

Reichle
menambahkan bahwa saat ini, berbagai perusahaan di seluruh dunia mencari cara
untuk meneruskan program keberlanjutan mereka selama pandemi. Lebih dari 62
persen responden survei yang disampaikan para pemimpin perusahaan garmen global
menyampaikan bahwa program keberlanjutan (sustainable fashion) menjadi fokus
utama saat ini.

“Selain
itu, 59 persen responden juga menyampaikan bahwa mereka melakukan transparansi
dalam produksi produk yang ramah lingkungan,” kata Reichle.

Cotton
Council International melalui Cotton USA membuktikannya dengan mempertemukan
para pelaku industri tekstil dan fashion di Indonesia (23 /9). Berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya, agenda Cotton Day 2020 Indonesia kali ini menggunakan
konsep virtual yang tidak hanya melibatkan pelaku industri di skala nasional
melainkan juga hingga skala global.

Baca Juga :  5 Cara Rebut Hati Pria Cancer yang Sensitif dan Setia

Representatif
CCI di Indonesia Andy Do menjekaskan semua industri dan perusahaan di era
transformasi, termasuk pandemi Covid-19 harus berani berinovasi. Situasi ini
tak menyurutkan pelaku industri tekstil di Indonesia untuk bisa memperluas
jaringan pasar mereka ke pelaku industri global secara langsung.

“Bagaimana
industri tekstil di Indonesia dapat terus tumbuh walau dalam kondisi yang sulit
seperti saat ini,” katanya.

Para
industri bahan baku fashion seperti kapas juga mulai menyadari dampak
lingkungan dalam produksi kapas. Pandemi membuat para pelaku industri semakin
berkomitmen untuk lebih efisien dalam penggunaan lahan. Pelaku industri
mengenalkan produk dan inovasi baru yang dibuat oleh pelaku industri tekstil di
Indonesia kepada dunia. Tentunya bahan yang ditampilkan dalam fashion show
merupakan produk ramah lingkungan atau sustainable fashion.

Terpopuler

Artikel Terbaru