32.5 C
Jakarta
Tuesday, April 8, 2025

Kaleidoskop 2024: Kurs Rupiah, Emas, dan Saham Kompak Fluktuatif

PROKALTENG.CO-Sepanjang tahun 2024 menjadi tahun yang penuh gejolak bagi kurs rupiah, emas, dan saham. Namun, ketiganya kompak sama-sama pernah memecahkan rekor di tahun ini.

Nilai tukar (kurs) rupiah sendiri kini mengalami pelemahan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Pada Desember 2024, rupiah ambruk di rentang Rp 16.000 bahkan sempat tembus hampir Rp 16.300 per dolar AS.

Di sisi lain, harga emas pun mengalami hal yang sama. Ketidakpastian ekonomi global imbas geopolitik yang masih terus memanas telah membuat harga emas melonjak naik dari mulanya berkisar Rp 1.396.000 – Rp 1.404.000 per gram.

Namun, pada Oktober 2024 sempat mencatatkan rekor tembus Rp 1.560.000 per gram dan menjadi harga tertinggi tahun ini. Namun, pada akhir perdagangan Desember 2024 harga emas turun di level Rp 1.515.000 per gram dari sebelumnya Rp 1.528.000 per gram.

Sementara itu, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun tercatat fluktuatif di sepanjang tahun 2024 ini. Namun, IHSG sempat mencetak rekor All Time High (ATH) mencapai 7.905 pada 19 September 2024 dengan diikuti rekor kapitalisasi pasar atau market cap yang mencapai Rp 13.475 triliun pada hari yang sama.

Meski begitu, seiring dengan pergerakan yang dinamis karena dipengaruhi sentimen dari sisi domestik maupun global, pergerakan IHSG ditutup hijau di level 7.079 pada perdagangan akhir tahun 2024, Senin (30/12).

Lebih lengkap, berikut ini sejumlah sentimen yang mempengaruhi gejolak kurs rupiah, harga emas, dan juga IHSG di sepanjang tahun 2024:

  1. Kurs Rupiah

Kurs rupiah tercatat bergejolak sejak awal tahun 2024. Bahkan, pada awal Januari 2024 rupiah tercatat melemah berkisar Rp 15.459 hingga mendekati Rp 16 ribu, yakni tembus Rp 15.830 per dolar AS.

Pelemahan rupiah itu disebabkan oleh memansanya situasi di Timur Tengah, membaiknya data perekonomian di Amerika Serikat, hingga sentimen pemangkasan suku bunga the Fed atau bank sentral AS.

Kemudian, mata uang garuda ini makin ambruk tembus ke level Rp 16.128 per dolar AS usai libur Lebaran Idul Fitri pada 16 April 2024. Adapun penyebabnya karena perekonomian AS yang semakin baik ditunjang oleh indeks manufaktur di kawasan Philadelphia hingga data klaim tunjangan pengangguran mingguan.

Baca Juga :  Politik Ular

Selain itu, penguatan dolar AS juga didukung oleh konflik Timur Tengah Antara Israel yang memanas. Tak hanya itu, sebagai respons atas pelemahan itu membuat Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan BI Rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23-24 April 2024.

Berkat kebijakan itu dan didorong kepastian the Fed untuk memangkas suku bunga acuan, lantas membuat rupiah menguat mencapai Rp 15.092 per dolar AS pada September 2024. Sementara itu, pelemahan terhadap rupiah kembali terjadi pada akhir tahun 2024 menjadi Rp 16.312 per dolar AS pada Kamis (19/12).

Diantaranya dipicu oleh sikap the Fed terhadap kebijakan suku bunga tahun depan. Selain itu, penguatan dolar juga didorong oleh ekspektasi inflasi yang lebih tinggi serta kinerja ekonomi yang kuat di bawah pemerintahan Donald Trump yang akan datang.

  1. Emas

Harga emas tercatat melonjak tinggi pada tahun 2024. Ketidakpastian ekonomi global imbas geopolitik yang masih terus memanas telah membuat harga emas yang dibanderol Rp 1.123.000 per gram pada Kamis (4/1) kini dibanderol Rp 1.515.000 per gram pada perdagangan akhir tahun 2024, Selasa (31/12).

Tercatat harga emas Antam telah naik mencapai Rp 392.000 per gram di sepanjang tahun 2024. Bahkan, kenaikan ini pernah mencapai rekor karena mencapai Rp 437.000 per gram.

Pasalnya, pada Oktober 2024 harga emas Antam sempat mencatatkan rekor tembus Rp 1.560.000 per gram dan menjadi harga tertinggi tahun ini. Namun, pada akhir perdagangan Desember 2024 harga emas turun di level Rp 1.515.000 per gram dari sebelumnya Rp 1.528.000 per gram.

Diketahui kenaikan harga emas yang signifikan didorong oleh sejumlah faktor. Mulai dari kebikan moneter AS hingga ketidakpastian ekonomi global dipicu gejolak geopolitik yang terus memanas.

Dalam ketidakpastian ekonomi global dan volatilitas pasar, sejumlah bank sentral cenderung meningkatkan cadangan emas sebagai bentuk perlindungan nilai. Bahkan, pembelian yang meningkat mendorong harga emas mencapai level tertinggi pada tahun ini.

Baca Juga :  Oleh-oleh Khas Keripik Tempe Rohani Sukses Kembangkan Usaha Berkat Pinjaman BRI

Tak hanya itu, permintaan aset safe heaven meningkat seiring dengan tensi geopolitik yang terus meningkat. Salah satunya konflik di Timur Tengah. Adapun kini harga emas turun tipis karena pada pedagang menunggu katalis baru perihal data ekonomi AS pekan depan.

Pasalnya, hal itu akan dapat mempengaruhi prospek suku bunga the Fed untuk tahun 2025 dan juga kebijakan dari Presiden baru Donald Trump.

  1. Saham

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun tercatat fluktuatif di sepanjang tahun 2024 ini. Namun, IHSG sempat mencetak rekor All Time High (ATH) mencapai 7.905 pada 19 September 2024 dengan diikuti rekor kapitalisasi pasar atau market cap yang mencapai Rp 13.475 triliun pada hari yang sama.

Meski begitu, seiring dengan pergerakan yang dinamis karena dipengaruhi sentimen dari sisi domestik maupun global, pergerakan IHSG ditutup hijau di level 7.079 pada perdagangan akhir tahun 2024, Senin (30/12).

Dari sisi global, IHSG yang bergerak dinamis dan cenderung turun disebabkan oleh lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS yang baru-baru ini memicu aksi ambil untung di akhir tahun yang kuat bagi ekuitas. Kenaikan imbal hasil acuan Treasury AS 10 tahun baru-baru ini di atas angka 4,5 persen setelah the Fed pada 18 Desember mengisyaratkan akan mengambil jalur penurunan suku bunga yang lebih lambat.

Kebijakan itu pun telah memicu kekhawatiran tentang meningkatnya valuasi pasar saham. Di sisi lain, investor yang melakukan aksi ambil untung di saham dan mungkin mengalihkannya ke pendapatan tetap. Pada titik ini, pasar obligasi dinilai menarik mengingat kenaikan imbal hasil obligasi baru-baru ini selama beberapa minggu terakhir.

Sementara itu dari sisi domestik, didorong oleh pelemahan nilai tukar rupiah imbas penguatan dolar AS, lesunya daya beli masyarakat seiring dengan kebijakan kenaikan PPN 12 persen mulai 1 Januari 2025. Lalu, perubahan kebijakan pemerintahan baru hingga gejolak politik dalam negeri yang telah mempengaruhi pergerakan IHSG. (jpc)

 

 

PROKALTENG.CO-Sepanjang tahun 2024 menjadi tahun yang penuh gejolak bagi kurs rupiah, emas, dan saham. Namun, ketiganya kompak sama-sama pernah memecahkan rekor di tahun ini.

Nilai tukar (kurs) rupiah sendiri kini mengalami pelemahan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Pada Desember 2024, rupiah ambruk di rentang Rp 16.000 bahkan sempat tembus hampir Rp 16.300 per dolar AS.

Di sisi lain, harga emas pun mengalami hal yang sama. Ketidakpastian ekonomi global imbas geopolitik yang masih terus memanas telah membuat harga emas melonjak naik dari mulanya berkisar Rp 1.396.000 – Rp 1.404.000 per gram.

Namun, pada Oktober 2024 sempat mencatatkan rekor tembus Rp 1.560.000 per gram dan menjadi harga tertinggi tahun ini. Namun, pada akhir perdagangan Desember 2024 harga emas turun di level Rp 1.515.000 per gram dari sebelumnya Rp 1.528.000 per gram.

Sementara itu, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun tercatat fluktuatif di sepanjang tahun 2024 ini. Namun, IHSG sempat mencetak rekor All Time High (ATH) mencapai 7.905 pada 19 September 2024 dengan diikuti rekor kapitalisasi pasar atau market cap yang mencapai Rp 13.475 triliun pada hari yang sama.

Meski begitu, seiring dengan pergerakan yang dinamis karena dipengaruhi sentimen dari sisi domestik maupun global, pergerakan IHSG ditutup hijau di level 7.079 pada perdagangan akhir tahun 2024, Senin (30/12).

Lebih lengkap, berikut ini sejumlah sentimen yang mempengaruhi gejolak kurs rupiah, harga emas, dan juga IHSG di sepanjang tahun 2024:

  1. Kurs Rupiah

Kurs rupiah tercatat bergejolak sejak awal tahun 2024. Bahkan, pada awal Januari 2024 rupiah tercatat melemah berkisar Rp 15.459 hingga mendekati Rp 16 ribu, yakni tembus Rp 15.830 per dolar AS.

Pelemahan rupiah itu disebabkan oleh memansanya situasi di Timur Tengah, membaiknya data perekonomian di Amerika Serikat, hingga sentimen pemangkasan suku bunga the Fed atau bank sentral AS.

Kemudian, mata uang garuda ini makin ambruk tembus ke level Rp 16.128 per dolar AS usai libur Lebaran Idul Fitri pada 16 April 2024. Adapun penyebabnya karena perekonomian AS yang semakin baik ditunjang oleh indeks manufaktur di kawasan Philadelphia hingga data klaim tunjangan pengangguran mingguan.

Baca Juga :  Politik Ular

Selain itu, penguatan dolar AS juga didukung oleh konflik Timur Tengah Antara Israel yang memanas. Tak hanya itu, sebagai respons atas pelemahan itu membuat Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan BI Rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23-24 April 2024.

Berkat kebijakan itu dan didorong kepastian the Fed untuk memangkas suku bunga acuan, lantas membuat rupiah menguat mencapai Rp 15.092 per dolar AS pada September 2024. Sementara itu, pelemahan terhadap rupiah kembali terjadi pada akhir tahun 2024 menjadi Rp 16.312 per dolar AS pada Kamis (19/12).

Diantaranya dipicu oleh sikap the Fed terhadap kebijakan suku bunga tahun depan. Selain itu, penguatan dolar juga didorong oleh ekspektasi inflasi yang lebih tinggi serta kinerja ekonomi yang kuat di bawah pemerintahan Donald Trump yang akan datang.

  1. Emas

Harga emas tercatat melonjak tinggi pada tahun 2024. Ketidakpastian ekonomi global imbas geopolitik yang masih terus memanas telah membuat harga emas yang dibanderol Rp 1.123.000 per gram pada Kamis (4/1) kini dibanderol Rp 1.515.000 per gram pada perdagangan akhir tahun 2024, Selasa (31/12).

Tercatat harga emas Antam telah naik mencapai Rp 392.000 per gram di sepanjang tahun 2024. Bahkan, kenaikan ini pernah mencapai rekor karena mencapai Rp 437.000 per gram.

Pasalnya, pada Oktober 2024 harga emas Antam sempat mencatatkan rekor tembus Rp 1.560.000 per gram dan menjadi harga tertinggi tahun ini. Namun, pada akhir perdagangan Desember 2024 harga emas turun di level Rp 1.515.000 per gram dari sebelumnya Rp 1.528.000 per gram.

Diketahui kenaikan harga emas yang signifikan didorong oleh sejumlah faktor. Mulai dari kebikan moneter AS hingga ketidakpastian ekonomi global dipicu gejolak geopolitik yang terus memanas.

Dalam ketidakpastian ekonomi global dan volatilitas pasar, sejumlah bank sentral cenderung meningkatkan cadangan emas sebagai bentuk perlindungan nilai. Bahkan, pembelian yang meningkat mendorong harga emas mencapai level tertinggi pada tahun ini.

Baca Juga :  Oleh-oleh Khas Keripik Tempe Rohani Sukses Kembangkan Usaha Berkat Pinjaman BRI

Tak hanya itu, permintaan aset safe heaven meningkat seiring dengan tensi geopolitik yang terus meningkat. Salah satunya konflik di Timur Tengah. Adapun kini harga emas turun tipis karena pada pedagang menunggu katalis baru perihal data ekonomi AS pekan depan.

Pasalnya, hal itu akan dapat mempengaruhi prospek suku bunga the Fed untuk tahun 2025 dan juga kebijakan dari Presiden baru Donald Trump.

  1. Saham

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun tercatat fluktuatif di sepanjang tahun 2024 ini. Namun, IHSG sempat mencetak rekor All Time High (ATH) mencapai 7.905 pada 19 September 2024 dengan diikuti rekor kapitalisasi pasar atau market cap yang mencapai Rp 13.475 triliun pada hari yang sama.

Meski begitu, seiring dengan pergerakan yang dinamis karena dipengaruhi sentimen dari sisi domestik maupun global, pergerakan IHSG ditutup hijau di level 7.079 pada perdagangan akhir tahun 2024, Senin (30/12).

Dari sisi global, IHSG yang bergerak dinamis dan cenderung turun disebabkan oleh lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS yang baru-baru ini memicu aksi ambil untung di akhir tahun yang kuat bagi ekuitas. Kenaikan imbal hasil acuan Treasury AS 10 tahun baru-baru ini di atas angka 4,5 persen setelah the Fed pada 18 Desember mengisyaratkan akan mengambil jalur penurunan suku bunga yang lebih lambat.

Kebijakan itu pun telah memicu kekhawatiran tentang meningkatnya valuasi pasar saham. Di sisi lain, investor yang melakukan aksi ambil untung di saham dan mungkin mengalihkannya ke pendapatan tetap. Pada titik ini, pasar obligasi dinilai menarik mengingat kenaikan imbal hasil obligasi baru-baru ini selama beberapa minggu terakhir.

Sementara itu dari sisi domestik, didorong oleh pelemahan nilai tukar rupiah imbas penguatan dolar AS, lesunya daya beli masyarakat seiring dengan kebijakan kenaikan PPN 12 persen mulai 1 Januari 2025. Lalu, perubahan kebijakan pemerintahan baru hingga gejolak politik dalam negeri yang telah mempengaruhi pergerakan IHSG. (jpc)

 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru