PROKALTENG.CO– Warga Tionghoa di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia, sebentar lagi akan merayakan tahun baru China atau lebih di kenal dengan Imlek 2025, yang jatuh pada 29 Januari 2025 mendatang.
Berbagai persiapan perayaan di gelar oleh warga Tionghoa di tanah air, mulai membersihkan rumah mereka, klenteng dan juga menyiapkan beragam makanan khas imlek.
Karena itulah, tahun Baru Imlek bagi warga Tionghoa adalah momen yang sangat penting.
Perayaan tahun baru imlek biasanya dimulai pada hari pertama bulan pertama di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh pada tanggal ke-15.
Malam tahun baru imlek dikenal sebagai malam pergantian tahun atau dalam bahasa Cina di sebut Chúxī.
Ada yang menarik dari perayaan Imlek warga Tionghoa, yakni ornamen yang di gunakan dalam perayaan Imlek selalu dominan warga merah, baik di klenteng maupun rumah warga Tionghoa.
Warna merah yang biasa di hadirkan oleh warga Tionghoa ini tak lepas dari mitos Nian.
Nian adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan, yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak, dan bahkan warga desa yang di temui Nian.
Agar tidak menjadi korban Nian, warga biasanya menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun.
Dengan menaruh makanan, warga mempercayai Nian akan memakan makanan dan tidak menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil panen.
Namun, pada suatu ketika, warga desa melihat Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah.
Sejak bertemu anak kecil berpakaian warna merah itulah, Nian tidak pernah datang kembali ke desa.
Nian pada akhirnya ditangkap oleh Hongjun Laozu, dewa Taoisme dalam kisah Fengsheng Yanyi, dan dijadikan kendaraan Honjun Laozu. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah.
Sejak saat itulah, setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas warna merah di jendela dan pintu.
Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian.
Adat-adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan tahun baru. Guò nián yang berarti “menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti “mengusir Nian”.
Tradisi lentera dan lampion serta gulungan kertas warna merah, serta pesta kembang ini kemudian menjadi tradisi perayaan Imlek yang tak hanya di lakukan di Cina saja, namun juga di lakukan warga Tionghoa di luar Cina termasuk Indonesia.
Mitos tentang Nian, makhluk rakasasa ini bisa dit ditemukan dalam buku Jingchu Sui Shi Ji, catatan kebiasaan tahun baru Jingchu ini dibuat pada zaman Dinasti Selatan dan ditulis oleh Zong Lin pada tahun 498–561. (sls/jpg)