25 C
Jakarta
Wednesday, April 16, 2025

Ibu Pekerja Menyusui Lebih Rajin dan Produktif

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi dalam masa tumbuh
kembangnya selama 1.000 hari pertama. ASI eksklusif harus diberikan selama 6
bulan dan ditambah dengan Makanan Pendamping (MP) ASI hingga usia 2 tahun.
Karena itu, para ibu yang bekerja masih tetap wajib dan bisa memberikan ASI
pada buah hatinya.

Working mom atau ibu yang
bekerja punya hak untuk mendapatkan fasilitas laktasi di tempat kerja.
Perusahaan harus mendukung dan menyediakan ruang laktasi bagi para ibu yang
akan memompa ASI-nya.

Berdasarkan penelitian terbaru, penerapan model laktasi yang
jelas dan tepat terbukti membuat pekerja perempuan 8 kali lebih produktif untuk
mencapai target kerjanya. Peneliti dari Ikatan Alumni Magister Kedokteran Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr. dr Ray Wagiu Basrowi
menjelaskan, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 angka
pemberian ASI secara eksklusif untuk bayi 0-6 bulan (prevalensi ASI eksklusif)
di Indonesia masih berkisar 32 persen, jauh dibandingkan negara-negara lain
antara 50 persen-60 persen.

Baca Juga :  10 Desainer Indonesia Tampil di Mercedes-Benz Russia Fashion Week 2020

“Artinya 7 dari 10 orang ibu tidak berhasil memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran bayinya,” kata Ray, Jumat (8/11).

Salah satu faktor utama rendahnya angka prevalensi itu adalah
besarnya jumlah ibu pekerja yang berhenti memberikan ASI eksklusif. Saat ini 55
juta dari 138 juta pekerja di Indonesia adalah perempuan. Sayangnya, sebagian
besar pekerja perempuan terpaksa harus menghentikan pemberian ASI eksklusif di
tengah jalan antara lain karena cuti melahirkan yang hanya tiga bulan dan tidak
tersedianya ruang laktasi yang memadai di tempat kerja.

Hasil penelitian FKUI menunjukkan, hanya 21 dari 100 pekerja
perempuan di Indonesia yang memperoleh fasilitas laktasi memadai, hanya 7 dari
100 pekerja menikmati program dan edukasi laktasi di tempat kerja dan 98 persen
pabrik tidak memiliki konselor laktasi siaga. Akibatnya, hanya 2 dari 10
pekerja yang mampu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Baca Juga :  Dikenal Perfeksionis, Virgo Punya 5 Tema Pernikahan yang Ideal

“Yang menyedihkan, 5 dari 10 pekerja perempuan memompa ASI di
toilet atau kamar mandi yang tidak higienis karena tidak ada ruang laktasi yang
memadai dan privat,” tutur Ray.(jpc)

Tujuh dimensi model promosi
laktasi di tempat kerja

Pertama,
kebijakan perusahaan memberikan waktu kerja yang fleksibel bagi pekerja
perempuan untuk memompa ASI atau menyusui bayinya serta memperpanjang cuti
menjadi lebih dari tiga bulan.

Kedua,
menyiapkan fasilitas ruang laktasi yang privat dan memenuhi standar kesehatan.

Ketiga,
menyiapkan materi edukasi tentang laktasi, termasuk manajemen stres.

Keempat,
menjadikan semua pekerja sebagai target edukasi. K

Kelima, metode
edukasi berupa bimbingan, konseling, maupun grup media sosial.

Keenam,
pengalokasian waktu konsul konselor minimal satu kali dalam seminggu.

Ketujuh,
penyiapan dokter perusahaan atau konselor laktasi di tempat kerja.

 

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi dalam masa tumbuh
kembangnya selama 1.000 hari pertama. ASI eksklusif harus diberikan selama 6
bulan dan ditambah dengan Makanan Pendamping (MP) ASI hingga usia 2 tahun.
Karena itu, para ibu yang bekerja masih tetap wajib dan bisa memberikan ASI
pada buah hatinya.

Working mom atau ibu yang
bekerja punya hak untuk mendapatkan fasilitas laktasi di tempat kerja.
Perusahaan harus mendukung dan menyediakan ruang laktasi bagi para ibu yang
akan memompa ASI-nya.

Berdasarkan penelitian terbaru, penerapan model laktasi yang
jelas dan tepat terbukti membuat pekerja perempuan 8 kali lebih produktif untuk
mencapai target kerjanya. Peneliti dari Ikatan Alumni Magister Kedokteran Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr. dr Ray Wagiu Basrowi
menjelaskan, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 angka
pemberian ASI secara eksklusif untuk bayi 0-6 bulan (prevalensi ASI eksklusif)
di Indonesia masih berkisar 32 persen, jauh dibandingkan negara-negara lain
antara 50 persen-60 persen.

Baca Juga :  10 Desainer Indonesia Tampil di Mercedes-Benz Russia Fashion Week 2020

“Artinya 7 dari 10 orang ibu tidak berhasil memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran bayinya,” kata Ray, Jumat (8/11).

Salah satu faktor utama rendahnya angka prevalensi itu adalah
besarnya jumlah ibu pekerja yang berhenti memberikan ASI eksklusif. Saat ini 55
juta dari 138 juta pekerja di Indonesia adalah perempuan. Sayangnya, sebagian
besar pekerja perempuan terpaksa harus menghentikan pemberian ASI eksklusif di
tengah jalan antara lain karena cuti melahirkan yang hanya tiga bulan dan tidak
tersedianya ruang laktasi yang memadai di tempat kerja.

Hasil penelitian FKUI menunjukkan, hanya 21 dari 100 pekerja
perempuan di Indonesia yang memperoleh fasilitas laktasi memadai, hanya 7 dari
100 pekerja menikmati program dan edukasi laktasi di tempat kerja dan 98 persen
pabrik tidak memiliki konselor laktasi siaga. Akibatnya, hanya 2 dari 10
pekerja yang mampu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Baca Juga :  Dikenal Perfeksionis, Virgo Punya 5 Tema Pernikahan yang Ideal

“Yang menyedihkan, 5 dari 10 pekerja perempuan memompa ASI di
toilet atau kamar mandi yang tidak higienis karena tidak ada ruang laktasi yang
memadai dan privat,” tutur Ray.(jpc)

Tujuh dimensi model promosi
laktasi di tempat kerja

Pertama,
kebijakan perusahaan memberikan waktu kerja yang fleksibel bagi pekerja
perempuan untuk memompa ASI atau menyusui bayinya serta memperpanjang cuti
menjadi lebih dari tiga bulan.

Kedua,
menyiapkan fasilitas ruang laktasi yang privat dan memenuhi standar kesehatan.

Ketiga,
menyiapkan materi edukasi tentang laktasi, termasuk manajemen stres.

Keempat,
menjadikan semua pekerja sebagai target edukasi. K

Kelima, metode
edukasi berupa bimbingan, konseling, maupun grup media sosial.

Keenam,
pengalokasian waktu konsul konselor minimal satu kali dalam seminggu.

Ketujuh,
penyiapan dokter perusahaan atau konselor laktasi di tempat kerja.

 

Terpopuler

Artikel Terbaru