26.4 C
Jakarta
Sunday, November 2, 2025

Heidi Klum Evolusi Heidiween: Ketika Halloween Jadi Panggung Seni dan Branding Diri

BAGI banyak orang, Halloween adalah malam yang menyeramkan. Tapi bagi Heidi Klum, itu adalah ajang pamer kreativitas paling spektakuler di dunia hiburan.

Dua puluh tahun lebih, supermodel asal Jerman itu berhasil mengubah pesta kostum menjadi pertunjukan seni rupa hidup, bahkan lebih dinanti daripada red carpet Oscar.

Halloween milik Heidi bukan sekadar pesta. Ia menjelma menjadi fenomena budaya bernama Heidiween.

Dari Catwalk ke Panggung Horor
Sebagai supermodel, Heidi Klum sudah terbiasa memikat kamera. Namun sejak 2000-an awal, ia menemukan cara baru memikat dunia, dengan menjadikan tubuhnya kanvas seni setiap malam Halloween.

Bukan dandanan cantik atau gaun glamor yang ia kejar, melainkan transformasi total.

Ia pernah muncul sebagai kera, zombie, alien, bahkan versi dirinya yang tua renta.

Tahun 2025, Heidi kembali membuat dunia terpukau lewat kostum Medusa, makhluk mitologi Yunani dengan ular hidup di kepalanya.

Begitu ia melangkah ke pesta di Hard Rock Hotel New York, seluruh ruangan langsung hening. Ular-ular di kepalanya bergerak, menjulurkan lidah, seolah hidup.

“Sangat jelek,” ujarnya sambil tertawa saat wartawan menanyakan inspirasinya. Tapi di balik kata “jelek”, tersimpan keindahan grotesk yang jadi ciri khas Heidi.

Dari Fashion ke Fantasi
Transformasi Heidi tiap tahun bukan hasil kerja semalam.
Menurut BBC, tata rias tahun ini dikerjakan oleh Mike Marino, seniman prostetik yang masuk nominasi Oscar.

Baca Juga :  Alternatif Wisata Pecinta Seni Kontemporer di Makau

Bersama tim berisi 35 orang, mereka menyiapkan tampilan Heidi selama berminggu-minggu. Hasilnya? Bukan hanya kostum, tapi karya seni hidup.

Marino menyebut proyek Heidi sebagai kolaborasi antara imajinasi, teknologi, dan fashion.

“Dia tahu apa yang ingin dicapai: sesuatu yang belum pernah dilihat dunia,” ujarnya.

Kostum Medusa Heidi bahkan memiliki sistem mekanik di kepala yang digerakkan jarak jauh agar ular-ularnya bisa bergerak alami.

Dalam satu malam, Heidi memindahkan batas antara mode dan mitologi, antara fantasi dan realitas.

Heidiween: Tradisi yang Jadi Budaya Pop
Kini, setiap akhir Oktober, publik tak hanya menantikan Halloween, tapi menantikan apa yang akan dilakukan Heidi Klum.

Istilah “Heidiween” lahir dari media dan penggemar yang melihat pesta itu bukan lagi sekadar pesta pribadi, melainkan festival budaya pop global.

Para selebritas mulai menyesuaikan diri. Dari model, aktor, hingga influencer, semua berlomba menunjukkan kostum terbaik saat diundang ke Heidiween.

“Bahkan sebelum Oktober, mereka sudah merancang kostum,” tulis Variety.

“Kalau sudah dapat undangan Heidi Klum, itu artinya kamu harus siap jadi tontonan.”

Tak heran, pesta ini disebut-sebut lebih bergengsi dari Halloween di Gedung Putih. Semua tahu, kalau sudah bicara Halloween, Heidi Klum is the moment.

Media memanggilnya Queen of Spooky, tapi sebenarnya Heidi adalah Ratu Imajinasi.

Baca Juga :  Mengenal Terapi Seni untuk Menjaga Kesehatan Mental

Ia mengubah persepsi tentang “seram” menjadi “spektakuler”.

Dari riasan ekstrem, prostetik realistik, hingga penggarapan yang menyerupai produksi film, setiap penampilan Heidi adalah hasil kurasi visi artistik yang matang.

“Bagi saya, Halloween bukan tentang menakut-nakuti, tapi tentang menghidupkan ide yang gila,” katanya dalam wawancara dengan Entertainment Tonight.

Suaminya, Tom Kaulitz, juga ikut masuk ke dalam narasi kreatif itu. Jika Heidi tahun ini menjadi Medusa, Tom tampil sebagai manusia batu, korban tatapan sang Medusa.

Keduanya bukan sekadar pasangan yang tampil serasi, tapi duet konseptual yang menunjukkan kolaborasi antara cinta dan seni.

Yang membedakan Heidiween dengan pesta selebritas lain adalah nilai artistik dan detailnya.

Setiap sudut ruangan, red carpet, hingga daftar tamu disusun dengan narasi tertentu. Tamu tak sekadar hadir, mereka menjadi bagian dari “kisah horor glamor” yang dibangun Heidi.

Di antara yang hadir tahun ini, YouTuber James Charles mencuri perhatian dengan tampil sebagai headless horseman, penunggang kuda tanpa kepala yang membawa kepalanya sendiri.

Pose-pose para tamu di red carpet pun bukan sembarang gaya. Mereka berakting sesuai karakter masing-masing, seolah berada dalam film fantasi.

Heidiween kini menjadi panggung tahunan ekspresi diri, tempat selebritas menantang batas identitas, menampilkan sisi liar dan unik mereka tanpa takut dihakimi. (pojoksatu/jpg)

 

BAGI banyak orang, Halloween adalah malam yang menyeramkan. Tapi bagi Heidi Klum, itu adalah ajang pamer kreativitas paling spektakuler di dunia hiburan.

Dua puluh tahun lebih, supermodel asal Jerman itu berhasil mengubah pesta kostum menjadi pertunjukan seni rupa hidup, bahkan lebih dinanti daripada red carpet Oscar.

Halloween milik Heidi bukan sekadar pesta. Ia menjelma menjadi fenomena budaya bernama Heidiween.

Dari Catwalk ke Panggung Horor
Sebagai supermodel, Heidi Klum sudah terbiasa memikat kamera. Namun sejak 2000-an awal, ia menemukan cara baru memikat dunia, dengan menjadikan tubuhnya kanvas seni setiap malam Halloween.

Bukan dandanan cantik atau gaun glamor yang ia kejar, melainkan transformasi total.

Ia pernah muncul sebagai kera, zombie, alien, bahkan versi dirinya yang tua renta.

Tahun 2025, Heidi kembali membuat dunia terpukau lewat kostum Medusa, makhluk mitologi Yunani dengan ular hidup di kepalanya.

Begitu ia melangkah ke pesta di Hard Rock Hotel New York, seluruh ruangan langsung hening. Ular-ular di kepalanya bergerak, menjulurkan lidah, seolah hidup.

“Sangat jelek,” ujarnya sambil tertawa saat wartawan menanyakan inspirasinya. Tapi di balik kata “jelek”, tersimpan keindahan grotesk yang jadi ciri khas Heidi.

Dari Fashion ke Fantasi
Transformasi Heidi tiap tahun bukan hasil kerja semalam.
Menurut BBC, tata rias tahun ini dikerjakan oleh Mike Marino, seniman prostetik yang masuk nominasi Oscar.

Baca Juga :  Alternatif Wisata Pecinta Seni Kontemporer di Makau

Bersama tim berisi 35 orang, mereka menyiapkan tampilan Heidi selama berminggu-minggu. Hasilnya? Bukan hanya kostum, tapi karya seni hidup.

Marino menyebut proyek Heidi sebagai kolaborasi antara imajinasi, teknologi, dan fashion.

“Dia tahu apa yang ingin dicapai: sesuatu yang belum pernah dilihat dunia,” ujarnya.

Kostum Medusa Heidi bahkan memiliki sistem mekanik di kepala yang digerakkan jarak jauh agar ular-ularnya bisa bergerak alami.

Dalam satu malam, Heidi memindahkan batas antara mode dan mitologi, antara fantasi dan realitas.

Heidiween: Tradisi yang Jadi Budaya Pop
Kini, setiap akhir Oktober, publik tak hanya menantikan Halloween, tapi menantikan apa yang akan dilakukan Heidi Klum.

Istilah “Heidiween” lahir dari media dan penggemar yang melihat pesta itu bukan lagi sekadar pesta pribadi, melainkan festival budaya pop global.

Para selebritas mulai menyesuaikan diri. Dari model, aktor, hingga influencer, semua berlomba menunjukkan kostum terbaik saat diundang ke Heidiween.

“Bahkan sebelum Oktober, mereka sudah merancang kostum,” tulis Variety.

“Kalau sudah dapat undangan Heidi Klum, itu artinya kamu harus siap jadi tontonan.”

Tak heran, pesta ini disebut-sebut lebih bergengsi dari Halloween di Gedung Putih. Semua tahu, kalau sudah bicara Halloween, Heidi Klum is the moment.

Media memanggilnya Queen of Spooky, tapi sebenarnya Heidi adalah Ratu Imajinasi.

Baca Juga :  Mengenal Terapi Seni untuk Menjaga Kesehatan Mental

Ia mengubah persepsi tentang “seram” menjadi “spektakuler”.

Dari riasan ekstrem, prostetik realistik, hingga penggarapan yang menyerupai produksi film, setiap penampilan Heidi adalah hasil kurasi visi artistik yang matang.

“Bagi saya, Halloween bukan tentang menakut-nakuti, tapi tentang menghidupkan ide yang gila,” katanya dalam wawancara dengan Entertainment Tonight.

Suaminya, Tom Kaulitz, juga ikut masuk ke dalam narasi kreatif itu. Jika Heidi tahun ini menjadi Medusa, Tom tampil sebagai manusia batu, korban tatapan sang Medusa.

Keduanya bukan sekadar pasangan yang tampil serasi, tapi duet konseptual yang menunjukkan kolaborasi antara cinta dan seni.

Yang membedakan Heidiween dengan pesta selebritas lain adalah nilai artistik dan detailnya.

Setiap sudut ruangan, red carpet, hingga daftar tamu disusun dengan narasi tertentu. Tamu tak sekadar hadir, mereka menjadi bagian dari “kisah horor glamor” yang dibangun Heidi.

Di antara yang hadir tahun ini, YouTuber James Charles mencuri perhatian dengan tampil sebagai headless horseman, penunggang kuda tanpa kepala yang membawa kepalanya sendiri.

Pose-pose para tamu di red carpet pun bukan sembarang gaya. Mereka berakting sesuai karakter masing-masing, seolah berada dalam film fantasi.

Heidiween kini menjadi panggung tahunan ekspresi diri, tempat selebritas menantang batas identitas, menampilkan sisi liar dan unik mereka tanpa takut dihakimi. (pojoksatu/jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru

/