Rapatnya seperti bukan rapat. Tidak ada hasil. Padahal inilah pertemuan paling ditunggu dunia: KTT G7 di pegunungan indah Kanada.
Sebelum G7 pun sudah banyak yang pesimistis. Utamanya karena dunia lagi resah: ekonominya, politiknya, keamanannya. Akhirnya tidak ada kesepakatan yang bisa diumumkan di akhir KTT G7 kemarin.
Yang ada adalah pernyataan basa-basi: Iran-Israel jangan kian panas, Gaza reda, Israel punya hak hidup, sanksi untuk Rusia perlu diperberat.
Presiden Donald Trump sangat kecewa soal Rusia ini. Ia menyesalkan mengapa Rusia dikeluarkan dari G8. Akibatnya Russia kian agresif.
Saking marahnya sampai Trump salah sebut: dikeluarkannya Rusia itu akibat kebijakan salah dari Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. Padahal saat Rusia dipecat dari G8 Trudeau belum jadi perdana menteri.
Trump sendiri pulang lebih awal. Alasannya Anda sudah tahu: ingin lebih memperhatikan situasi di Timur Tengah.
Trump memang di pusat perhatian. Pemerintah Trump lagi negosiasi dengan Iran soal nuklir.
Israel kurang senang dengan gelagat yang akan diputuskan Trump. Pun di dalam negeri Amerika. Pendukung Trump kurang senang dengan rencana keputusan Trump di perjanjian nuklir itu.
Dari segi yang hadir, G7 kali ini juga kurang greget. Meksiko tidak hadir. Arab Saudi juga absen. India begitu juga. Pun Indonesia.
Mereka memang bukan anggota G7 tapi diundang. Presiden Prabowo Subianto pilih ke Rusia –seperti ingin menampar G7. Tapi yang paling menarik adalah ketidakhadiran PM India Narindra Modi.
“Kalau Modi ke Kanada ia bisa tewas ditembak ekstremis India di sana,” tulis sebuah media di Kanada.
Tapi alasan formal Modi adalah: India kecewa pada Kanada. Anda sudah tahu: Kanada resmi menuduh pemerintah India terlibat pembunuhan tokoh utama Sikh, Hardeep Singh Nijjar.
Nijjar tewas 18 Juni 2023 pukul 20.30. Nijjar ditembak di halaman parkir rumah ibadah Sikh di Surrey, hanya beberapa kilometer di selatan kota besar Vancouver.
Nijjar adalah pemimpin Gurdwara Guru Nanak dan advokat gerakan pro–Khalistan di Kanada. Gurdwara adalah rumah ibadah Sikh.
Tidak hanya itu. Nijjar adalah tokoh utama organisasi Sikhs for Justice. Organisasi itu mendukung berdirinya negara Khalistan yang terpisah dari India. Angkatan bersenjatanya disebut Tiger Force.
Negara Khalistan yang diperjuangkannya adalah wilayah yang sangat luas. Mulai dari Punjab, Haryana, Chandigarh sampai New Delhi bagian barat.
Di Punjab itulah kota suci Sikh berada. Orang Sikh ”naik haji” dan ”umrah” ke Amritsar itu. Kota sucinya hidup sepanjang siang dan malam. Gemerlapan bercahaya. Waktu di sana saya serasa seperti berada di Makkah yang berbeda.
Dari sini pula saya ke perbatasan India-Pakistan. Dari perbatasan ini terlihat Gurdwara Guru Nanak yang asli yang ada di Pakistan. Jaraknya hanya sekitar 1 km dari perbatasan.
Saya ingin ke sana lagi: apakah rencana membangun jembatan lintas batas dulu itu jadi dilaksanakan. Lewat jembatan itu orang Sikh bisa ke Guru Nanak cukup jalan kaki lewat jembatan. Tidak harus naik pesawat muter-muter ke Lahore.
Saya tidak tahu apakah jembatan itu jadi dibangun. Hubungan bertetangga India-Pakistan ibarat Tom & Jerry.
Tentu India menjadikan Nijjar musuh negara. Tapi membunuhnya di negara lain membuat negara itu marah. Nijjar memang sering dikuntit orang yang mencurigakan.
Setahun sebelumnya pemerintah India memang mengumumkan sayembara: akan memberi hadiah kepada siapa pun yang bisa memberikan informasi di mana Nijjar. Tentu informasi yang bisa mengarah ke penangkapannya.
Malam itu Nijjar terlihat keluar dari rumah ibadah. Ia menuju tempat parkir. Mobil pikap miliknya menunggu di tempat parkir. Merek mobilnya Dodge Rum. Saat itulah 50 peluru ditembakkan ke tubuhnya. Sebanyak 34 peluru berhasil menembus jasadnya. Tewas.
Si penembak lari melewati taman. Dua orang. Lalu naik ke mobil Toyota Camry yang menunggu tidak jauh dari situ.
Intelijen Kanada sebenarnya sudah mengingatkan Nijjar untuk waspada. Tapi Nijjar sangat percaya diri. Kanada pun melakukan penyelidikan. Kesimpulannya: pemerintah India terlibat.
Ribuan orang mengantarkan jenazah Nijjar ke pemakaman. Ribuan orang pula demo ke konsulat India di Vancouver. Mereka marah pada Modi. Mereka menunggu kedatangan Modi di G7.
Dengan absennya Modi Anda pun tidak lagi memperhatikan G7. Anda lebih berharap Iran terus menghajar Israel. (Dahlan Iskan)