24.7 C
Jakarta
Saturday, October 25, 2025

BNI Cetak Laba Rp15 Triliun, Bukti Transformasi Digital dan Fundamental Makin Kuat

PROKALTENG.CO – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menutup kuartal III 2025 dengan laba bersih konsolidasi Rp15,12 triliun, tumbuh solid di tengah tekanan ekonomi global. Capaian ini menjadi bukti nyata keberhasilan transformasi digital dan penguatan fundamental keuangan yang dijalankan secara disiplin oleh perseroan.

Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan mengatakan, strategi penguatan kualitas portofolio dan efisiensi pendanaan membuat BNI tetap tangguh menghadapi volatilitas global.

“Hasil ini menunjukkan kemampuan BNI untuk terus adaptif menghadapi tantangan, sambil menjaga pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (24/10).

BNI mencatat rasio permodalan yang solid dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 21,1% dan Tier-1 Capital yang tetap kuat. Likuiditas juga berada di level aman, dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 86,9%, Liquidity Coverage Ratio (LCR) 167,4%, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) 142,1%. Sementara itu, kualitas aset terus terjaga, dengan rasio kredit bermasalah (NPL gross) di level 2,0% dan Loan at Risk (LAR) membaik ke 10,4%. Capaian ini mencerminkan keberhasilan BNI menjaga kualitas aset melalui penerapan manajemen risiko yang kuat serta ekspansi bisnis yang sehat dan terukur.

Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menambahkan, hingga akhir September 2025, total penyaluran kredit BNI tumbuh 10,5% (YoY) menjadi Rp812,2 triliun. Pertumbuhan tersebut terjadi merata di seluruh segmen bisnis, menunjukkan portofolio kredit yang semakin sehat dan berimbang.

Baca Juga :  Kembangkan Pasar BNI Xpora, BNI Menjajaki Bisnis ke Australia

“Pertumbuhan kredit kami kini lebih seimbang di segmen korporasi, menengah, dan UMKM. Strategi pembiayaan yang diterapkan terbukti efektif menjaga kualitas aset sekaligus mendorong sektor produktif,” jelas Paolo.

Kredit korporasi naik 12,4% YoY menjadi Rp450,7 triliun, ditopang pembiayaan kepada korporasi swasta, BUMN, dan institusi. Kredit segmen menengah tumbuh 14,3% YoY, sedangkan kredit UMKM non-KUR meningkat 13,9% YoY menjadi Rp46,3 triliun. Segmen konsumer juga menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan 9,6% YoY menjadi Rp150,2 triliun, ditopang pembiayaan KPR, personal loan, dan kartu kredit.

Sinergi dengan anak perusahaan turut memperkuat ekosistem bisnis BNI, tercermin dari pertumbuhan kredit usaha di level grup yang naik 15,3% YoY menjadi Rp17,4 triliun.

Untuk menjaga ketahanan keuangan, BNI memperkuat cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) secara disiplin. Hingga akhir kuartal III 2025, CKPN tercatat Rp34,7 triliun, dengan NPL coverage ratio mencapai 222,7%.

“Kami terus memperkuat kualitas portofolio kredit dan menerapkan risk-based provisioning untuk memastikan ketahanan jangka panjang,” tambah Paolo.

Direktur Treasury & International Banking Abu Santosa Sudradjat menyebut, strategi digital transaction banking yang agresif menjadi motor pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pendapatan berbasis komisi. DPK tumbuh 21,4% YoY menjadi Rp934,3 triliun, dengan CASA naik 13,3% YoY menjadi Rp613,4 triliun.

“Peningkatan dana murah memperkuat struktur pendanaan dan menekan biaya dana, menjaga profitabilitas tetap sehat,” kata Abu.

Transformasi digital juga mendongkrak fee-based income yang tumbuh 11% YoY dan berkontribusi 30% terhadap total pendapatan nonbunga BNI. Pertumbuhan ini didorong oleh kanal digital seperti wondr by BNI, yang penggunanya melonjak dari 2,8 juta menjadi 10,5 juta per September 2025, dengan nilai transaksi Rp783 triliun dan 866 juta transaksi sepanjang periode.

Baca Juga :  Tingkatkan Kualitas Layanan Kepada Nasabah, BRI Rilis Kebijakan Baru Terkait Rekening Pasif

Sementara itu, platform BNIdirect untuk nasabah korporasi mencatat nilai transaksi Rp8.080 triliun, tumbuh 26,7% YoY, dan volume transaksi naik 14,8% menjadi 1,06 miliar.

“Strategi digital yang agresif membuat pertumbuhan CASA dan fee income lebih berkelanjutan. Ini menjadi awal dari pemulihan biaya dana yang lebih sehat,” ungkap Abu.

BNI juga terus memperkuat posisi sebagai pelopor keuangan berkelanjutan di Indonesia. Melalui penerbitan Sustainability Bond, BNI menyalurkan pembiayaan ke proyek energi terbarukan, efisiensi energi, serta sektor sosial dan UMKM. Direktur Risk Management David Pirzada menegaskan, langkah itu menjadi bukti komitmen BNI mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.

“Seluruh dana hasil Sustainability Bond kami salurkan ke proyek hijau yang berdampak ekonomi, sosial, dan lingkungan,” katanya.

Hingga akhir September 2025, portofolio berkelanjutan BNI mencapai Rp192,4 triliun atau 24% dari total kredit, terdiri dari pembiayaan sosial-ekonomi dan pembiayaan hijau. Dengan strategi yang konsisten, BNI berhasil menjaga profitabilitas jangka panjang, memperkuat fundamental bisnis, serta memperluas ekosistem digital dan keuangan hijau di Tanah Air.

“BNI akan terus memperkuat fondasi bisnis dan menjadi motor penggerak keuangan berkelanjutan di Indonesia,” tutup David. ***

PROKALTENG.CO – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menutup kuartal III 2025 dengan laba bersih konsolidasi Rp15,12 triliun, tumbuh solid di tengah tekanan ekonomi global. Capaian ini menjadi bukti nyata keberhasilan transformasi digital dan penguatan fundamental keuangan yang dijalankan secara disiplin oleh perseroan.

Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan mengatakan, strategi penguatan kualitas portofolio dan efisiensi pendanaan membuat BNI tetap tangguh menghadapi volatilitas global.

“Hasil ini menunjukkan kemampuan BNI untuk terus adaptif menghadapi tantangan, sambil menjaga pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (24/10).

BNI mencatat rasio permodalan yang solid dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 21,1% dan Tier-1 Capital yang tetap kuat. Likuiditas juga berada di level aman, dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 86,9%, Liquidity Coverage Ratio (LCR) 167,4%, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) 142,1%. Sementara itu, kualitas aset terus terjaga, dengan rasio kredit bermasalah (NPL gross) di level 2,0% dan Loan at Risk (LAR) membaik ke 10,4%. Capaian ini mencerminkan keberhasilan BNI menjaga kualitas aset melalui penerapan manajemen risiko yang kuat serta ekspansi bisnis yang sehat dan terukur.

Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menambahkan, hingga akhir September 2025, total penyaluran kredit BNI tumbuh 10,5% (YoY) menjadi Rp812,2 triliun. Pertumbuhan tersebut terjadi merata di seluruh segmen bisnis, menunjukkan portofolio kredit yang semakin sehat dan berimbang.

Baca Juga :  Kembangkan Pasar BNI Xpora, BNI Menjajaki Bisnis ke Australia

“Pertumbuhan kredit kami kini lebih seimbang di segmen korporasi, menengah, dan UMKM. Strategi pembiayaan yang diterapkan terbukti efektif menjaga kualitas aset sekaligus mendorong sektor produktif,” jelas Paolo.

Kredit korporasi naik 12,4% YoY menjadi Rp450,7 triliun, ditopang pembiayaan kepada korporasi swasta, BUMN, dan institusi. Kredit segmen menengah tumbuh 14,3% YoY, sedangkan kredit UMKM non-KUR meningkat 13,9% YoY menjadi Rp46,3 triliun. Segmen konsumer juga menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan 9,6% YoY menjadi Rp150,2 triliun, ditopang pembiayaan KPR, personal loan, dan kartu kredit.

Sinergi dengan anak perusahaan turut memperkuat ekosistem bisnis BNI, tercermin dari pertumbuhan kredit usaha di level grup yang naik 15,3% YoY menjadi Rp17,4 triliun.

Untuk menjaga ketahanan keuangan, BNI memperkuat cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) secara disiplin. Hingga akhir kuartal III 2025, CKPN tercatat Rp34,7 triliun, dengan NPL coverage ratio mencapai 222,7%.

“Kami terus memperkuat kualitas portofolio kredit dan menerapkan risk-based provisioning untuk memastikan ketahanan jangka panjang,” tambah Paolo.

Direktur Treasury & International Banking Abu Santosa Sudradjat menyebut, strategi digital transaction banking yang agresif menjadi motor pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pendapatan berbasis komisi. DPK tumbuh 21,4% YoY menjadi Rp934,3 triliun, dengan CASA naik 13,3% YoY menjadi Rp613,4 triliun.

“Peningkatan dana murah memperkuat struktur pendanaan dan menekan biaya dana, menjaga profitabilitas tetap sehat,” kata Abu.

Transformasi digital juga mendongkrak fee-based income yang tumbuh 11% YoY dan berkontribusi 30% terhadap total pendapatan nonbunga BNI. Pertumbuhan ini didorong oleh kanal digital seperti wondr by BNI, yang penggunanya melonjak dari 2,8 juta menjadi 10,5 juta per September 2025, dengan nilai transaksi Rp783 triliun dan 866 juta transaksi sepanjang periode.

Baca Juga :  Tingkatkan Kualitas Layanan Kepada Nasabah, BRI Rilis Kebijakan Baru Terkait Rekening Pasif

Sementara itu, platform BNIdirect untuk nasabah korporasi mencatat nilai transaksi Rp8.080 triliun, tumbuh 26,7% YoY, dan volume transaksi naik 14,8% menjadi 1,06 miliar.

“Strategi digital yang agresif membuat pertumbuhan CASA dan fee income lebih berkelanjutan. Ini menjadi awal dari pemulihan biaya dana yang lebih sehat,” ungkap Abu.

BNI juga terus memperkuat posisi sebagai pelopor keuangan berkelanjutan di Indonesia. Melalui penerbitan Sustainability Bond, BNI menyalurkan pembiayaan ke proyek energi terbarukan, efisiensi energi, serta sektor sosial dan UMKM. Direktur Risk Management David Pirzada menegaskan, langkah itu menjadi bukti komitmen BNI mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.

“Seluruh dana hasil Sustainability Bond kami salurkan ke proyek hijau yang berdampak ekonomi, sosial, dan lingkungan,” katanya.

Hingga akhir September 2025, portofolio berkelanjutan BNI mencapai Rp192,4 triliun atau 24% dari total kredit, terdiri dari pembiayaan sosial-ekonomi dan pembiayaan hijau. Dengan strategi yang konsisten, BNI berhasil menjaga profitabilitas jangka panjang, memperkuat fundamental bisnis, serta memperluas ekosistem digital dan keuangan hijau di Tanah Air.

“BNI akan terus memperkuat fondasi bisnis dan menjadi motor penggerak keuangan berkelanjutan di Indonesia,” tutup David. ***

Terpopuler

Artikel Terbaru

/