Pada Agustus 2018,
Rumah Ilmu didirikan. Bangunan bekas tempat esek-esek itu telah mengubah
mindset siapa pun yang datang ke sana. Tak ada lagi pekerja seks komersial yang
bekerja di sana. Sebaliknya, kini menjadi lahan menimba ilmu bagi generasi
mendatang.
Tak sulit
menemukan Rumah Ilmu di Kelurahan Kandangan, Benowo. Cukup mencari Gang Barokah
RT 2, RW 9, Klakahrejo Lor, dekat persimpangan kedua. Di sepanjang gang
tersebut terdapat banyak bangunan yang dipatok sebagai aset milik Pemkot
Surabaya. Bangunan yang dibeli pemerintah itu merupakan bekas lokalisasi.
Beberapa wisma yang
dulu dijadikan tempat prostitusi kini kosong. Bahkan, sebagian dimanfaatkan
untuk pusat kegiatan masyarakat sekitar. Termasuk Rumah Ilmu Saat dikunjungi
Minggu lalu (23/2), terdengar alunan musik tradisional di dalam rumah bekas
tempat esek-esek itu. Ternyata, anak-anak TK sedang berlatih tari bangau dan
sapi. â€Kaki kanan ke depan. Satu, dua, tiga, putar,†tutur Budi Wiyono,
pengajar Sanggar Tari Rumah Ilmu. Para murid lantas mengikuti gerakan yang
diajarkan Budi.
Wajah para murid begitu
semringah. Berlatih dengan begitu semangat. Di ruangan itu, banyak hiasan
dinding di ruang utama maupun bilik. Misalnya, poster berhitung dan bergambar.
Beberapa karya lukis anak juga ditempel. Ada pula etalase yang penuh buku.
â€Dulu orang ke sini mencari sewaan kamar. Sekarang bimbingan belajar (bimbel),â€
tutur Budi.
Dia melanjutkan,
sanggar tari baru terbentuk tahun lalu. Jumlah muridnya sekitar 15 orang.
â€Berawal dari suka seni. Akhirnya jadi guru,†kata pria lulusan akuntansi
tersebut.
Sebelum mengajar,
cerita Budi, dirinya pernah beraktivitas di sekitar lokalisasi. Yaitu, menjual
minuman keras (miras) selama lebih dari lima tahun. Menurut dia, usaha barang
haram tersebut sangat menguntungkan sampai bisa memenuhi kebutuhan keluarga.
â€Tapi lama kelamaan, saya merasa tidak bisa mengandalkan dari penjualan miras saja,â€
terangnya.
Terbukti pada 2013,
Pemkot Surabaya menutup lokalisasi di Kandangan. Usaha Budi pun terpaksa
berhenti. Namun, dia tidak putus asa. Warga Klakahrejo itu banting setir
menjadi guru tari. â€Kalau kita tidak mengembangkan diri sendiri, kampung ini
akan mati,†jelasnya.
Bertahun-tahun Budi
terus meningkatkan potensinya. Hingga Februari 2019, dia diajak membuka sanggar
di Rumah Ilmu. â€Pelopornya Bu Sulis. Wisma bekas prostitusi diubah menjadi
tempat bimbingan belajar sejak 2018. Dan kini berkembang ke pelatihan tari,â€
lanjutnya.
Sri Sulis Setiawati,
pendiri Rumah Ilmu, menyatakan bahwa ide ruang belajar di bangunan eks
lokalisasi berawal dari keikutsertaannya dalam lomba pola asuh anak dan remaja.
Rumah Ilmu yang dia didirikan menjadikannya juara hingga level nasional. â€Dapat
nilai bagus karena memanfaatkan aset pemkot. Dan dulu aset itu bekas
prostitusi,†katanya.
Sejak kecil, Sulis
tinggal di lingkungan lokalisasi. Memang banyak PSK di kampungnya.
Sampai-sampai dia pernah menjadi relawan untuk penelitian sosial. Kendati asli
Klakah, Sulis merasa tidak tinggal di kampung sendiri. Siang dan malam hanya
dipenuhi orang luar yang berkunjung. Aktivitas warga lokal tidak ada. Hanya
sibuk mengurus keluarga masing-masing. â€Dengar suara gaduh sudah biasa. Apalagi
melihat pasangan bertengkar,†ucapnya.
Berpuluh tahun berada
di lingkungan tersebut, lanjut Sulis, memengaruhi psikis. Rumahnya sering
digedor orang tak dikenal yang mencari miras. â€Hati seakan teriris-iris.
Pandangan orang luar kepada kita sudah bagian dari lokalisasi,†tutur kepala TK
Mutiara Bangsa itu. â€Sebelas bulan serasa di neraka. Satu bulannya di surga.
Sebab, selama Ramadan tak ada aktivitas prostitusi,†tambahnya.
Dia bersyukur
lokalisasi itu kini sudah ditutup. Sama halnya dengan yang di Sememi, Benowo.
Bedanya, Kandangan bisa berkembang atas swadaya masyarakat. â€Kalau untuk
kebaikan, kenapa tidak? Pasti akan ada jalan,†katanya. Hingga Selasa (25/2)
Rumah Ilmu ikut diberdayakan oleh anak karang taruna (kartar) sebagai pengajar.
(jpc)