28.1 C
Jakarta
Tuesday, September 17, 2024

Malam Tak Diberi Angka

Malam Tak Diberi Angka

Oleh DAHRI DAHLAN

 

jendela tidak bersedih ketika angin

mengempas hujan tepat di dadanya.

sesuatu mengkristal ketika langit sore

berusaha menelan gemuruh yang lekat

di utara.

senja membenturkan pipi di tiang kabel,

tempat jaga malam berbicara pada diri

sendiri –sesaat sebelum pukul 12.00.

kita tahu apa yang terjadi setelahnya.

di kamar tidak ada bunyi camar. ingatan

tiada berharga. kulit pucat, dingin susu

kotak, pinggul kekasih menjauh, malam

tak diberi angka.

2024

Kulminasi Dini Hari

di mata kering ini

tidur tidak menepati janji.

sepenggal cahaya

tertinggal di beranda.

dingin bersuara,

ia tak mungkin berdusta.

2024

 

Baca Juga :  Keluarga-Keluarga Kampang

Baca Juga: Sajak: Ngawi, Cintamu Wangi Melati

 

 

Di Antara Tappalang-Bela Kopeang

(Lindu 6,2 SR, Mamuju 2021)

kami berhenti sejenak,

sekadar menimbang waktu bertahan.

kabut tipis turun di lereng,

mendekap akar pohon tersungkur

seperti tangan seorang ibu yang buta

meraba-raba udara.

kami membakar ranting tersisa

dari tipis gerimis yang meretakkan daun jati.

lumpur di titian menyampaikan rasa lapar

seorang pejalan kaki yang tergesah.

malam berdentum di tanah yang retak,

bau pohon terluka menguar di atas sungai

cokelat, mengalirkan rindu sepasang remaja.

di dekat anak sungai yang patah,

aku mematung menghitung bebatuan

terhenti. dendam apa yang membawamu?

2022–2024

Baca Juga :  Genangan Kenangan

Di Bawah Pohon

seperti hujan, waktu jatuh begitu saja,

sedangkan nasib tumbuh sebagai pohon

dengan bentuk aneh, dan buah-buah yang

harus kaupetik.

tidak ada yang tahu persis apakah kau

pandai mengupas kulitnya. tidak ada

yang peduli, apakah kau menyukai

rasanya atau tidak. banyak yang bergidik

dan keracunan.

kau berdiam dan kekal di bawahnya,

sampai waktu berhenti terjatuh.

2024

*) DAHRI DAHLAN, Lahir di Polman, Sulawesi Barat. Ia bermukim di Samarinda sebagai dosen di FIB Unmul. Buku puisinya Kau Sedingin Pelabuhan (Basabasi, 2023).

Malam Tak Diberi Angka

Oleh DAHRI DAHLAN

 

jendela tidak bersedih ketika angin

mengempas hujan tepat di dadanya.

sesuatu mengkristal ketika langit sore

berusaha menelan gemuruh yang lekat

di utara.

senja membenturkan pipi di tiang kabel,

tempat jaga malam berbicara pada diri

sendiri –sesaat sebelum pukul 12.00.

kita tahu apa yang terjadi setelahnya.

di kamar tidak ada bunyi camar. ingatan

tiada berharga. kulit pucat, dingin susu

kotak, pinggul kekasih menjauh, malam

tak diberi angka.

2024

Kulminasi Dini Hari

di mata kering ini

tidur tidak menepati janji.

sepenggal cahaya

tertinggal di beranda.

dingin bersuara,

ia tak mungkin berdusta.

2024

 

Baca Juga :  Keluarga-Keluarga Kampang

Baca Juga: Sajak: Ngawi, Cintamu Wangi Melati

 

 

Di Antara Tappalang-Bela Kopeang

(Lindu 6,2 SR, Mamuju 2021)

kami berhenti sejenak,

sekadar menimbang waktu bertahan.

kabut tipis turun di lereng,

mendekap akar pohon tersungkur

seperti tangan seorang ibu yang buta

meraba-raba udara.

kami membakar ranting tersisa

dari tipis gerimis yang meretakkan daun jati.

lumpur di titian menyampaikan rasa lapar

seorang pejalan kaki yang tergesah.

malam berdentum di tanah yang retak,

bau pohon terluka menguar di atas sungai

cokelat, mengalirkan rindu sepasang remaja.

di dekat anak sungai yang patah,

aku mematung menghitung bebatuan

terhenti. dendam apa yang membawamu?

2022–2024

Baca Juga :  Genangan Kenangan

Di Bawah Pohon

seperti hujan, waktu jatuh begitu saja,

sedangkan nasib tumbuh sebagai pohon

dengan bentuk aneh, dan buah-buah yang

harus kaupetik.

tidak ada yang tahu persis apakah kau

pandai mengupas kulitnya. tidak ada

yang peduli, apakah kau menyukai

rasanya atau tidak. banyak yang bergidik

dan keracunan.

kau berdiam dan kekal di bawahnya,

sampai waktu berhenti terjatuh.

2024

*) DAHRI DAHLAN, Lahir di Polman, Sulawesi Barat. Ia bermukim di Samarinda sebagai dosen di FIB Unmul. Buku puisinya Kau Sedingin Pelabuhan (Basabasi, 2023).

Terpopuler

Artikel Terbaru