25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Dapat Pelajaran tentang Hidup dari Tukang Pijat Tunanetra

Inspirasi itu datang
dari tiap titik dan tikungan yang mereka lewati saat trip keliling Surabaya: oh
ternyata banyak di luar sana yang nyari makan saja sulit. Kian hari kian banyak
yang bergabung meski awalnya tak sedikit yang nyinyir dan mencibir.

FARID S. MAULANA, Jakarta

 

COBA ketik tagar #HomelessCanEat
atau yang serupa itu di Instagram. Bisa ratusan unggahan dari komunitas atau penggemar
sepeda fixed gear alias fixie terpampang.

Dengan lokasi kota berbeda-beda,
tak cuma di Indonesia, tapi berbagai penjuru dunia. Bersepeda sambil melakukan aksi
sosial berbagi makanan kepada mereka yang membutuhkan.

Tapi, mungkin tak banyak
yang tahu, Bird Fixed Gear, komunitas pesepeda fixie, melakukannya sejak dua tahun
lalu. Inspirasinya mereka dapat dari berbagai trip keliling Surabaya.

Di tiap titik, tikungan,
atau jalanan sepi, Budiagam Triyulinugraha dan komunitasnya melihat pemandangan
yang menyentuh hati.

’’Masih banyak orang di
luar sana yang kekurangan, yang bingung cari makan tiap harinya. Sedangkan kami,
sudah kenyang malah bisa bersepeda untuk refreshing,” kata Agam, sapaan akrab Budiagam
Triyulinugraha, kepada Jawa Pos. 

Hati-hati yang tersentuh
itu kemudian tergerak.

’’Kami berpikir apa yang
bisa kami lakukan untuk sedikit membantu mereka yang membutuhkan,’’ terangnya.

Jadilah gerakan #HomelessCanEat
yang belakangan marak di mana-mana. Sebulan sekali, 40-an anggota Bird Fixed Gear
membeli makanan dan minuman sebanyak-banyaknya sesuai dengan hasil urunan komunitas.

Makanan dan minuman itu
lantas dibawa bersepeda keliling Surabaya. Tiap kali melihat ’’target”, maksudnya
sosok warga sepuh yang masih mencari nafkah di malam hari, makanan dan minuman yang
dibawa itu diberikan sebagai wujud kepedulian.

Baca Juga :  Bantu Pemadaman, Relawan Ini Hampir Dijemput Maut Karena Kabel Listrik

Hampir tiap kali melakukan
aksi, jumlah pesepeda yang ikut kian bertambah. Bungkusan makanan yang dibagi pun
semakin banyak.

Jika di awal berkegiatan
hanya 50 bungkus, saat ini sudah mencapai 100 bungkus tiap kali melakukan aksi.
’’Yang terakhir kemarin (17 Juli lalu, Red) adalah aksi ke-22 kami. Saya juga ingin
terus ada regenerasi, jadi bukan hanya kami-kami ini saja, lalu berhenti,” harapnya.

Untuk tiap anggota yang
baru ikut berkegiatan, Bird Fixed Gear punya aturan: dia mesti menyerahkan sendiri
makanan yang dia bawa. ’’Kalau misal yang hendak diberi makanan sedang tidur, kami
minta dibangunkan agar tumbuh rasa empati dan bersyukur,” kata Agam.

Tapi, tak semua sosok yang
dianggap layak dibantu bersedia menerima bantuan. ’’Ada yang justru merasa tidak
layak menerima bantuan,’’ ujar Dwi Budi, anggota lain Bird Fixed Gear.

Dwi lupa persisnya kapan,
yang jelas komunitas sepedanya pernah memberi seorang tukang pijat keliling tunanetra
makanan dan minuman. Tukang pijat itu dipilih karena dianggap layak lantaran masih
terus bekerja hingga malam. ’’Tapi, dia malah bilang masih bisa kerja, tidak ngemis.
Jadi, dia minta kasih saja bagiannya kepada orang yang lebih membutuhkan,’’ kenang
Dwi.

Peristiwa-peristiwa seperti
itu yang justru membuat Dwi begitu mencintai kegiatan #HomelessCanEat. Selain membantu
sesama, aksi tersebut memberinya banyak pelajaran berharga tentang hidup.

’’Banyak bersyukur. Jadi,
gara-gara sering ngalamin seperti itu, setiap ada masalah, kami mencoba happy karena
banyak orang di luar sana yang bersyukur meski kondisinya tidak sebaik kami,’’ jelasnya.

Baca Juga :  Hasil Sempat Invalid, Terpaksa Swab Dua Kali

Di awal memulai #HomelessCanEat,
tidak berarti semuanya berjalan mulus. Walau bersifat gerakan sosial, pandangan
masyarakat ataupun komunitas serupa tak lantas positif.

Banyak yang nyinyir atau
malah memandang aksi Bird Fixed Gear tersebut hanya ajang pamer di media sosial.
’’Karena memang kami share di media sosial komunitas tiap kali melakukan aksi. Tapi,
kami diam saja atas semua sindiran itu karena memang tujuan kami baik kok,’’ tuturnya.

Kegigihan mereka berbuah
manis dengan kian banyaknya pesepeda yang ikut berkegiatan sosial. Padahal, kendala
tak terduga juga kerap datang.

Misalnya, cuaca. Pernah
suatu hari, ketika semua makanan dan minuman siap diantarkan kepada yang membutuhkan,
hujan deras melanda Surabaya. Banjir di mana-mana.

’’Hari itu juga banyak yang
tiba-tiba tidak bisa datang,” kenang Agam.

Akhirnya dengan hanya beberapa
orang, semua makanan dan minuman yang tak sedikit jumlahnya itu tetap dikelilingkan.

’’Teles kebes (basah kuyup)
Mas, tapi nikmat ketika mendapat apresiasi dari mereka yang kami bantu,’’ tutur
Agam, lantas tersenyum, mengenang momen tersebut.

Gerakan #HomelessCanEat
itu juga mendukung brand-brand makanan dan minuman lokal dengan cara membeli produk
mereka. Jadi, ada dua pihak yang bisa sekaligus terbantu.

Dalam waktu dekat, rencananya
komunitas Bird Fixed Gear bergerak ke Malang. Melakukan aksi #HomelessCanEat di
sana.

’’Tapi, belum tahu bagaimana ke sana. Apakah naik
mobil atau mancal langsung. Komunitas di sana sudah ready akan bantu kami,’’ bebernya.

Inspirasi itu datang
dari tiap titik dan tikungan yang mereka lewati saat trip keliling Surabaya: oh
ternyata banyak di luar sana yang nyari makan saja sulit. Kian hari kian banyak
yang bergabung meski awalnya tak sedikit yang nyinyir dan mencibir.

FARID S. MAULANA, Jakarta

 

COBA ketik tagar #HomelessCanEat
atau yang serupa itu di Instagram. Bisa ratusan unggahan dari komunitas atau penggemar
sepeda fixed gear alias fixie terpampang.

Dengan lokasi kota berbeda-beda,
tak cuma di Indonesia, tapi berbagai penjuru dunia. Bersepeda sambil melakukan aksi
sosial berbagi makanan kepada mereka yang membutuhkan.

Tapi, mungkin tak banyak
yang tahu, Bird Fixed Gear, komunitas pesepeda fixie, melakukannya sejak dua tahun
lalu. Inspirasinya mereka dapat dari berbagai trip keliling Surabaya.

Di tiap titik, tikungan,
atau jalanan sepi, Budiagam Triyulinugraha dan komunitasnya melihat pemandangan
yang menyentuh hati.

’’Masih banyak orang di
luar sana yang kekurangan, yang bingung cari makan tiap harinya. Sedangkan kami,
sudah kenyang malah bisa bersepeda untuk refreshing,” kata Agam, sapaan akrab Budiagam
Triyulinugraha, kepada Jawa Pos. 

Hati-hati yang tersentuh
itu kemudian tergerak.

’’Kami berpikir apa yang
bisa kami lakukan untuk sedikit membantu mereka yang membutuhkan,’’ terangnya.

Jadilah gerakan #HomelessCanEat
yang belakangan marak di mana-mana. Sebulan sekali, 40-an anggota Bird Fixed Gear
membeli makanan dan minuman sebanyak-banyaknya sesuai dengan hasil urunan komunitas.

Makanan dan minuman itu
lantas dibawa bersepeda keliling Surabaya. Tiap kali melihat ’’target”, maksudnya
sosok warga sepuh yang masih mencari nafkah di malam hari, makanan dan minuman yang
dibawa itu diberikan sebagai wujud kepedulian.

Baca Juga :  Bantu Pemadaman, Relawan Ini Hampir Dijemput Maut Karena Kabel Listrik

Hampir tiap kali melakukan
aksi, jumlah pesepeda yang ikut kian bertambah. Bungkusan makanan yang dibagi pun
semakin banyak.

Jika di awal berkegiatan
hanya 50 bungkus, saat ini sudah mencapai 100 bungkus tiap kali melakukan aksi.
’’Yang terakhir kemarin (17 Juli lalu, Red) adalah aksi ke-22 kami. Saya juga ingin
terus ada regenerasi, jadi bukan hanya kami-kami ini saja, lalu berhenti,” harapnya.

Untuk tiap anggota yang
baru ikut berkegiatan, Bird Fixed Gear punya aturan: dia mesti menyerahkan sendiri
makanan yang dia bawa. ’’Kalau misal yang hendak diberi makanan sedang tidur, kami
minta dibangunkan agar tumbuh rasa empati dan bersyukur,” kata Agam.

Tapi, tak semua sosok yang
dianggap layak dibantu bersedia menerima bantuan. ’’Ada yang justru merasa tidak
layak menerima bantuan,’’ ujar Dwi Budi, anggota lain Bird Fixed Gear.

Dwi lupa persisnya kapan,
yang jelas komunitas sepedanya pernah memberi seorang tukang pijat keliling tunanetra
makanan dan minuman. Tukang pijat itu dipilih karena dianggap layak lantaran masih
terus bekerja hingga malam. ’’Tapi, dia malah bilang masih bisa kerja, tidak ngemis.
Jadi, dia minta kasih saja bagiannya kepada orang yang lebih membutuhkan,’’ kenang
Dwi.

Peristiwa-peristiwa seperti
itu yang justru membuat Dwi begitu mencintai kegiatan #HomelessCanEat. Selain membantu
sesama, aksi tersebut memberinya banyak pelajaran berharga tentang hidup.

’’Banyak bersyukur. Jadi,
gara-gara sering ngalamin seperti itu, setiap ada masalah, kami mencoba happy karena
banyak orang di luar sana yang bersyukur meski kondisinya tidak sebaik kami,’’ jelasnya.

Baca Juga :  Hasil Sempat Invalid, Terpaksa Swab Dua Kali

Di awal memulai #HomelessCanEat,
tidak berarti semuanya berjalan mulus. Walau bersifat gerakan sosial, pandangan
masyarakat ataupun komunitas serupa tak lantas positif.

Banyak yang nyinyir atau
malah memandang aksi Bird Fixed Gear tersebut hanya ajang pamer di media sosial.
’’Karena memang kami share di media sosial komunitas tiap kali melakukan aksi. Tapi,
kami diam saja atas semua sindiran itu karena memang tujuan kami baik kok,’’ tuturnya.

Kegigihan mereka berbuah
manis dengan kian banyaknya pesepeda yang ikut berkegiatan sosial. Padahal, kendala
tak terduga juga kerap datang.

Misalnya, cuaca. Pernah
suatu hari, ketika semua makanan dan minuman siap diantarkan kepada yang membutuhkan,
hujan deras melanda Surabaya. Banjir di mana-mana.

’’Hari itu juga banyak yang
tiba-tiba tidak bisa datang,” kenang Agam.

Akhirnya dengan hanya beberapa
orang, semua makanan dan minuman yang tak sedikit jumlahnya itu tetap dikelilingkan.

’’Teles kebes (basah kuyup)
Mas, tapi nikmat ketika mendapat apresiasi dari mereka yang kami bantu,’’ tutur
Agam, lantas tersenyum, mengenang momen tersebut.

Gerakan #HomelessCanEat
itu juga mendukung brand-brand makanan dan minuman lokal dengan cara membeli produk
mereka. Jadi, ada dua pihak yang bisa sekaligus terbantu.

Dalam waktu dekat, rencananya
komunitas Bird Fixed Gear bergerak ke Malang. Melakukan aksi #HomelessCanEat di
sana.

’’Tapi, belum tahu bagaimana ke sana. Apakah naik
mobil atau mancal langsung. Komunitas di sana sudah ready akan bantu kami,’’ bebernya.

Terpopuler

Artikel Terbaru