Oleh Hendy Setiono *)
KEWIRAUSAHAAN dalam perspektif pasar global telah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan inovasi di berbagai negara. Di era globalisasi yang semakin terintegrasi, para pengusaha tidak hanya dituntut untuk memahami dinamika global tetapi juga harus mampu menavigasi kompleksitas pasar internasional.
Mereka perlu mengembangkan strategi yang adaptif, memanfaatkan teknologi digital, dan membangun jaringan global untuk mengatasi tantangan seperti perbedaan budaya, regulasi yang beragam, dan persaingan yang ketat.
Untuk memahami dinamika kewirausahaan dalam perspektif pasar global, penting untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mendorong terbentuknya pasar global. Pertama, perkembangan ekonomi dunia yang pesat di era modern ini menciptakan peluang bagi pelaku bisnis untuk berkembang di kancah internasional.
Kedua, kesesuaian produk dengan kebutuhan customer menjadi kunci sukses dalam persaingan global, mendorong bisnis untuk terus menyesuaikan standar produknya ke skala internasional sehingga dapat bersaing dalam situasi kompetisi yang lebih ketat. Dalam perspektif ini, tentu saja yang akan menjadi customer kita adalah negara-negara yang akan menjadi tujuan ekspor kita.
Ketiga, perkembangan teknologi memegang peranan vital dalam membentuk pasar global, memberikan manfaat bagi berbagai aspek yang mendukung operasional bisnis. Keempat, kemajuan dalam komunikasi dan transportasi juga berperan signifikan dalam pertumbuhan pasar global, memungkinkan bisnis untuk menjangkau pasar internasional dengan lebih mudah.
Terakhir, biaya pengembangan bisnis yang tinggi, seiring dengan meningkatnya tuntutan pasar global, mendorong perusahaan untuk mencari investor guna mendukung ekspansi mereka.
Dalam praktiknya, untuk mengatasi tantangan yang muncul dalam pasar global, para pelaku usaha perlu mempersiapkan sikap, kompetensi, dan strategi yang dapat membantu mereka untuk bersaing secara efektif. Para pelaku usaha harus melakukan survei dan riset mendalam untuk memperoleh data yang menunjang.
Segmentasi pasar harus secara rinci ditentukan agar pelaku usaha dapat memasarkan bisnis ke kelompok pasar yang tepat. Penting untuk mengetahui apa produk yang diinginkan pasar, sehingga dapat mengembangkan produk yang dibutuhkan customer.
Selain itu, segmentasi pasar juga merujuk pada strategi untuk mengelompokkan calon customer berdasarkan kebutuhannya. Lebih lanjut, apakah produk yang masuk ke pasar global berada dalam posisi current market yaitu pasar dengan produk yang sudah dikenal dan hanya perlu memperdalam serta meningkatkan daya jualnya atau dikenal dengan strategi market penetration.
Lain halnya jika memasuki pasar baru atau new market yaitu produk yang diusung merupakan sesuatu yang baru sehingga harus melakukan strategi market development yaitu dengan analisis tren, regulasi dan kebijakan, perilaku, dan kebutuhan customer.
Dengan kata lain, produk yang masuk ke pasar baru harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan customer, jangan sampai memasuki pasar dengan market size yang rendah tanpa mengetahui kebutuhan customer saat ini. Sehingga, strategi pemasaran yang disusun pun dapat diterima oleh calon customer yang benar-benar tertarik untuk membeli produk.
Contoh nyata dari tantangan memahami pasar global adalah kegagalan Marks & Spencer di Tiongkok, yang disebabkan oleh kurang pekanya dalam memahami preferensi konsumen setempat, termasuk kesalahan dalam ukuran produk, budaya fashion, dan tren terkini. Marks & Spencer keluar dari pasar Tiongkok setelah membuka toko yang ke-10 selama 8 tahun di 2016.
Tiongkok merupakan negara kelas menengah yang besar dan terus berkembang, sementara Marks & Spencer menawarkan pakaian yang sama seperti di Amerika Serikat dan Eropa tanpa mempertimbangkan bentuk tubuh konsumen Tiongkok. Penelitian dari INS Global menunjukkan bahwa wanita Tiongkok memiliki variansi yang lebih sempit pada lingkar dada, pinggang, dan pinggul dibandingkan dengan wanita di daerah Barat, yang berarti bahwa bentuk tubuh wanita Tiongkok umumnya lebih kecil daripada di Eropa dan Amerika Serikat.
Selain itu, penyebab lain kegagalan dalam menarik hati konsumen negara Tiongkok juga disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk berinvestasi dalam terjemahan dan lokalisasi yang diperlukan. Misalnya, jajaran pakaian perusahaan menggunakan label Inggris dan Eropa tanpa mencantumkan ukuran dalam bahasa Tiongkok.
Kegagalan tersebut membuat mereka tidak mampu menarik kelas menengah Tiongkok yang seharusnya bisa mereka jangkau. Dalam pasar yang luas dan kompetitif seperti Tiongkok, penting bagi sebuah merek untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar terhubung dengan customer mereka.
CAGE, Mindset yang Diperlukan Entrepreneur dalam Menavigasi Pasar Global
Untuk menghadapi tantangan pasar global secara efektif, pelaku usaha perlu mengadopsi kerangka analisis yang komprehensif. Salah satu kerangka yang dapat digunakan adalah CAGE framework, yang membantu bisnis memahami dan mengatasi perbedaan lintas negara dalam beberapa dimensi kunci.
Kerangka berpikir CAGE (Cultural, Administrative, Geographic, and Economic) adalah alat yang berguna untuk membantu pelaku usaha mengatasi tantangan di pasar global dengan menganalisis perbedaan antara negara asal dan negara target dalam empat dimensi utama.
CAGE framework dapat menjadi alat yang berguna bagi UMKM seperti Kebab Turki Baba Rafi untuk memahami dan mengelola tantangan dalam ekspansi global mereka. Pertama, dari segi Cultural Distance (Jarak Budaya), Kebab Turki Baba Rafi senantiasa mempertimbangkan perbedaan budaya dalam menyesuaikan menu dan layanan mereka.
Misalnya, saus dan bumbu lokal khas Jawa yang digunakan di Indonesia tentunya berbeda dengan saus dan bumbu yang digunakan di outlet mancanegara. Dengan kata lain, memahami preferensi rasa lokal dan kebiasaan makanan setempat akan membantu mereka menyesuaikan resep dan bahan baku.
Kemudian, dalam hal Administrative Distance (Jarak Administratif), Kebab Turki Baba Rafi juga berusaha untuk memahami peraturan dan regulasi setempat terkait dengan izin usaha, sanitasi makanan, dan peraturan ekonomi yang berlaku.
Perusahaan juga perlu untuk terus mempertimbangkan kondisi politik dan stabilitas politik di negara tersebut, yang dapat mempengaruhi operasional bisnis perusahaan. Sehingga outlet di negara tersebut tetap dapat berjalan dengan efektif sebagaimana mestinya.
Dari segi Geographic Distance (Jarak Geografis), Kebab Turki Baba Rafi juga senantiasa mempertimbangkan aspek logistik, seperti pengiriman bahan baku dan distribusi produk jadi. Perusahaan perlu menilai ketersediaan infrastruktur transportasi lokal, termasuk jaringan jalan dan layanan pengiriman, serta kondisi cuaca yang dapat mempengaruhi rantai pasokan. Dengan tujuan utama adalah menciptakan sistem logistik yang efisien, tanpa mengesampingkan kualitas produk.
Terakhir, dalam hal Economic Distance (Jarak Ekonomi), Kebab Turki Baba Rafi juga senantiasa mempertimbangkan daya beli konsumen lokal dan harga yang bersaing. Perusahaan dan seluruh elemen terkait dalam ekosistem pengembangan bisnis luar negeri, juga dituntut untuk memahami sistem keuangan, pasar modal di negara setempat, serta mempertimbangkan kestabilan ekonomi dan fluktuasi mata uang yang dapat memengaruhi biaya operasional mereka.
Dengan mempertimbangkan keempat dimensi ini menggunakan framework CAGE, Kebab Turki Baba Rafi dapat mengidentifikasi tantangan potensial dan mengembangkan strategi adaptasi yang sesuai untuk memperluas kehadiran mereka secara global, sambil tetap mempertahankan esensi dan kualitas produk merek. Setelah keempat poin tersebut dilakukan, pelaku usaha sebaiknya tidak melupakan analisis pesaing bisnis yang ada di wilayah tersebut.
Dimulai dengan melakukan riset untuk mengetahui seberapa banyak merek lain yang menawarkan produk serupa dengan produk kita, dan juga agresifitas yang dilakukan. Namun, terminologi “pesaing” seyogiyanya jangan dipandang sebagai musuh yang harus ditakuti, karena pada prinsipnya setiap bisnis memiliki target pasarnya sendiri, dan tidak ada satu pun produk atau layanan yang dapat memenuhi semua kebutuhan pasar.
Singkatnya, kewirausahaan di perspektif global menawarkan peluang besar bagi pelaku usaha untuk mengembangkan dan memperluas bisnis mereka di pasar internasional. Penting untuk memahami dinamika pasar yang beragam, menyesuaikan produk dan strategi dengan kondisi lokal, serta memanfaatkan teknologi dan komunikasi global untuk mendukung pertumbuhan bisnis.
Meskipun tantangan seperti perbedaan budaya, administratif, geografis, dan ekonomi dapat menjadi hambatan, pengusaha yang berhasil akan mampu mengatasi hambatan tersebut dengan inovasi dan adaptasi yang tepat. Dengan memanfaatkan peluang global secara cerdas, kewirausahaan tidak hanya dapat mencapai kesuksesan yang berkelanjutan, tetapi juga dapat memberikan dampak yang signifikan dalam skala global.
*) Founder & Group CEO Baba Rafi Enterprise
Pengurus Pusat BPP HIPMI dan Wakil Ketua Umum UMKM Kadin Surabaya
Koordinator Fanta Berbagi TKN Fanta