Site icon Prokalteng

Ma’ruf yang Tak Pernah Pegang Ponsel, Jarang Tidur saat di Pesawat

Wapres Ma'ruf Amin menerima kenang-kenangan dari Wadan Paspampres Marsma TNI Solihin di knator Sekretariat Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (17/10). (HUMAS SETWAPRES)

Ma’ruf Amin selalu membuka pagi dengan membaca koran dan tak pernah rewel soal makanan. Melakukan 150 perjalanan kerja selama lima tahun menjabat wakil presiden dan kondisinya selalu bugar.

HILMI SETIAWAN-ZALZILATUL HIKMIAJakarta

NUANSA bahagia sekaligus haru campur aduk di auditorium Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres), Jakarta, kemarin (17/10). Secara bergantian, sejumlah pejabat menyampaikan kenangannya selama bertugas dengan Ma’ruf Amin.

Kepala Setwapres Ahmad Erani Yustika, salah satunya. ’’Tadi malam (Rabu malam, 16/10) saya bangun berkali-kali. Momen kali ini tidak mudah,’’ tutur Erani yang mulai bertugas pada Oktober 2021 itu.

Dia menyebut kedekatannya bersama Ma’ruf sudah sangat personal. Nyaris setiap hari dia mendampingi suami Wury Ma’ruf Amin tersebut. Bahkan pada Sabtu atau Minggu. Dia mengenang awal bertugas langsung dihadang pandemi Covid-19.

Dia bersyukur Ma’ruf dengan segala kelebihan keilmuannya bisa memberikan panduan-panduan. Di antaranya, fatwa beribadah di tengah pandemi.

Yang juga selalu diingat Erani, tiap kali perjalanan di pesawat, Ma’ruf jarang tidur. Waktunya lebih banyak dihabiskan untuk membaca. Macam-macam: mulai bahan paparan, buku, sampai Alquran.

Ada sekitar 150 perjalanan ke luar kota dan luar negeri yang dijalani Ma’ruf selama lima tahun menjabat. Tapi, di usia yang sudah menginjak 81 tahun pada 11 Maret lalu, kondisinya selalu prima.

Erani juga mengenang Ma’ruf sosok yang sangat sabar. Erani merasa banyak momen yang seharusnya dirinya pantas dimarahi. Tapi, pejabat yang akan digantikan Gibran Rakabuming Raka tersebut tidak melakukannya.

Pengalaman tak terlupakan lainnya adalah beberapa kali dia diajak satu mobil dengan Ma’ruf. ’’Orang biasa seperti saya nebeng mobil Mercy RI 2 tentu luar biasa,’’ jelasnya.

Sebagai salah satu orang terdekat, Erani tahu berbagai hal yang mungkin tak banyak diketahui orang tentang ayah delapan anak tersebut. Misalnya, kegemarannya membaca koran tiap pagi.

Menonton tayangan berita di televisi kegemarannya yang lain. Pria yang pernah menjadi guru itu juga tidak pernah pegang ponsel.

Untuk urusan makanan, Ma’ruf tidak rewel. Apa pun yang tersaji di meja disantap. Para dokter pribadi justru kerap waswas jika sudah ada aneka camilan. Sebab, pria yang terlahir dengan nama Ma’ruf al-Karkhi itu bakal sulit berhenti.

Senang dan Tidak Senang

Ma’ruf mengaku tidak pernah tertawa sesering selama acara kemarin. ’’Saya senang sekali,” kata Ma’ruf yang didampingi sang istri.

Tapi, di sisi lain, dia juga tidak senang karena acaranya perpisahan. ’’Saya tidak pernah bercita-cita jadi Wapres. Orang tua menghendaki saya jadi ulama,” tuturnya saat memberikan sambutan.

Dia kembali berpesan kepada semua jajaran perangkat di Setwapres untuk terus bekerja maksimal. Termasuk dalam memberikan pelayanan kepada Wapres yang baru nanti. ’’Pelayanannya jangan berkurang. Kalau perlu ditingkatkan,’’ tandasnya.

Keharuan Bintang Puspayoga

Isak haru juga mewarnai acara perpisahan antara Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati atau yang akrab disapa Bintang Puspayoga dan media di Jakarta kemarin. Suaranya bergetar saat menyampaikan rasa terima kasihnya atas hadiah khusus yang disiapkan jurnalis yang biasa bertugas mengawal pemberitaan di Kementerian PPPA.

’’Ini kali pertama saya mendapatkan hadiah terkait kerja saya di kementerian. Ini hal yang tidak pernah saya pikirkan,” ujar Bintang sambil menyeka air matanya.

Tangisnya semakin pecah tatkala kembali mengenang perjalanan lima tahunnya bersama staf Kementerian PPPA dan media dalam menjalankan tugas. Bintang yang awalnya ragu saat diserahi tugas sebagai menteri PPPA justru berhasil memperjuangkan banyak hal untuk perempuan dan anak. Meski, menurut dia, belum semuanya sesuai target.

’’Berbicara mengenai isu perempuan dan anak, selama lima tahun ini, ketika ditanya soal perempuan di Indonesia, jujur sampai saat ini saya masih meneteskan air mata,” ujarnya dengan terbata.

Sebab, kesetaraan yang sudah diamanatkan konstitusi dinilainya belum tercapai sepenuhnya. Dia pun mendoakan, penerusnya bakal lebih baik nantinya dalam memperjuangkan isu perempuan dan anak. (*/c7/ttg/jpg)

 

Exit mobile version