Site icon Prokalteng

Manusia Soliter dan Problematika Berat Badan

COVER BUKU (ISTIMEWA)

COVER BUKU (ISTIMEWA)

Amalia Yunus lewat novel ini sadar betul bahwa perkara berat badan memang sangat pribadi sekaligus menyimpan konstruksi sosial yang mengerak.

NASKAH yang semula berjudul Berat ini didapuk sebagai pemenang kedua sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta 2021. Ketika terbit, ada sedikit penyesuaian judul menjadi Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan, yang sekaligus menjadi novel kedua Amalia Yunus setelah Tutur Dedes: Doa dan Kutukan (Penerbit Banana, 2022).

Ada yang menggelitik secara sekilas pandang dari novel ini: tebalnya tidak begitu meneror dan tema plus judulnya yang seketika membuat orang berhenti. Berhenti untuk menerka kemungkinan dalam novel akan didedah cara jitu menurunkan berat badan sekaligus manggut-manggut tertampar.

Novel ini dibuka dengan pantikan pertanyaan: kematian bersih itu yang bagaimana? Kematian bersih adalah tidak perlu ada muntahan darah, tubuh terpotong, atau ledakan serpihan daging manusia. Kematian bersih, seperti yang harus dihadapi tokoh utama dalam novel ini, sejenis kematian perlahan sebab obesitas.

Tokoh kamu sebagai tokoh utama dalam novel ini divonis oleh dokter hidupnya tidak akan lebih dari dua tahun akibat berat badan yang tidak terkendali atau morbidly obese. Salah satu yang dikisahkan adalah sesak napas dan kehilangan kesadaran hingga harus dibopong oleh sang kekasih dengan kursi roda khusus.

hingga ia menjatuhkan bom di mukamu: Jika kamu tidak mulai bertindak sungguh-sungguh, jika kamu tidak melakukan apa-apa terhadap berat badanmu, kamu mungkin tidak akan pernah sampai ke usia dua puluh dua. (halaman 10)

Maka, tokoh utama perempuan ini mencoba melakukan beberapa hal, yang seperti dugaan pembaca, tidak akan berhasil. Operasi bariatrik yang ditawarkan tak cuma menebar ketakutan, tapi juga memicu kesangsian perihal kesuksesan serta momok biaya yang mahal. Hingga kemudian tokoh perempuan utama ini bertemu dengan sebuah program reality show televisi XXXL, sejenis program yang merekam orang dengan obesitas ekstra yang dikarantina untuk menurunkan berat badan.

Meski sempat ditentang oleh sang kekasih, yang digambarkan sebagai support system, tokoh perempuan dalam novel ini tetap mengikuti program. Dan, berhasil menurunkan berat badan cukup ekstrem meski tidak keluar sebagai pemenang dari program televisi itu.

Apakah Hanya Perkara Berat Badan?

Tentu tidak boleh disebut dengan hanya. Data Kementerian Kesehatan menyebut 13,5 persen penduduk Indonesia mengalami kelebihan berat badan dan 28,7 persen di antaranya mengalami obesitas berdasar skala indeks massa tubuh (IMT). Penyebab ini beragam, mulai pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas, hormonal, hingga genetik.

Obesitas tokoh perempuan dalam novel ini diceritakan akibat problem genetik dan pola makan yang luar biasa besar. Pekerjaan sebagai freelancer dan hidup terkungkung dalam apartemen juga turut membuat nafsu makannya tidak terkontrol.

Memang ada beberapa tips dalam buku ini tentang mengurangi berat badan, tapi itu tentu bukan lokus utama yang menarik. Novel ini mendedah persoalan krusial dan genting perempuan (bahkan juga termasuk laki-laki) di keseharian tentang berat badan. Di beberapa suku dan negara, mereka yang berbadan ekstrabesar justru mendapatkan penghormatan yang tinggi. Tapi, norma kebanyakan, tubuh besar atau obesitas identik dengan tidak cantik, sumber penyakit, bahkan tidak menarik.

Persoalan personal ini kemudian dirembetkan Amalia Yunus ke perihal kebebasan perempuan, penerimaan diri, hingga stigma sosial atas standar kecantikan perempuan. Tokoh perempuan dalam novel ini menghadapi kenyataan bahwa kekasihnya selama ini sumber ketergantungan dia. Ketika kekasihnya menjauh, justru kesadarannya bangkit. Bahwa perempuan harus bebas menentukan pilihan jalan sendiri.

Novel ini juga seketika mengingatkan saya pada slogan personal is political. Slogan yang kemudian menjadi dasar banyak gerakan feminis dan protes atas penomorduaan persoalan personal dalam diri perempuan. Amalia Yunus lewat novel ini sadar betul bahwa perkara berat badan memang sangat pribadi sekaligus menyimpan konstruksi sosial yang mengerak.

Bagaimana tubuh perempuan ditentukan oleh norma sosial. Bagaimana perempuan tidak bebas menentukan apa yang dibutuhkan tubuh. Juga bagaimana body shaming kerap melatarbelakangi keterpurukan lebih dalam. Orang-orang secara otomatis melihat orang plus size lambat dalam berpikir (halaman 47), salah satu contoh stigma atas orang berbadan gemuk.

Novel tidak lebih dari 200 halaman ini memakai teknik penceritaan dari sudut pandang orang kedua. Pilihan menggunakan ”kamu” ini sebenarnya rawan membosankan dan tampak mendakwahi.

Tapi, tentu bukan tanpa pertimbangan. Novel yang tidak tebal membuatnya aman. Bayangkan bila novel ini sepanjang minimal 300 halaman, pasti pembaca akan seperti ditunjuk-tunjuk sepanjang pembacaan.

Akhir novel ini adalah sesuatu yang menarik. Amalia Yunus mengurung kembali tokoh utama di apartemen sebab di tengah program XXXL pandemi Covid-19 datang. Dia seolah kembali terlempar di awal, tetapi berhasil mengatasi kesendirian.

Dia lahir sebagai manusia soliter, yang bukan hanya terbebas dari ”cengkeraman” sang kekasih. Tetapi juga berhasil memilih jalan terbaik versi dirinya.

Satu pertanyaan selepas membaca ini, bila tema ini ditulis oleh laki-laki, mungkin diskusinya akan sangat berbeda. Bisa jadi bukan apresiasi, tetapi caci maki sebab mendadak akan dipenuhi nada body shaming dan mengekalkan standar kecantikan perempuan. (*)

 

 

*) TEGUH AFANDI, Editor buku

 

Judul: Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan

Penulis: Amalia Yunus

Penerbit: Penerbit Banana

Terbit: Juni 2023

Tebal: 158 halaman

ISBN: 9786238845903

Exit mobile version