26.5 C
Jakarta
Tuesday, November 26, 2024

Melihat Perkembangan Pengrajin Batik Khas Dayak Kalteng

PALANGKA RAYA – Eksistensi motif batik khas Provinsi
Kalteng saat ini dirasakan mulai ada peningkatan, hal tersebut dilihat dari
banyaknya jumlah pengrajin di berbagai daerah di Kalteng terutama di Kota
Palangka Raya.

Para pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM) tersebut,
secara teknis memproduksi batik dengan motif khas Dayak Kalteng. Salah satu
pelaku usaha yang terbilang lama menekuni produksi batik Dayak yaitu H.
Muchidin.

Bapak Muchidin mulai memproduksi batik sejak tahun 1995
silam, dimana pada awalnya dia datang ke Palangka Raya untuk bekerja dan
mengumpulkan modal untuk membuka usaha batik di Pekalongan dan dijual di Kota
Palangka Raya.

Dijelaskan Yunan Bahtiyar anak dari H Muchidin, alasan
orang tuanya mendirikan tempat produksi di Pekalongan dikarenakan bahan disana
relatif murah dan terjangkau. Dipilihnya untuk memproduksi batik khas Dayak
Kalteng, karena memiliki seni dan budaya dan keunikan tersendiri.

Baca Juga :  UNIK ! Masukan dan Saran Ditulis Tamu di Daun Pohon Pelayanan, Kabid d

“Dengan berkembangnya batik maka akan berkembang pula
perekonomian di daerah tersebut, selain itu memberikan pemahaman dan
pengetahuan kepada masyarakat serta bagi para pengrajin batik lainnya budaya
suatu daerah harus dijaga dan dilestarikan,” jelasnya kepada awak media Kalteng
Pos, Minggu (1/3).

Dalam proses pembuatan batik kata Yunan, terbagi menjadi
dua kelompok. Untuk batik cap yang sederhana biasanya paling cepat 2-4 Minggu,
sedangkan untuk batik tulis memakan waktu bisa satu hingga dua bulan
produksinya.

“Model batik sebelum tahun 2000, di toko sering disebut
batik khas Dayak model lama biasanya lebih kuat dan awet dari yang sekarang
karena penggunaan bahannya lebih bagus, sedangkan untuk harga batik cap dengan
ukuran 2,5m dikenakan harga Rp150ribu, dan untuk batik tulis berukuran 2 m
dipatok harga Rp250ribu”terang Yunan.

Baca Juga :  Terkesan dengan Batik dan Busana Etnik, Rencankaan Hadir di FBIM 2021

Untuk pemasaran batik 
tambahnya, pihaknya memiliki kerja sama dengan beberapa daerah di
Kalteng. Mulai dari Pangkalanbun, Sampit, dan Palangka Raya, namun saat ini
Pangkalanbun memiliki motif batik sendiri, otomatis kami ikut memproduksi motif
daerah di sana.

“Perlu untuk diketahui, harga batik dari pengrajin dan
ditoko memiliki perbedaan yang lumayan yaitu Rp100-400 ribu per potong kainnya,”
pungkasnya. (pra)

PALANGKA RAYA – Eksistensi motif batik khas Provinsi
Kalteng saat ini dirasakan mulai ada peningkatan, hal tersebut dilihat dari
banyaknya jumlah pengrajin di berbagai daerah di Kalteng terutama di Kota
Palangka Raya.

Para pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM) tersebut,
secara teknis memproduksi batik dengan motif khas Dayak Kalteng. Salah satu
pelaku usaha yang terbilang lama menekuni produksi batik Dayak yaitu H.
Muchidin.

Bapak Muchidin mulai memproduksi batik sejak tahun 1995
silam, dimana pada awalnya dia datang ke Palangka Raya untuk bekerja dan
mengumpulkan modal untuk membuka usaha batik di Pekalongan dan dijual di Kota
Palangka Raya.

Dijelaskan Yunan Bahtiyar anak dari H Muchidin, alasan
orang tuanya mendirikan tempat produksi di Pekalongan dikarenakan bahan disana
relatif murah dan terjangkau. Dipilihnya untuk memproduksi batik khas Dayak
Kalteng, karena memiliki seni dan budaya dan keunikan tersendiri.

Baca Juga :  UNIK ! Masukan dan Saran Ditulis Tamu di Daun Pohon Pelayanan, Kabid d

“Dengan berkembangnya batik maka akan berkembang pula
perekonomian di daerah tersebut, selain itu memberikan pemahaman dan
pengetahuan kepada masyarakat serta bagi para pengrajin batik lainnya budaya
suatu daerah harus dijaga dan dilestarikan,” jelasnya kepada awak media Kalteng
Pos, Minggu (1/3).

Dalam proses pembuatan batik kata Yunan, terbagi menjadi
dua kelompok. Untuk batik cap yang sederhana biasanya paling cepat 2-4 Minggu,
sedangkan untuk batik tulis memakan waktu bisa satu hingga dua bulan
produksinya.

“Model batik sebelum tahun 2000, di toko sering disebut
batik khas Dayak model lama biasanya lebih kuat dan awet dari yang sekarang
karena penggunaan bahannya lebih bagus, sedangkan untuk harga batik cap dengan
ukuran 2,5m dikenakan harga Rp150ribu, dan untuk batik tulis berukuran 2 m
dipatok harga Rp250ribu”terang Yunan.

Baca Juga :  Terkesan dengan Batik dan Busana Etnik, Rencankaan Hadir di FBIM 2021

Untuk pemasaran batik 
tambahnya, pihaknya memiliki kerja sama dengan beberapa daerah di
Kalteng. Mulai dari Pangkalanbun, Sampit, dan Palangka Raya, namun saat ini
Pangkalanbun memiliki motif batik sendiri, otomatis kami ikut memproduksi motif
daerah di sana.

“Perlu untuk diketahui, harga batik dari pengrajin dan
ditoko memiliki perbedaan yang lumayan yaitu Rp100-400 ribu per potong kainnya,”
pungkasnya. (pra)

Terpopuler

Artikel Terbaru