30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Hasil Sempat Invalid, Terpaksa Swab Dua Kali

Dua bulan
bukan waktu sebentar bagi keluarga ini untuk lepas dari jeratan Covid-19. Semua
itu mereka lalui dengan ketabahan dan kedisiplinan. Menjalani berkali-kali swab
test sebelum dinyatakan sembuh.

 

 

 

PERJUANGAN melawan
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) bukan hal gampang. Semua aktivitas mereka
harus dilalui dengan hati-hati. Agar mereka tak menulari orang lain.

 

Seperti
itulah gambaran keseharian keluarga Nur Akhlis selama dua bulan ini. Satu
keluarga ini terpapar korona sejak dua bulan silam. Tertular dari kepala rumah
tangga, Nur Akhlis, yang merupakan pasien terkonfirmasi positif korona pertama
di Kabupaten Kediri. Nur Akhlis sendiri mengembuskan napas terakhirnya sebelum
hasil swab test keluar.

 

Dua bulan
lebih keluarga ini harus berjuang melakukan karantina mandiri. Hingga akhirnya
kini tiga orang dalam satu keluarga itu dinyatakan sembuh.

 

Kejadian 24
Maret itu mungkin menjadi hari yang tak diinginkan keluarga ini. Bagaimana
tidak, sosok sang ayah yang sangat disegani masyarakat itu telah tiada. Tepat
dua hari sebelum hasil positif terkonfirmasi Covid-19 keluar.

Baca Juga :  Berharap Tes Swab Segera Jadi Standar Pemeriksaan

 

“Saat
karantina, Alhamdulillah selama ini punya kedekatan dengan tokoh-tokoh religi
yang selalu memberi dukungan,” aku Erwan Sholeh, sang menantu, saat ditemui di
rumahnya, di Jalan Flamboyan, Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, (20/6).

 

Pria 32
tahun ini dinyatakan positif pada 5 April. Bersamaan dengan ibu mertuanya,
Liliek Sosiowati, dan istrinya, Baqiyatus Sholihah. Setelah mereka menjalani
tes swab pada 2 April. Tepat 10 hari setelah meninggalnya sang ayah.

 

Kenyataan
itu menjadi ujian baru bagi keluarga ini. Butuh waktu lama untuk mengusir virus
dari tubuh mereka. Erwan baru dinyatakan sembuh setelah dua bulan. “Swab 23 Mei
hasilnya saya dan ibu negatif,” ungkapnya.

 

Sayangnya,
hasil beda diperoleh istrinya. Berdasar hasil swab yang keluar 30 Mei itu Itus
dinyatakan invalid. Artinya sampel tak terdeteksi apakah positif atau negative.
Otomatis perempuan 27 tahun ini harus menjalani swab ulang.

 

Erwan
sendiri menjalani empat kali swab. Tes yang ketiga dan keempat negatif secara
beruntun. Istrinya bahkan menjalani enam kali swab! Karena yang keempat invalid
maka harus menjalani dua kali swab lagi untuk memastikan hasil. Dua kali swab
terakhir itu merujuk hasil negatif.

Baca Juga :  Sowan Kiai NU sebelum Bikin Walisongo Chronicles

 

Beda lagi
dengan cerita Liliek. Sang ibu sempat negatif di swab keempat. Sayangnya
positif lagi di swab kelima. Total Liliek menjalani tujuh kali swab test!

 

Perjalanan
panjang melawan penyakit itu tentu saja tak mudah. Meskipun demikian ada resep
yang digunakan keluarga ini. Resep yang tergolong manjur. Ikhlas dan tabah agar
imun tetap terjaga.

 

Hal ini juga
tak terlepas dari fatwa bahwa mereka yang meninggal karena pandemi ini
merupakan golongan yang meninggal dengan cara sahid. Tentu keikhlasan keluarga
menjadi salah satu yang menguatkan mereka

 

“Selain
ikhlas dan ridhlo, selama ini juga harus patuh dan disiplin menjalankan
protokol kesehatan pencegahan penularan korona. Dengan menjaga kondisi agar
tetap fit. Paling penting adalah mengisi kegiatan positif. Salah satunya dengan
mengaji,” terang pria yang juga tutor di lembaga kursus Effective English
Convention Course (EECC) tersebut.

 

Dua bulan
bukan waktu sebentar bagi keluarga ini untuk lepas dari jeratan Covid-19. Semua
itu mereka lalui dengan ketabahan dan kedisiplinan. Menjalani berkali-kali swab
test sebelum dinyatakan sembuh.

 

 

 

PERJUANGAN melawan
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) bukan hal gampang. Semua aktivitas mereka
harus dilalui dengan hati-hati. Agar mereka tak menulari orang lain.

 

Seperti
itulah gambaran keseharian keluarga Nur Akhlis selama dua bulan ini. Satu
keluarga ini terpapar korona sejak dua bulan silam. Tertular dari kepala rumah
tangga, Nur Akhlis, yang merupakan pasien terkonfirmasi positif korona pertama
di Kabupaten Kediri. Nur Akhlis sendiri mengembuskan napas terakhirnya sebelum
hasil swab test keluar.

 

Dua bulan
lebih keluarga ini harus berjuang melakukan karantina mandiri. Hingga akhirnya
kini tiga orang dalam satu keluarga itu dinyatakan sembuh.

 

Kejadian 24
Maret itu mungkin menjadi hari yang tak diinginkan keluarga ini. Bagaimana
tidak, sosok sang ayah yang sangat disegani masyarakat itu telah tiada. Tepat
dua hari sebelum hasil positif terkonfirmasi Covid-19 keluar.

Baca Juga :  Berharap Tes Swab Segera Jadi Standar Pemeriksaan

 

“Saat
karantina, Alhamdulillah selama ini punya kedekatan dengan tokoh-tokoh religi
yang selalu memberi dukungan,” aku Erwan Sholeh, sang menantu, saat ditemui di
rumahnya, di Jalan Flamboyan, Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, (20/6).

 

Pria 32
tahun ini dinyatakan positif pada 5 April. Bersamaan dengan ibu mertuanya,
Liliek Sosiowati, dan istrinya, Baqiyatus Sholihah. Setelah mereka menjalani
tes swab pada 2 April. Tepat 10 hari setelah meninggalnya sang ayah.

 

Kenyataan
itu menjadi ujian baru bagi keluarga ini. Butuh waktu lama untuk mengusir virus
dari tubuh mereka. Erwan baru dinyatakan sembuh setelah dua bulan. “Swab 23 Mei
hasilnya saya dan ibu negatif,” ungkapnya.

 

Sayangnya,
hasil beda diperoleh istrinya. Berdasar hasil swab yang keluar 30 Mei itu Itus
dinyatakan invalid. Artinya sampel tak terdeteksi apakah positif atau negative.
Otomatis perempuan 27 tahun ini harus menjalani swab ulang.

 

Erwan
sendiri menjalani empat kali swab. Tes yang ketiga dan keempat negatif secara
beruntun. Istrinya bahkan menjalani enam kali swab! Karena yang keempat invalid
maka harus menjalani dua kali swab lagi untuk memastikan hasil. Dua kali swab
terakhir itu merujuk hasil negatif.

Baca Juga :  Sowan Kiai NU sebelum Bikin Walisongo Chronicles

 

Beda lagi
dengan cerita Liliek. Sang ibu sempat negatif di swab keempat. Sayangnya
positif lagi di swab kelima. Total Liliek menjalani tujuh kali swab test!

 

Perjalanan
panjang melawan penyakit itu tentu saja tak mudah. Meskipun demikian ada resep
yang digunakan keluarga ini. Resep yang tergolong manjur. Ikhlas dan tabah agar
imun tetap terjaga.

 

Hal ini juga
tak terlepas dari fatwa bahwa mereka yang meninggal karena pandemi ini
merupakan golongan yang meninggal dengan cara sahid. Tentu keikhlasan keluarga
menjadi salah satu yang menguatkan mereka

 

“Selain
ikhlas dan ridhlo, selama ini juga harus patuh dan disiplin menjalankan
protokol kesehatan pencegahan penularan korona. Dengan menjaga kondisi agar
tetap fit. Paling penting adalah mengisi kegiatan positif. Salah satunya dengan
mengaji,” terang pria yang juga tutor di lembaga kursus Effective English
Convention Course (EECC) tersebut.

 

Terpopuler

Artikel Terbaru