29.8 C
Jakarta
Thursday, November 6, 2025

Hati Robot

Hari transplant pun tiba: Jumat. Pukul 08.00, Nisa, sang istri, dibawa lebih dulu ke ruang operasi. Hatinyi akan diambil separo untuk menyelamatkan nyawa suami.

Dua jam kemudian giliran suami dibawa ke ruang operasi. Jalannya operasi diperkirakan sampai sembilan jam. Berarti sampai malam hari. Nyatanya lebih dari 10 jam.

Pukul 22.00 baru ada kabar. Nisa sudah dibawa ke ICCU. Sang suami, Mas Olik, masih di ruang operasi.

Pukul 23.00 belum juga ada kabar. Sudah lebih 11 jam. Baru pukul 24.00 ada kabar: operasi pemasangan hati istri ke tubuh suami sudah selesai. Sebentar lagi dibawa ke ICCU.

Paginya saya ke ICCU. Sudah keduluan kakak perempuan dan iparnya. Saya dapat laporan: mas Olik sudah siuman dari anestesinya. Bahkan sudah melakukan video call dengan keluarga di Mojokerto.

Bukan main kaget hati ini. Sudah lakukan video call? Pakai telepon siapa? Mengapa diizinkan? Bagaimana begitu sembrononya?

Saya antara marah, sewot, dan gembira. Lalu saya minta tidak boleh lagi euforia seperti itu. Belum tentu transplant ini berhasil. Apalagi kalau euforianya tidak tertahankan seperti itu.

Saya sendiri akhirnya masuk ICCU tidak sampai satu menit. Saya lihat Nisa dan suami berada di tempat tidur yang bersebelahan. Dua-duanya tersenyum ke saya. Saya membalasnya dengan senyum kecut. Saya ingin kirim pesan khusus ke mereka lewat kekecutan itu.

Sebenarnya sudah beberapa kali saya pesankan: kelak, setelah siuman dari transplant akan muncul perasaan gembira luar biasa. Perasaan itu harus direm. Cukup dengan mengucapkan syukur.

Apalagi laki-laki. Yang ketika sakit sakitnya lama. Berbulan. Kian parah. Sudah dianggap akan mati. Sudah tidak diperhitungkan oleh teman-temannya. Ketika transplant berhasil ia akan tergoda untuk segera unjuk diri: aku sembuh! Aku tidak sakit lagi! I will be back soon!

 

Maka pesan untuk tidak euforia itu saya ulangi lagi. Tidak boleh. Saya telepon keluarganya: tidak boleh menelepon Mas Olik. Cukup dapat kabar keadaan terbaru dari Bu Lilik.

Baca Juga :  Kongres Bali

Satu minggu kemudian saya dapat kabar Nisa sudah bisa mandi sendiri. Bahkan sejak hari ketiga pasca diambil hatinyi. Mas Olik sudah diwajibkan turun dari tempat tidur. Harus mulai latihan jalan di sekitar tempat tidur.

Dua minggu kemudian saya dapat kabar: hati Nisa yang tinggal separo sudah mulai tumbuh. Selang-selang di tubuh Mas Olik mulai dilepas satu per satu. Sudah harus latihan jalan di koridor rumah sakit.

Memasuki minggu ketiga saya dapat kabar: Nisa sudah tidak dianggap pasien lagi. Kalau toh Nisa masih tetap tidur di tempat tidur yang sama, di sebelah suaminyi, tapi statusnyi sudah berubah sebagai penunggu pasien.

Akhir minggu ketiga Mas Olik sudah bukan lagi pasien. Sudah boleh “pulang” ke apartemen.

Saya pun tergerak untuk mengetes mereka: “Kapan pulang?”

Saya begitu lega ketika mendapat jawaban Nisa: “kami berencana pulang bulan Desember.” Alhamdulillah. Puji Tuhan. Amitaba!

Lalu saya anjurkan mereka untuk seminggu sekali meninggalkan Beijing. Jalan-jalan. Mereka pun sudah jalan-jalan. Yang pertama di Badaling –ke tembok besar Tiongkok. Justin yang menjadi tour guide-nya.

Minggu lalu Abror dapat izin ke Beijing. Mereka pun rekreasi ke Shanghai. Naik kereta cepat sejauh lima jam. Mereka empat hari di Shanghai.

Begitu maju transplant di zaman ini. Jauh lebih maju dibanding zaman saya 18 tahun lalu. Bahkan Nisa ternyata menjadi orang pertama di Tiongkok yang proses pengambilan hatinyi pakai robot.

Rumah sakit ini -北京友谊医院– dengan bangga mempublikasikan berita itu. Tentu dalam bahasa Mandarin. Inilah terjemahannya:

Salut untuk departemen bedah transplantasi hati kami! Berikut ini keterangan dari Dr Zhu Zhijun, direktur Transplantasi Hati: Sebuah peristiwa khusus keberhasilan transplantasi hati, donor hidup berbantuan robotik hari ini, pada separo hati kanan!

Setelah dilakukan pencarian literatur dan berita medis dari Tiongkok dan Inggris mengungkapkan bahwa ini bukan hanya operasi pengambilan separo hati kanan berbantuan robotik pertama di Rumah Sakit Persahabatan, tetapi juga transplantasi hati donor hidup berbantuan robotik pertama yang berhasil pada separo hati kanan di seluruh Tiongkok daratan!

Baca Juga :  Istana Garuda

Penerimanya adalah seorang pria berusia 42 tahun dengan sirosis hepatitis B stadium akhir dan gagal hati akut-kronis, dengan skor MELD 38. Hari ini, istrinya yang berusia 41 tahun mendonorkan separo hati kanannya dalam transplantasi hati donor hidup berbantuan robotik.

Pendonor dan penerima adalah pasangan dari Indonesia yang melakukan perjalanan jauh ke rumah sakit kami untuk berobat. Setelah persiapan praoperasi yang menyeluruh dan tinjauan etik transplantasi organ hidup, yang telah disetujui oleh rumah sakit, Komisi Kesehatan Kota Beijing, dan Komisi Kesehatan Nasional, operasi berhasil diselesaikan hari ini.

Tim transplantasi hati kami telah menyelesaikan lebih dari 300 operasi transplantasi hati donor hidup laparoskopi, termasuk hampir 60 transplantasi lobus kanan laparoskopi, yang menempati peringkat teratas di negara ini.

Dalam bidang bedah minimal invasif, bedah robotik menawarkan resolusi yang lebih tinggi, stabilitas operasional yang lebih baik, dan kurva pembelajaran yang lebih pendek daripada teknik laparoskopi.

Meskipun saat ini lebih mahal, kami percaya bahwa setelah diproduksi di dalam negeri dan diadopsi secara luas, ini pasti akan menjadi arah pengembangan bedah ke depan. Minggu ini, kami menyelesaikan empat operasi transplantasi hati donor hidup: ibu ke anak perempuan, anak laki-laki ke ayah, dan ibu ke anak laki-laki—tiga orang dewasa dan satu anak, dua transplantasi lobus kiri dan dua transplantasi lobus kanan. Terima kasih atas kerja keras Anda semua!].

Lewat persahabatan saya bisa mendapatkan foto robot operasi itu. Merknya ternyata daVinci. Itu buatan Amerika. Karena itu di dalam berita tadi disebut-sebut Tiongkok akan memproduksi sendiri robot itu agar harganya bisa lebih murah.

Saya minta Nisa menyimpan berita itu. Juga foto robotnya. Saya juga berpesan agar pulang ke Indonesia nanti Nisa berubah mode. Suaminyi nanti akan kelihatan lebih ganteng –seperti yang tua itu. Dia juga harus kelihatan lebih cantik.(Dahlan Iskan)

Hari transplant pun tiba: Jumat. Pukul 08.00, Nisa, sang istri, dibawa lebih dulu ke ruang operasi. Hatinyi akan diambil separo untuk menyelamatkan nyawa suami.

Dua jam kemudian giliran suami dibawa ke ruang operasi. Jalannya operasi diperkirakan sampai sembilan jam. Berarti sampai malam hari. Nyatanya lebih dari 10 jam.

Pukul 22.00 baru ada kabar. Nisa sudah dibawa ke ICCU. Sang suami, Mas Olik, masih di ruang operasi.

Pukul 23.00 belum juga ada kabar. Sudah lebih 11 jam. Baru pukul 24.00 ada kabar: operasi pemasangan hati istri ke tubuh suami sudah selesai. Sebentar lagi dibawa ke ICCU.

Paginya saya ke ICCU. Sudah keduluan kakak perempuan dan iparnya. Saya dapat laporan: mas Olik sudah siuman dari anestesinya. Bahkan sudah melakukan video call dengan keluarga di Mojokerto.

Bukan main kaget hati ini. Sudah lakukan video call? Pakai telepon siapa? Mengapa diizinkan? Bagaimana begitu sembrononya?

Saya antara marah, sewot, dan gembira. Lalu saya minta tidak boleh lagi euforia seperti itu. Belum tentu transplant ini berhasil. Apalagi kalau euforianya tidak tertahankan seperti itu.

Saya sendiri akhirnya masuk ICCU tidak sampai satu menit. Saya lihat Nisa dan suami berada di tempat tidur yang bersebelahan. Dua-duanya tersenyum ke saya. Saya membalasnya dengan senyum kecut. Saya ingin kirim pesan khusus ke mereka lewat kekecutan itu.

Sebenarnya sudah beberapa kali saya pesankan: kelak, setelah siuman dari transplant akan muncul perasaan gembira luar biasa. Perasaan itu harus direm. Cukup dengan mengucapkan syukur.

Apalagi laki-laki. Yang ketika sakit sakitnya lama. Berbulan. Kian parah. Sudah dianggap akan mati. Sudah tidak diperhitungkan oleh teman-temannya. Ketika transplant berhasil ia akan tergoda untuk segera unjuk diri: aku sembuh! Aku tidak sakit lagi! I will be back soon!

 

Maka pesan untuk tidak euforia itu saya ulangi lagi. Tidak boleh. Saya telepon keluarganya: tidak boleh menelepon Mas Olik. Cukup dapat kabar keadaan terbaru dari Bu Lilik.

Baca Juga :  Kongres Bali

Satu minggu kemudian saya dapat kabar Nisa sudah bisa mandi sendiri. Bahkan sejak hari ketiga pasca diambil hatinyi. Mas Olik sudah diwajibkan turun dari tempat tidur. Harus mulai latihan jalan di sekitar tempat tidur.

Dua minggu kemudian saya dapat kabar: hati Nisa yang tinggal separo sudah mulai tumbuh. Selang-selang di tubuh Mas Olik mulai dilepas satu per satu. Sudah harus latihan jalan di koridor rumah sakit.

Memasuki minggu ketiga saya dapat kabar: Nisa sudah tidak dianggap pasien lagi. Kalau toh Nisa masih tetap tidur di tempat tidur yang sama, di sebelah suaminyi, tapi statusnyi sudah berubah sebagai penunggu pasien.

Akhir minggu ketiga Mas Olik sudah bukan lagi pasien. Sudah boleh “pulang” ke apartemen.

Saya pun tergerak untuk mengetes mereka: “Kapan pulang?”

Saya begitu lega ketika mendapat jawaban Nisa: “kami berencana pulang bulan Desember.” Alhamdulillah. Puji Tuhan. Amitaba!

Lalu saya anjurkan mereka untuk seminggu sekali meninggalkan Beijing. Jalan-jalan. Mereka pun sudah jalan-jalan. Yang pertama di Badaling –ke tembok besar Tiongkok. Justin yang menjadi tour guide-nya.

Minggu lalu Abror dapat izin ke Beijing. Mereka pun rekreasi ke Shanghai. Naik kereta cepat sejauh lima jam. Mereka empat hari di Shanghai.

Begitu maju transplant di zaman ini. Jauh lebih maju dibanding zaman saya 18 tahun lalu. Bahkan Nisa ternyata menjadi orang pertama di Tiongkok yang proses pengambilan hatinyi pakai robot.

Rumah sakit ini -北京友谊医院– dengan bangga mempublikasikan berita itu. Tentu dalam bahasa Mandarin. Inilah terjemahannya:

Salut untuk departemen bedah transplantasi hati kami! Berikut ini keterangan dari Dr Zhu Zhijun, direktur Transplantasi Hati: Sebuah peristiwa khusus keberhasilan transplantasi hati, donor hidup berbantuan robotik hari ini, pada separo hati kanan!

Setelah dilakukan pencarian literatur dan berita medis dari Tiongkok dan Inggris mengungkapkan bahwa ini bukan hanya operasi pengambilan separo hati kanan berbantuan robotik pertama di Rumah Sakit Persahabatan, tetapi juga transplantasi hati donor hidup berbantuan robotik pertama yang berhasil pada separo hati kanan di seluruh Tiongkok daratan!

Baca Juga :  Istana Garuda

Penerimanya adalah seorang pria berusia 42 tahun dengan sirosis hepatitis B stadium akhir dan gagal hati akut-kronis, dengan skor MELD 38. Hari ini, istrinya yang berusia 41 tahun mendonorkan separo hati kanannya dalam transplantasi hati donor hidup berbantuan robotik.

Pendonor dan penerima adalah pasangan dari Indonesia yang melakukan perjalanan jauh ke rumah sakit kami untuk berobat. Setelah persiapan praoperasi yang menyeluruh dan tinjauan etik transplantasi organ hidup, yang telah disetujui oleh rumah sakit, Komisi Kesehatan Kota Beijing, dan Komisi Kesehatan Nasional, operasi berhasil diselesaikan hari ini.

Tim transplantasi hati kami telah menyelesaikan lebih dari 300 operasi transplantasi hati donor hidup laparoskopi, termasuk hampir 60 transplantasi lobus kanan laparoskopi, yang menempati peringkat teratas di negara ini.

Dalam bidang bedah minimal invasif, bedah robotik menawarkan resolusi yang lebih tinggi, stabilitas operasional yang lebih baik, dan kurva pembelajaran yang lebih pendek daripada teknik laparoskopi.

Meskipun saat ini lebih mahal, kami percaya bahwa setelah diproduksi di dalam negeri dan diadopsi secara luas, ini pasti akan menjadi arah pengembangan bedah ke depan. Minggu ini, kami menyelesaikan empat operasi transplantasi hati donor hidup: ibu ke anak perempuan, anak laki-laki ke ayah, dan ibu ke anak laki-laki—tiga orang dewasa dan satu anak, dua transplantasi lobus kiri dan dua transplantasi lobus kanan. Terima kasih atas kerja keras Anda semua!].

Lewat persahabatan saya bisa mendapatkan foto robot operasi itu. Merknya ternyata daVinci. Itu buatan Amerika. Karena itu di dalam berita tadi disebut-sebut Tiongkok akan memproduksi sendiri robot itu agar harganya bisa lebih murah.

Saya minta Nisa menyimpan berita itu. Juga foto robotnya. Saya juga berpesan agar pulang ke Indonesia nanti Nisa berubah mode. Suaminyi nanti akan kelihatan lebih ganteng –seperti yang tua itu. Dia juga harus kelihatan lebih cantik.(Dahlan Iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/