29.1 C
Jakarta
Thursday, April 10, 2025

Hasil Rapid Test Sama: Nonreaktif

Duka bertubi-tubi dialami keluarga besar
dokter Deni Dwi Fitriyanto. Lima hari setelah kematiannya, sang kakak yang juga
berprofesi dokter menyusul. Sepekan sebelumnya ayah-ibu mereka yang juga tenaga
medis lebih dulu meninggal. Di RSUD Sidoarjo satu dokter juga meninggal. Semua
akibat paparan Covid-19.

DAFIR FALAH, Bangkalan
MAYA APRILIANI, Sidoarjo

DOKTER Anita menerima kabar duka itu sekitar pukul 09.30 Jumat (19/6) lalu. Dia
mendapat telepon dari istri dokter Anang Eka Kurniawan. Perempuan di ujung
telepon mengabarkan bahwa sang suami tercinta dipanggil Yang Mahakuasa. Dokter
Anang adalah kakak dokter Deni yang meninggal di RS Unair Surabaya pada Minggu
(14/6). ”Posisi meninggalnya di rumah mertuanya di Surabaya,” ujar Kepala
Puskesmas Socah, Bangkalan, dr Anita Oktavia.
Mendengar kabar dr Anang sudah meninggal dunia, Anita mengaku sangat kaget.
Perempuan berkerudung itu tidak menyangka yang bersangkutan begitu cepat
dipanggil Sang Pencipta. ”Penyebab kematiannya saya tidak tahu detail. Karena
posisinya sedang berduka,” ucapnya.
Perempuan berkacamata tersebut menjelaskan, istri Anang sempat menceritakan
bahwa suaminya tidak mau makan, lemas, dan depresi karena keluarga besarnya
meninggal dunia. Pada Minggu (7/6), Suwito, sang ayah, meninggal di RSUD dr
Mohammad Zyn Sampang. Perawat senior di Sampang itu wafat pada umur 60 tahun.
Baru empat bulan pensiun.
Sebelumnya Suwito bertugas di Puskesmas Kedungdung dan buka praktik di rumahnya
di Kecamatan Kedungdung. Dia didiagnosis pasien dalam pengawasan (PDP). Belum
dilakukan uji swab sehingga belum diketahui terkonfirmasi korona atau
tidak.
Sehari kemudian, Senin (8/6), Sri Rahayu, ibunda Anang, juga wafat. Bidan
senior Sampang itu pensiunan di Puskesmas Kamoning. Sepekan setelahnya giliran
sang adik, dokter Deni Dwi Fitriyanto, meninggal dunia. Dokter di Puskesmas
Tambelangan tersebut meninggal pada umur 34 tahun dengan status terkonfirmasi
Covid-19. Menurut Anita, dr Anang itu kepikiran karena kepergian ayah, ibu, dan
adiknya yang berturut-turut begitu.
”Akhirnya drop. Itu informasi yang saya terima sementara,” terangnya.
Anita menyampaikan, dr Anang sudah tidak masuk bekerja di Puskesmas Socah sejak
Jumat (5/6). Saat itu dia minta izin absen karena orang tuanya sakit. Pada
Jumat (12/6) Anang datang untuk mengikuti kegiatan rapid test yang dilakukan
puskesmas bagi semua pegawai. Hasil tes cepat Anang nonreaktif. ”Makanya kaget
kok mendadak ada kabar duka ini,” katanya.
Anita tidak bisa memastikan apakah Anang positif Covid-19 atau tidak. ”Hanya,
dia termasuk klaster dari Sampang,” ucapnya. Namun, seorang sumber di Dinkes
Sampang membenarkan bahwa dr Anang terkonfirmasi korona.
Selama bertugas di Puskesmas Socah, dokter yang berusia 40 tahun itu dikenal
sebagai sosok humoris. Anang ramah kepada rekan-rekannya. Sudah puluhan tahun
mengabdi di puskesmas. Ketua IDI Cabang Bangkalan dr Farhat Suryaningrat
menyatakan secara pribadi belum mengenal. Sebab, Anang sudah tidak tergabung di
IDI Bangkalan, tapi telah pindah keanggotaan ke IDI Surabaya.
”Kami belum memastikan dia terpapar atau tidak. Namun, potensi tertular iya.
Karena dia kakak kandung dari dr Deni,” katanya. Jubir Gugus Tugas Covid-19
Bangkalan Agus Zein menerangkan, Puskesmas Socah direncanakan tutup sementara
sebagai langkah antisipasi.
Pada hari yang sama, kemarin, satu dokter di RSUD Sidoarjo juga meninggal
karena Covid-19. Dokter Gatot Pramono yang bertugas di instalasi gawat darurat
(IGD) dinyatakan terpapar virus SARS-CoV-2 dari hasil pemeriksaan swab.
Menurut Direktur RSUD Sidoarjo dr Atok Irawan SpP, almarhum dirawat sejak 17
Juni. Dengan keluhan demam dan sesak napas. Dokter Gatot yang berusia 46 tahun
juga diketahui memiliki penyakit penyerta, yakni diabetes. ”Gulanya tinggi,”
ungkapnya.
Saat dirawat, dr Gatot sempat menjalani rapid test. Hasilnya dinyatakan nonreaktif
terhadap Covid-19. Namun, saat memeriksa hasil foto dada Gatot, Atok menemukan
ada pneumonia bilateral di paru-paru. Khas seperti yang dialami pasien
Covid-19. Sehingga Atok meminta tetap dilakukan tes swab. ”Dari swab diketahui,
almarhum dinyatakan positif Covid-19,” jelas Atok.

Baca Juga :  Lebaran Beli Baju Baru, Sekolah Sudah Membawa Uang Saku

Setelah itu kondisi pasien terus menurun. Gelisah dan sesak napas makin parah.
Hingga mengalami henti jantung. Sudah dilakukan upaya resusitasi, tetap tidak
berhasil. Gatot dinyatakan meninggal pukul 18.13.
Atok menjelaskan, pihak rumah sakit telah berupaya maksimal untuk memberikan
pertolongan. Bahkan, saat kemarin pasien masuk ruang perawatan isolasi yang ada
ventilatornya, tim medis sudah berusaha memasang alat bantu pernapasan itu.
Tapi, Gatot tidak berkenan.
Segala upaya dilakukan agar Gatot mau menggunakan ventilator, tapi tak
berhasil. Termasuk menghubungi pihak keluarga untuk berbicara kepada Gatot.

”Kami sangat bersedih dan kehilangan atas kepergian almarhum,” tutur
Atok.
Terlebih, selama ini dokter yang juga bertugas di RS Jasem tersebut berada di
garda terdepan. Memberikan layanan kepada pasien di IGD. ”Dia dikenal sabar dan
telaten,” kenang Atok. 

Baca Juga :  Terkesan dengan Batik dan Busana Etnik, Rencankaan Hadir di FBIM 2021

Duka bertubi-tubi dialami keluarga besar
dokter Deni Dwi Fitriyanto. Lima hari setelah kematiannya, sang kakak yang juga
berprofesi dokter menyusul. Sepekan sebelumnya ayah-ibu mereka yang juga tenaga
medis lebih dulu meninggal. Di RSUD Sidoarjo satu dokter juga meninggal. Semua
akibat paparan Covid-19.

DAFIR FALAH, Bangkalan
MAYA APRILIANI, Sidoarjo

DOKTER Anita menerima kabar duka itu sekitar pukul 09.30 Jumat (19/6) lalu. Dia
mendapat telepon dari istri dokter Anang Eka Kurniawan. Perempuan di ujung
telepon mengabarkan bahwa sang suami tercinta dipanggil Yang Mahakuasa. Dokter
Anang adalah kakak dokter Deni yang meninggal di RS Unair Surabaya pada Minggu
(14/6). ”Posisi meninggalnya di rumah mertuanya di Surabaya,” ujar Kepala
Puskesmas Socah, Bangkalan, dr Anita Oktavia.
Mendengar kabar dr Anang sudah meninggal dunia, Anita mengaku sangat kaget.
Perempuan berkerudung itu tidak menyangka yang bersangkutan begitu cepat
dipanggil Sang Pencipta. ”Penyebab kematiannya saya tidak tahu detail. Karena
posisinya sedang berduka,” ucapnya.
Perempuan berkacamata tersebut menjelaskan, istri Anang sempat menceritakan
bahwa suaminya tidak mau makan, lemas, dan depresi karena keluarga besarnya
meninggal dunia. Pada Minggu (7/6), Suwito, sang ayah, meninggal di RSUD dr
Mohammad Zyn Sampang. Perawat senior di Sampang itu wafat pada umur 60 tahun.
Baru empat bulan pensiun.
Sebelumnya Suwito bertugas di Puskesmas Kedungdung dan buka praktik di rumahnya
di Kecamatan Kedungdung. Dia didiagnosis pasien dalam pengawasan (PDP). Belum
dilakukan uji swab sehingga belum diketahui terkonfirmasi korona atau
tidak.
Sehari kemudian, Senin (8/6), Sri Rahayu, ibunda Anang, juga wafat. Bidan
senior Sampang itu pensiunan di Puskesmas Kamoning. Sepekan setelahnya giliran
sang adik, dokter Deni Dwi Fitriyanto, meninggal dunia. Dokter di Puskesmas
Tambelangan tersebut meninggal pada umur 34 tahun dengan status terkonfirmasi
Covid-19. Menurut Anita, dr Anang itu kepikiran karena kepergian ayah, ibu, dan
adiknya yang berturut-turut begitu.
”Akhirnya drop. Itu informasi yang saya terima sementara,” terangnya.
Anita menyampaikan, dr Anang sudah tidak masuk bekerja di Puskesmas Socah sejak
Jumat (5/6). Saat itu dia minta izin absen karena orang tuanya sakit. Pada
Jumat (12/6) Anang datang untuk mengikuti kegiatan rapid test yang dilakukan
puskesmas bagi semua pegawai. Hasil tes cepat Anang nonreaktif. ”Makanya kaget
kok mendadak ada kabar duka ini,” katanya.
Anita tidak bisa memastikan apakah Anang positif Covid-19 atau tidak. ”Hanya,
dia termasuk klaster dari Sampang,” ucapnya. Namun, seorang sumber di Dinkes
Sampang membenarkan bahwa dr Anang terkonfirmasi korona.
Selama bertugas di Puskesmas Socah, dokter yang berusia 40 tahun itu dikenal
sebagai sosok humoris. Anang ramah kepada rekan-rekannya. Sudah puluhan tahun
mengabdi di puskesmas. Ketua IDI Cabang Bangkalan dr Farhat Suryaningrat
menyatakan secara pribadi belum mengenal. Sebab, Anang sudah tidak tergabung di
IDI Bangkalan, tapi telah pindah keanggotaan ke IDI Surabaya.
”Kami belum memastikan dia terpapar atau tidak. Namun, potensi tertular iya.
Karena dia kakak kandung dari dr Deni,” katanya. Jubir Gugus Tugas Covid-19
Bangkalan Agus Zein menerangkan, Puskesmas Socah direncanakan tutup sementara
sebagai langkah antisipasi.
Pada hari yang sama, kemarin, satu dokter di RSUD Sidoarjo juga meninggal
karena Covid-19. Dokter Gatot Pramono yang bertugas di instalasi gawat darurat
(IGD) dinyatakan terpapar virus SARS-CoV-2 dari hasil pemeriksaan swab.
Menurut Direktur RSUD Sidoarjo dr Atok Irawan SpP, almarhum dirawat sejak 17
Juni. Dengan keluhan demam dan sesak napas. Dokter Gatot yang berusia 46 tahun
juga diketahui memiliki penyakit penyerta, yakni diabetes. ”Gulanya tinggi,”
ungkapnya.
Saat dirawat, dr Gatot sempat menjalani rapid test. Hasilnya dinyatakan nonreaktif
terhadap Covid-19. Namun, saat memeriksa hasil foto dada Gatot, Atok menemukan
ada pneumonia bilateral di paru-paru. Khas seperti yang dialami pasien
Covid-19. Sehingga Atok meminta tetap dilakukan tes swab. ”Dari swab diketahui,
almarhum dinyatakan positif Covid-19,” jelas Atok.

Baca Juga :  Lebaran Beli Baju Baru, Sekolah Sudah Membawa Uang Saku

Setelah itu kondisi pasien terus menurun. Gelisah dan sesak napas makin parah.
Hingga mengalami henti jantung. Sudah dilakukan upaya resusitasi, tetap tidak
berhasil. Gatot dinyatakan meninggal pukul 18.13.
Atok menjelaskan, pihak rumah sakit telah berupaya maksimal untuk memberikan
pertolongan. Bahkan, saat kemarin pasien masuk ruang perawatan isolasi yang ada
ventilatornya, tim medis sudah berusaha memasang alat bantu pernapasan itu.
Tapi, Gatot tidak berkenan.
Segala upaya dilakukan agar Gatot mau menggunakan ventilator, tapi tak
berhasil. Termasuk menghubungi pihak keluarga untuk berbicara kepada Gatot.

”Kami sangat bersedih dan kehilangan atas kepergian almarhum,” tutur
Atok.
Terlebih, selama ini dokter yang juga bertugas di RS Jasem tersebut berada di
garda terdepan. Memberikan layanan kepada pasien di IGD. ”Dia dikenal sabar dan
telaten,” kenang Atok. 

Baca Juga :  Terkesan dengan Batik dan Busana Etnik, Rencankaan Hadir di FBIM 2021

Terpopuler

Artikel Terbaru